Tangsi Belanda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: diseberang → di seberang (WP:BAHASA)
 
(4 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{rapikan}}
{{noref}}
{{noref|date={{subst:Andika Abimanyu 08 September}} {{subst:2001}}}}
'''Benteng Belanda''' merupakan kompleks bangunan yang dahulunya berfungsi sebagai tempat perlindungan dan pertahanan bagi para tentara Belanda. Benteng Belanda ini diperkirakan berdiri sekitar tahun [[1800]]-an dan dibangun oleh kolonial Belanda dan masyarakat Siak, khususnya di [[Benteng Hulu, Mempura, Siak]]. Dalam tangsi terdapat berbagai macam bangunan yang antara lain berfungsi sebagai penjara, asrama, kantor, gudang senjata, dan lainnya. Benteng peninggalan belanda yang berdiri ditepian sungai ini menurut cerita dibangun tak lama setelah -[[Istana Siak]]. Benteng ini sudah diakui sebagai peninggalan sejarah dan telah menjadi hal milik daerah untuk diusahakan sebagai objek wisata. Saat ini pemeliharaannya diawasi oleh [[Dinas Pariwisata]] setempat. [[Tangsi]] ini dilengkapi dengan meriam. Meriam Siak terletak di Benteng Istana lama yang dikendalikan oleh suku Bintan. Setiap hari sedadu Belanda mengadakan patroli kekampung-kampungkampun guna menakut-nakuti rakyat. ''Dahulu fungsi dari Benteng Belanda ini untuk memata-matai pergerakan Sultan Siak yang ada diseberangdi seberang. Mereka takut kalau sewaktu-waktu sultan melakukan penyerangan mendadak, maka mereka membuat benteng ini sebagai tempat berlindung dan pertahanan mereka.''
 
Setiap ruangan yang ada pada benteng ini juga memiliki fungsi tersendiri. Pada lantai atas biasanya Belanda menggunakan sebagai asrama atau tempat peristirahatan atau kamar tidur. Sedangkan fungsi setiap ruangan bawah pada bangunan Benteng Belanda ini bermacam-macam antara lain sebagai berikut.
Baris 24:
 
REFERENSI
 
[[Benteng Hulu, Mempura, Siak]]
 
<ref>{{Cite journal|last=Novrianto|first=Riangga|last2=Marettih|first2=Anggia Kargenti Evanurul|date=2018-12-13|title=Self-efficacy dan Optimisme sebagai Prediktor Subjective Well-Being pada Mahasiswa Tahun Pertama|url=http://dx.doi.org/10.21776/ub.mps.2018.004.02.4|journal=Mediapsi|volume=4|issue=2|pages=83–91|doi=10.21776/ub.mps.2018.004.02.4|issn=2477-6459}}</ref> <ref>{{Cite journal|last=H. Hoed|first=Benny|date=2010-10-01|title=Henri Chambert-Loir (ed.), Sadur; Sejarah terjemahan di Indonesia dan Malaysia. Jakarta/Bandung: Kepustakaan Populer Gramedia, École franςaise d'Extrême-Orient, Forum Jakarta-Paris, Pusat Bahasa, Universitas Padjadjaran, 2010, 1160 pp. ISBN 9789799102140.|url=http://dx.doi.org/10.17510/wjhi.v12i2.124|journal=Wacana, Journal of the Humanities of Indonesia|volume=12|issue=2|pages=399|doi=10.17510/wjhi.v12i2.124|issn=2407-6899}}</ref>