Literalisme biblis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(54 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Topik Alkitab}}
'''Literalisme biblis''' atau '''biblisisme''' adalah istilah yang digunakandipakai berbagai penulis dengan beragam makna oleh beragam penulis untuk menyifatkan [[Hermeneutika Alkitab|tafsir Alkitab]]. Istilah ini dapat berarti "berpatokan kepada huruf yang ada atau kepada makna harfiah",<ref name="literalism">{{cite web |url=http://dictionary.reference.com/browse/literalism?s=t |title=Literalism |publisher=Dictionary.com LLC |access-date=August 9, Agustus 2014}}</ref> dansementara "harfiah" berarti "menurut huruf, kata demi kata, berdasarkan arti leksikal", bukan arti kiasan atau arti metaforis.<ref name="literal">{{cite web |url=https://kbbi.web.id/harfiah |title=Harfiah |publisher=Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi daring |access-date= 1 Juli 2021}}</ref>
 
Istilah ini juga mengacu kepada [[metode gramatis-historis]], yakni salah satu teknik [[hermeneutika|hermeneutis]] yang berusaha menyingkap makna suatu teks dengan tidak semata-mata mempertimbangkan kata-kata gramatisnya, tetapi mempertimbangkan pula aspek-aspek sintaksisnya, latar belakang kebudayaan dan kesejarahannya, serta ragam sastranya. Metode historis-gramatis menitikberatkan aspek referensial dari kata-kata di dalam suatu teks tanpa menafikan relevansi aspek-aspek kesastraan, ragam sastra, maupun majas-majas di dalam teks itu (misalnya majas perumpamaan, majas alegori, majas simile, dan majas metafora).<ref>{{Cite book | edition = Revisi dan penambahan | publisher = Moody Press | isbn = 0-8024-2187-3 | page = [https://archive.org/details/dispensationalis0000ryri/page/224 224] | last = Ryrie | first = Charles Caldwell | title = Dispensationalism | location = Chicago | year = 1995 | url-access = registration | url = https://archive.org/details/dispensationalis0000ryri/page/224 }} hlm. 81</ref> Metode ini tidak selamanya melahirkan kebulatan mufakat atas satu tafsir tunggal dari sebuah ayat. Pendekatan hermeneutis terhadap Alkitab ala [[fundamentalisme Kristen|Kristen fundamentalis]] dan [[Evangelikalisme|injili]] ini dipakai secara luas di kalangan umat Kristen fundamentalis,<ref>{{Cite journal| title=Beyond Biblical Literalism and Inerrancy: Conservative Protestants and the Hermeneutic Interpretation of Scripture| first=John |last=Bartkowski | journal=Sociology of Religion | volume=57 | issue=3 |pages=259–272 | year=1996 |doi=10.2307/3712156| jstor=3712156}}</ref> kontras dengan [[metode kritis-historis]] yang dipakai di kalangan [[agama Yahudi|Yahudi]] arus utama dan Kristen [[Protestan arus utama]]. Pihak-pihak yang mengaitkan literalisme biblis dengan metode gramatis-historis memakai istilah "leterisme" atau "hurufiyah" untuk menyifatkan tafsir Alkitab yang dilakukan secara "harfiah".<ref>{{Cite book | publisher = Baker Book House | isbn = 0-8010-7600-5 | last = Ramm | first = Bernard | title = Protestant Biblical Interpretation | url = https://archive.org/details/protestantbiblic0000ramm_a8h6 | year = 1970 }} p.48</ref>
 
== Latar belakang ==
Kalangan fundamentalis dan injili kadang-kadang menyebut dirinyadiri "literalis" atau "literalis biblis". Para sosiolog juga menggunakanmemakai istilah yang sama untuk menyebut keyakinan-keyakinan Kristen konservatif yang tidakbukan hanya mencakup literalisme tetapimelainkan juga mencakup keyakinan akan [[ketidakbersalahan Alkitab|ketanpasalahankenirsalahan Alkitab]]. Istilah "literalisme biblis" kerap dipakai sebagai istilah peyoratif untuk menyifatkan atau mengolok-olokmencemooh pendekatan-pendekatan tafsir Kristen fundamentalis dan Kristen injili.<ref>Laurence Wood, 'Theology as History and Hermeneutics', (2005)</ref><ref>George Regas, 'Take Another Look At Your Good Book', Los Angeles Times, 3 Februari 2000</ref><ref>Dhyanchand Carr, 'Christian Council of Asia: Partnership in Mission, Conference on World Mission and the Role of Korean Churches, November 1995</ref>
 
Menurut hasil jajak pendapat yang dilakukan lembaga [[Gallup (perusahaan)|Gallup]] pada tahun 2011, "tiga dari sepuluh warga Amerika Serikat menafsirkan Alkitab secara harfiah, katanya karena Alkitab sungguh-sungguh adalah firman Allah. Hasil tersebut sama dengan hasil jajak pendapat Gallup selama dua dasawarsa terakhir, tetapi lebih rendah daripada rasio dasawarsa 1970-an dan 1980-an. 49% dari pluralitas warga Amerika Serikat mengatakan bahwa Alkitab adalah [[inspirasi Alkitab|firman yang diilhamkan]] Allah tetapi tidak boleh dipahami secara harfiah,. yangPandangan tersebut secara konsisten merupakan pandangan terumum sepanjang hampir 40 tahun pertanyaan ini diajukan Gallup. 17% lagi menganggap Alkitab sebagai pustaka kuno berisi kumpulan cerita yang dicatat manusia."<ref name="gallup">{{cite web |url=http://www.gallup.com/poll/148427/say-bible-literally.aspx |title=In U.S., 3 in 10 Say They Take the Bible Literally |last=Jones |first=Jeffrey M. |publisher=[[Gallup (perusahaan)|Gallup]] |date=July 8, 2011 }}</ref>
 
== Sejarah ==
{{see also|Kanon Alkitab|Deuterokanonika}}
[[Berkas:Origen.jpg|thumb|right|[[Origenes]], gambar imajinatif karya [[André Thévet]]]]
Penghargaan yang tinggi terhadap pustaka-pustaka keagamaan di dalam tadisitradisi-tadisitradisi [[Yahudi-Kristen]] tampaknya berkaitan dengan proses [[Perkembangan kanon Alkitab Ibrani|kanonisasi]] [[Alkitab Ibrani]] yang berlangsung beberapa abad lamanya, kira-kira sejak tahun 200 SM sampai tahun 200 M. Dalam tradisi Yahudi, perkataan-perkataan tersurat yang dijunjungdiluhurkan tinggi itutersebut adalah saluranjalan langsungtembus menuju [[filsafat budi|budialam pikiran]] Allah, dan [[Yudaisme Rabinik|mazhab-mazhab Yahudi Rabani]] terkemudian mendorong tumbuhnya kesarjanaan penunjang untuk mendampingi agama yang berkesastraan itu.<ref>McDonald & Sanders, penyunting, ''The Canon Debate'', halaman 4.</ref> Demikian pula [[Kanon Alkitab#Kanon Alkitab Kristen|kanonisasi]] [[Perjanjian Baru]] oleh [[Sejarah Kekristenan#Gereja mula-mula|Gereja Purba]] menjadi salah satu aspek penting di dalam pembentukan identitas keagamaan yang mandiri bagi Kekristenan.<ref>A Van Der Kooij, dkk. ''Canonization and Decanonization: Papers Presented to the International Conference of the Leiden Institute for the Study of Religions (Lisor), Diselenggarakan di Leiden 9–10 Januari 1997''. hlm. 141.</ref> Para petinggi Gereja menggunakan penerimaan atau penolakan terhadap pustaka-pustaka keagamaan tertentu sebagai salah satu indikator utama identitas kelompok. Kebijakan semacam ini juga memainkan peranan di dalam urusan penentuan [[ekskomunikasi]] Kristen dan ''[[herem]]'' Yahudi.{{citation needed|date=Juli 2021}}
 
Karena sudah terbiasa membaca dan menafsirkan [[sastra Yunani Kuno|susastra Helenistis]], [[Bapa Gereja]] [[Origenes]] (184-253) mengajarkan bahwa beberapa bagian Alkitab wajib ditafsirkan secara tidak-harfiah. Berkenaan dengan riwayat penciptaan di dalam [[Kitab Kejadian]], Origenes mengemukakan di dalam risalahnya bahwa "siapakah yang sedemikian bodohnya mempercayaipercaya bahwa Allah ... menatamembina sebuahsuatu firdaus di Eden, di sebelah timur, lalu menumbuhkan di dalamnya sebatang pohon hayat yang kasat mata lagi dapat diraba ... [dan] barang siapa yang mencicipi buah pohon itu dengan gigi jasmaninya niscaya beroleh kehidupan kekal?" Origenes juga yakin bahwa [[hermeneutika]] semacam ini harus pula diterapkan atas riwayat-riwayat di dalam Injil.<ref>{{cite book|last1=MacCulloch|first1=Diarmaid|title=Christianity: The First Three Thousand Years |url=https://books.google.com/books?id=7x4m20TRYzQC&pg=PT148 |date=2009|publisher=Viking Penguin|location=New York|isbn=978-0-670-02126-0|page=151}}</ref>
 
[[Berkas:Saint Augustine by Philippe de Champaigne.jpg|thumb|Potret Agustinus dari Hipo, karya [[Philippe de Champaigne]], abad ke-17]]
[[Bapa Gereja]] [[Agustinus dari Hippo|Agustinus dari Hipo]] (354–430) menulis tentang pentingnya pemakaianpenggunaan nalar dalam menafsikanmenafsirkan kitab suci Yahudi dan Kristen, dan dalam menafsirkan banyak bagian [[Kitab Kejadian]] karena merupakan metafora yang dibabarkan secara panjang lebar.<ref>De Genesi ad literam 1:19–20, Bab. 19 [408], De Genesi ad literam, 2:9</ref> Meskipun demikian, Agustinus secara tersirat menerima pula literalisme tentang penciptaan [[Adam dan Hawa]]{{Citation needed|date=Juli 2021}}, dan secara terbuka menerima literalisme tentang keperawanan [[Maria]], ibu [[Yesus]].<ref>De Sacra Virginitate, 6,6, 18, 191.</ref>
 
Pada zaman [[Reformasi Protestan]], [[Martin Luther]] (1483–1546) memisahkan [[apokrifa Alkitab|kitab-kitab apokrip]] dari kitab-kitab Perjanjian Lama lainnyaselebihnya di dalam [[Alkitab Luther|Alkitabnya]],. cerminanTindakan dariini mencerminkan keragu-raguan yang bercokol berabad-abad lamanya bercokol di kalangandalam benak para sarjana Alkitab,.<ref name="cedc">{{cite book|last1=Herbermann|first1=Charles George|title=The Catholic encyclopedia Volume 3|date=1913|pages=269, 272|url=https://books.google.com/books?id=9gIjAQAAIAAJ&pg=PP11 |access-date=13 Maret 2016}}</ref> sementara [[Pengakuan Iman Westminster]] tahun 1646 merendahkan derajat kitab-kitab ituapokrip sampai ke taraf menyangkali kanonisitasnya.<ref>
"III. Kitab-kitab yang lazim disebut Apokrifa, lantaran bukan ilham dari Allah, bukanlah bagian dari kanon Kitab Suci, dan oleh karena itu tidak memiliki kewenangan di dalam Gereja Allah, tidak pula untuk dibenarkan, atau dimanfaatkan, melebihi karya-karya tulis lain buatan manusia." - See https://en.wikisource.org/wiki/The_Confession_of_Faith_of_the_Assembly_of_Divines_at_Westminster</ref> Golongan literalis dan golongan pengusung gagasan ketanpasalahankenirsalahan Alkitab di kalangan Protestan Amerika sudah mengadopsi [[Alkitab Protestan]] yang lebih sedikit jumlah kitabnya itu sebagai kitab suci yang bukan sekadar diilhamkan Allah, tetapi sungguh-sungguh adalah [[Kepengarangan Alkitab|Firman Allah]] yang mustahil mengandung kekeliruan maupun kontradiksipertentangan.
 
Literalisme biblis pertama kali dipermasalahkan pada abad ke-18,<ref>
Baris 34:
| access-date = 2013-12-15
| quote = Sebelum abad kedelapan belas, para pujangga Gereja tidak menyadari masalah-masalah kesejarahan kritis dari teks Alkitab. ... Sesudah Abad Pencerahan, muncul pertanyaan tentang mungkinkah seorang teolog yang serius menekuni bidangnya dapat percaya bahwa Alkitab melaporkan sejarah yang sungguh-sungguh terjadi.
}}</ref> atau setidaknya cukupsudah mengganjallumayan sehinggamenggelitik membuatsampai-sampai [[Diderot]] merasa perlu menyinggungnya di dalam ''[[Encyclopédie]]'' yang ia tulis.<ref>{{cite book|last1=Diderot|first1=Denis|title=Encyclopédie ou Dictionnaire raisonné des sciences, des arts et des métiers|date=1752|location=Paris|pages=Jld. 2, hlm. 241}}</ref> [[Karen Armstrong]] memandangmenganggap "keranjingan akan kebenaran harfiah" sebagai "salah satu produk revolusi ilmiah".<ref>
{{cite web
|url=http://www.notesfromtheroad.com/neotropics/soberania_17.html
Baris 45:
}}</ref>
 
== KejelasanKegamblangan teks ==
Mayoritas umat Kristen injili dan dan fundamentalis menganggap [[Kejelasan kitab suci|teks Alkitab itu jelasgamblang]], serta percaya bahwa rata-rata orang dapat memahami makna dasar dan ajaran-ajaran Alkitab. Golongan umat Kristen tersebut kerap mengacu kepada ajaran-ajaran Alkitab alih-alih kepada [[eksegesis|proses penafsiran itu sendiri]]. Doktrin kejelasankegamblangan teks iniAlkitab tidakbukan berarti bahwa prinsip-prinsip penafsiran sudah tidak diperlukan lagi, dan tidakbukan pula berarti bahwa tidak ada kesenjangan antara lingkungan budaya tempat Alkitab di ditulis dengan lingkungan budaya seorang pembaca pada zaman modern. Sebaliknya prinsip-prinsip eksegesis dan penafsiran diberdayakan sebagai bagian dari proses menghilangkanmeniadakan kesenjangan budaya tersebut. Doktrin ini tidakmemang menyangkal bahwa Alkitab adalah sandi yang harus diuraikan,<ref>{{Cite book | publisher = David C Cook | isbn = 9780781438773 | page = 26 | last1 = Zuck | first1 = Roy B | author-link1 = Roy B. Zuck | title = Basic Bible Interpretation: A Practical Guide to Discovering Biblical Truth | location = Colorado Springs | year = 2002 | orig-year = 1991 | quote = Ajaran-ajaran Alkitab tidaklah tak terselami rata-rata orang, sebagaimana anggapan beberapa pihak. Alkitab juga tidak ditulis sebagai sebuah sandi sastra, kitab yang berisi rahasia-rahasia dan teka-teki yang dijabarkan dalam format tak yang sengaja diacak agar tidak dapat disebarluaskan.}}</ref> dan tidak pula menyangkal bahwabahwasanya usaha memahami Alkitab memerlukan analisis akademis rumit yang merupakan perkara lumrah di dalam metode tafsir [[metode kritis-historis|kritis-historis]].{{citation needed|date=Juli 2021}}
 
[[Berkas:Noahs Ark.jpg|thumb|Para literalis biblis percaya bahwa riwayat bahtera Nuh (seperti yang tergambar di dalam lukisan karya [[Edward Hicks]] ini) akurat secara historis]]
Para literalis biblis percaya bahwa Alkitab harus ditafsirkan sebagai pernyataan-pernyataan harfiah penulisnya, kecuali nas tertentu yang jelas diniatkan penulisnya menjadi alegori, puisi, atau ragam sastra lainnya. Menurut para kritikus, maksud alegoris dapat saja ambigu. Umat Kristen fundamentalis biasanya memperlakukan ayat-ayat seperti [[Penciptaan menurut Kitab Kejadian|riwayat penciptaan di dalam Kitab Kejadian]], riwayat [[Mitos air bah|riwayat air bah]] dan [[bahtera Nuh]], serta umur bapa-bapa leluhur yang kelewat panjang pada [[silsilah-silsilah di dalam Kitab Kejadian]] sebagai fakta sejarah biasa, berdasarkan makna harfiahnya, demikian pula riwayatcerita-riwayatcerita [[Sejarah Israel dan Yehuda kuno|sejarah Israel Purba]], intervensikisah-invervensikisah campur tangan [[supernatural|adikodrati]] [[Allah]] di dalam sejarah umat manusia, dan [[Mukjizat Yesus Kristus|mukjizat-mukjizat Yesus]].<ref>[http://www.cslewisinstitute.org/pages/resources/publications/knowingDoing/2004/Miracles.pdf#search=%22miracles%20C.S.Lewis%22 ''Pandangan C.S. Lewis tentang Mukjizat-Mukjizat''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080720041510/http://www.cslewisinstitute.org/pages/resources/publications/knowingDoing/2004/Miracles.pdf#search=%22miracles%20C.S.Lewis%22 |date=2008-07-20 }}, Art Lindsley, Knowing & Doing; A Teaching Quarterly for Discipleship of Heart and Mind: C.S. LEWIS INSTITUTE, Edisi Musim Gugur 2004</ref><ref>[http://www.icr.org/pdf/imp/imp-395.pdf#search=%22Genesis%20Flood%20Whitcomb%22 ''The History and Impact of the Book, The Genesis Flood''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060927101053/http://www.icr.org/pdf/imp/imp-395.pdf#search=%22Genesis%20Flood%20Whitcomb%22 |date=2006-09-27 }}, John C. Whitcomb, Impact, No. 395, Mei 2006</ref> Literalisme tidak menyangkal bahwa Alkitab mengandung perumpamaan-perumpamaan, metafora-metafora, dan alegori, tetapi lebih mengandalkanmengutamakan tafsir-tafsir kontekstual yang didasarkan atas niat penulis yang jelas tampak.<ref name=Chicago>[http://www.bible-researcher.com/chicago2.html ''Chicago Statement on Biblical Hermeneutics With commentary by Norman L. Geisler''], Terambil dari ''Explaining Hermeneutics: A Commentary on the Chicago Statement on Biblical Hermeneutics'', Oakland, California: International Council on Biblical Inerrancy, 1983. {{dead link|date=January 2017}}</ref><!--
 
Di dalam ''[[Pernyataan Chicago tentang Kenirsalahan Alkitab]]'',<ref name=Chicago2>[http://www.spurgeon.org/~phil/creeds/chicago.htm ''The Chicago Statement on Biblical Inerrancy''] {{webarchive|url=https://web.archive.org/web/20061115025545/http://www.spurgeon.org/~phil/creeds/chicago.htm |date=2006-11-15 }} (1997)</ref> sarjana-sarjana Kristen konservatif mengaminkan penegasan berikut ini:
As a part of the ''[[Chicago Statement on Biblical Inerrancy]],''<ref name=Chicago2>
[http://www.spurgeon.org/~phil/creeds/chicago.htm ''The Chicago Statement on Biblical Inerrancy''] {{webarchive|url=https://web.archive.org/web/20061115025545/http://www.spurgeon.org/~phil/creeds/chicago.htm |date=2006-11-15 }} (1997)
</ref> conservative Christian scholarship affirms the following:
 
:KAMI MEMBENARKAN keharusan menafsirkan Alkitab menurut makna harfiahnya atau makna yang sewajarnya. Makna harfiah adalah makna historis-gramatis, yakni pengertian yang diungkap penulis. Tafsir menurut makna harfiah akan mempertimbangkan semua kiasan dan bentuk sastra yang terdapat pada teks bersangkutan.
:WE AFFIRM the necessity of interpreting the Bible according to its literal, or normal, sense. The literal sense is the grammatical-historical sense, that is, the meaning which the writer expressed. Interpretation according to the literal sense will take account of all figures of speech and literary forms found in the text.
:KAMI MEMUNGKIRI keabsahan segala bentuk pendekatan terhadap Kitab Suci yang menisbatkan kepadanya pengertian yang tidak didukung makna harfiah.
:WE DENY the legitimacy of any approach to Scripture that attributes to it meaning which the literal sense does not support.
 
== Kritik dari para sarjana metodologi kritis-historis ==
Steve Falkenberg, professor of psikologi religiusagama di [[Eastern Kentucky University|Universitas Kentucky Timur]], observedmengemukakan pandangannya sebagai berikut:<ref>{{cite web|url= http://www.newreformation.org/literalism.htm |title= Biblical Literalism |last= Falkenberg |first= Steve |year= 2002 |work= New Reformation |access-date= 9 November 2012 |url-status= dead |archive-url= https://web.archive.org/web/20080615062211/http://www.newreformation.org/literalism.htm |archive-date= June15 15,Juni 2008 }}</ref>
 
:Tidak pernah saya dapati ada orang yang benar-benar percaya bahwa Alkitab itu benar secara harfiah. Saya kenal satu dua orang yang mengaku percaya bahwa Alkitab itu benar secara harfiah, tetapi tidak ada orang yang benar-benar literalis. Jika diartikan secara harfiah, Alkitab berkata bumi itu datar, ditopang tiang-tiang, dan bergeming ({{Alkitab|1 Tawarikh 16:30}}, {{Alkitab|Mazmur 93:1}}, {{Alkitab|Mazmur 96:10}}, {{Alkitab|1 Samuel 2:8}}, {{Alkitab|Ayub 9:6}}). Alkitab berkata bahwa monster-monster laut raksasa ditentukan mengawal batas-batas samudra ({{Alkitab|Ayub 41}}, {{Alkitab|Mazmur 104:26}}).
:I've never met anyone who actually believes the Bible is literally true. I know a bunch of people who say they believe the Bible is literally true but nobody is actually a literalist. Taken literally, the Bible says the earth is flat and setting on pillars and cannot move (1 Chr 16:30, Ps 93:1, Ps 96:10, 1 Sam 2:8, Job 9:6). It says that great sea monsters are set to guard the edge of the sea (Job 41, Ps 104:26).
 
[[Conrad Hyers]], professorprofesor ofperbandingan comparativeagama religion atdi [[Gustavus Adolphus College|Sekolah Tinggi Gustavus Adolphus]] in, [[St. Peter, Minnesota]], criticizesmengkritik biblicalliteralisme literalismbiblis assebagai asuatu mentalitymentalitas thatyang:<ref>{{cite web|url= http://www.religion-online.org/showarticle.asp?title=1332|archive-url= https://web.archive.org/web/20110604031642/http://www.religion-online.org/showarticle.asp?title=1332|archive-date= June4 4,Juni 2011|url-status= dead|title= Biblical Literalism: Constricting the Cosmic Dance|last= Hyers|first= Conrad|date= August 4–11, 1982|work= Christian Century|page= 823|access-date= 9 November 2012}}</ref>
 
:tidak hanya mengejawantah di gereja-gereja konservatif, kantong-kantong sekolah swasta, acara-acara televisi injili sayap kanan, dan bahan-bahan bacaan yang lumayan banyak di toko buku Kristen. Orang kerap mendapati pemahaman Alkitab dan iman ala literalis dianut orang-orang yang tidak memiliki kecenderungan religius, atau yang terang-terangan memiliki sentimen antireligius. Bahkan di kalangan terpelajar sekalipun peluang munculnya teologi-teologi penciptaan yang lebih canggih gampang sekali dikaburkan dengan pembakaran orang-orangan jerami literalisme biblis.
:does not manifest itself only in conservative churches, private-school enclaves, television programs of the evangelical right, and a considerable amount of Christian bookstore material; one often finds a literalist understanding of Bible and faith being assumed by those who have no religious inclinations, or who are avowedly antireligious in sentiment. Even in educated circles the possibility of more sophisticated theologies of creation is easily obscured by burning straw effigies of biblical literalism.
 
Robert Cargill respondedmenjawab topertanyaan-pertanyaan viewers'para questionspengamat ondalam asebuah serial [[History Channel]] seriesdengan explainingmenjelaskan whymengapa academicdunia scholarshipkesarjanaan rejectsakademik formsmenolak ofsegala biblicalmacam bentuk literalisme literalismbiblis:<ref>{{cite web|last =Ngo|first= Robin|url= http://www.biblicalarchaeology.org/daily/biblical-topics/watch-the-history-channels-bible-secrets-revealed-and-submit-your-questions-to-dr-robert-cargill/|title= Bible Secrets Revealed|work= Biblical Archaeology Society|access-date= 13 MarchMaret 2016|date= 19 DecemberDesember 2013}}</ref>
 
:Terus terang saja, alasan dari mengapa anda tidak melihat banyak sarjana tepercaya menganjurkan paham 'kenirsalahan' Alkitab adalah karena, dengan segala hormat, paham tersebut bukanlah suatu klaim yang dapat dipertahankan. Alkitab penuh dengan pertentangan, dan ya, kekeliruan. Banyak di antaranya adalah ketidaksesuaian angka-angka seputar berbagai hal di dalam Kitab Samuel dan Kitab Raja-Raja dengan pengulangannya di dalam Kitab Tawarikh. Semua sarjana Alkitab yang tepercaya mengakui bahwa ada masalah-masalah terkait teks Alkitab karena Alkitab sudah dipindahtangankan dari generasi ke generasi selama berabad-abad. ... Yang perlu dipersoalkan bukanlah ada tidaknya ketidaksesuaian dan, ya, kekeliruan-kekeliruan di dalam Alkitab, melainkan dapat tidaknya kekeliruan-kekeliruan tersebut secara asasi menggerus keandalan teks Alkitab. Bahkan sarjana-sarjana Alkitab yang paling konservatif, percaya, dan beriman mengakui adanya masalah-masalah terkait teks Alkitab. Inilah sebabnya tidak kita dapati ada sarjana yang setuju dengan paham '[[ketidakbersalahan Alkitab|kenirsalahan Alkitab]]' (setahu saya) di dalam acara siaran tersebut.
:If I may be so bold, the reason you don't see many credible scholars advocating for the 'inerrancy' of the Bible is because, with all due respect, it is not a tenable claim. The Bible is full of contradictions and, yes, errors. Many of them are discrepancies regarding the numbers of things in the Books of Samuel and Kings and the retelling of these in the Books of Chronicles. All credible Bible scholars acknowledge that there are problems with the Biblical text as it has been received over the centuries. ... The question is not whether or not there are discrepancies and, yes, errors in the Bible, but whether or not these errors fundamentally undermine the credibility of the text. Even the most conservative, believing, faithful Biblical scholars acknowledge these problems with the text. This is why we don't find any scholars that subscribe to '[[Biblical inerrancy]]' (to my knowledge) on the show.
 
[[ChristianDi Smithdalam (sociologist)|Christianbukunya Smith]]yang wroteterbit inpada histahun 2012 book, ''The Bible Made Impossible: Why Biblicism Is Not a Truly Evangelical Reading of Scripture'', [[Christian Smith (sosiolog)|Christian Smith]] mengemukakan bahwa:<ref name="Smith2012">
{{cite book
|first= Christian|last= Smith
Baris 82 ⟶ 80:
</ref>
 
:Permasalahan yang sesungguhnya adalah teori biblisis tertentu mengenai Alkitab. Teori ini bukan hanya membuat muda-mudi beriman rentan dibuat menginsyafi kenaifan penerimaan mereka terhadap teori tersebut, melainkan sering kali pula berkonsekuensi tambahan, yakni mempertaruhkan keteguhan iman mereka. Biblisisme kerap mengarahkan muda-mudi yang cerdas dan penuh kesungguhan hati ke dalam suatu situasi sulit yang untuk alasan-alasan nyata mustahil diatasi karena banyak orang yang sebenarnya menggumuli masalah-masalahnya. Jika beberapa di antara muda-mudi tersebut akhirnya berhenti menganut biblisisme dan tidak lagi mempedulikan semua arahan yang diterimanya, maka biblisisme cacat itulah sebagian dari faktor penyebab pupusnya iman mereka.
:The real problem is the particular biblicist theory about the Bible; it not only makes young believers vulnerable to being disabused of their naive acceptance of that theory but it also often has the additional consequence of putting their faith commitments at risk. Biblicism often paints smart, committed youth into a corner that is for real reasons impossible to occupy for many of those who actually confront its problems. When some of those youth give up on biblicism and simply walk across the wet paint, it is flawed biblicism that is partly responsible for those losses of faith.-->
 
== Lihat pula ==