Teori keterikatan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (- + ) |
k Suntingan 125.165.110.164 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh HsfBot Tag: Pengembalian |
||
(4 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 13:
Teori keterikatan dipopulerkan oleh seorang ahli [[psikoanalisis]] [[Inggris]] bernama [[John Bowlby]] pada tahun 1950an. Sebelum teori keterikatan tersebut mengemuka, bidang [[psikologi perkembangan]] sangat fokus pada dorongan interior masing-masing individu, bukan pada hubungan antarindividu. Teori yang dikemukakan Bowlby itu dipengaruhi oleh studi perilaku hewan [[primata]] yang diketahuinya membutuhkan pemberi perhatian utama mereka untuk dapat bertahan hidup, bukan dalam artian untuk menerima makanan sebagaimana yang dipercayai oleh [[ahli perilaku]]/''behaviorist'', melainkan agar merasa dekat dengan sosok pelindung mereka. Menurut Bowlby, yang disebut dengan perilaku keterikatan (“''attachment behaviors''”) ialah pelayanan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut dan perasaan terlindungi yang menyertainya yang berkembang untuk mendatangkan respon dari sosok pemberi perhatian, berupa [[menangis]], mengikuti, tersenyum, [[menyusui]], menempel, dll. Dengan kata lain, anak atau bayi berkembang mengirimkan sinyal kepada pemberi perhatian mereka ketika mendapat serangan (takut, sakit, terluka, dll.) yang membutuhkan respon agar menjaga mereka tetap aman dari bahaya. Di dalam pusat [[sistem keterikatan]] terjadi semacam panggilan [[primitif]] dan respon yang menjaga [[spesies]] dapat tetap hidup.<ref name=":2">{{Cite news|url=https://www.thecut.com/2016/06/attachment-theory-motherhood-c-v-r.html|title=Can Attachment Theory Explain All Our Relationships?|date=2016-07-05|newspaper=The Cut|language=en|access-date=2017-12-10}}</ref> Bowlby mendapat pengaruh dari beberapa [[ahli klinik]] selama pengembangan teorinya, tetapi terutama ia mendapat pengaruh dari ahli psikoanalisis.<ref name=":0" />
# [[Freud]] (1856-1939), menulis tentang Prinsip Kebahagiaan (''[[Pleasure Principle]]'') yang menjelaskan bahwa sejak tahap awal kehidupan, manusia membutuhkan untuk mencari apa yang memenuhi kebutuhan dasar mereka.
# [[Melanie Klein]] (1882-1960), mendapat pengaruh dari gagasan Freud mengenai ketidaksadaran, untuk kemudian menciptakan Teori Hubungan
# [[René Spitz]] (1887-1974), mendapat pengaruh dari karya Freud- konsep perkembangan anak- melakukan pengamatan dan penelitian mengenai perilaku anak, dan menciptakan [[Teori Perkembangan Ego]].<ref name=":3">Spitz RA (1945). "Hospitalism: An Inquiry into the Genesis of Psychiatric Conditions in Early Childhood". The Psychoanalytic Study of the Child 1: 53–74</ref> Ia menyimpan penemuannya mengenai dampak kehilangan pada perkembangan anak, di dalam film yang dibuatnya, berjudul ''[[Psychogenic Disease in Infancy]]'' (penyakit psikogenik pada masa kanak-kanak).<ref name=":3" />
# [[Ana Freud]] (1895-1982), pendiri [[psikoanalisis anak]]. Penelitiannya tentang anak muda yang terpisah dengan pemberi perhatian mereka, yang dikenalnya selama perang dunia, sangat kuat mempengaruhi Bowlby.<ref>Freud A, Burlingham DT (1943). War and children. Medical War Books.</ref>
Baris 24:
Bowlby berteori bahwa [[bayi]] tidak bisa mengatasi masalahnya sendiri, seperti ketakutan, kesedihan, basah dalam diapernya, rasa lapar, dll., dan membutuhkan seseorang untuk membantu mengatasinya. Proses tersebut dimulai dengan ''co-regulation'' atau ''mutual regulation''- pengaturan simultan oleh dua sistem, yakni [[ibu]] dan bayi, dengan tujuan yang sama- dan berakhir idealnya dengan pembentukan diri sebagai agen eksekutif utama dari strategi yang berdasarkan pada keamanan. Dengan kata lain, anak yang secara efektif ditenangkan oleh pemberi perhatian mereka pada akhirnya akan belajar bagaimana melakukan hal-hal tersebut untuk dirinya sendiri.<ref name=":2" /> Bowlby juga percaya bahwa bayi mempunyai kebutuhan bawaan untuk mencari dan menjaga keterikatan dengan pemberi perhatian utama mereka,<ref name=":0" /><ref name=":1" /> dan bahwa “bayi serta anak kecil seharusnya merasakan kehangatan, kedekatan, dan hubungan yang terus menerus dengan ibunya, yang mana keduanya mendapatkan kepuasan dan kenyamanan.” Bila tidak, maka bayi akan mendapat konsekuensi kesehatan [[mental]] yang signifikan, yang tidak dapat dikembalikan ke keadaannya yang semula.<ref>Waters, E., Corcoran, D. & Anafarta, M. (2005) ‘Attachment, Other Relationships, and the Theory that All Good Things Go Together’ Human Development 48:80–84</ref> Sementara Bowlby dikenal sebagai Bapak Teori Keterikatan, peneliti yang bekerja membantu Bowlby, [[Mary Salter Ainsworth]], seorang [[psikolog]] pandai dan berprestasi yang membawa teorinya menjadi hidup.<ref name=":2" />
Pada tahun 1954, Ainsworth menemani suaminya yang mendapat pekerjaan di [[Uganda]], memutuskan melakukan proyek penelitian menguji teori baru yang ia dan Bowlby ciptakan dengan manusia nyata.<ref name=":2" /> Ainsworth mula-mula menjelaskan fenomena dasar aman (‘‘''[[secure base phenomenon]]''’’) dalam istilah keseimbangan antara perilaku eksplorasi dan keterikatan (misalnya kedekatan, kontak).<ref name=":5"><nowiki>http://repositorio.ispa.pt/bitstream/10400.12/1196/1/AHD%2010%282%29%20189.pdf</nowiki>
New York: Basic Books</ref> Ia menggunakan analogi kekuatan ekspedisi, pergi menjauh dari benteng pertahanan, yakin pada kepercayaan bahwa dasar aman tersebut akan selalu tersedia dan mampu memberikan perlindungan dan dukungan lainnya pada saat ekspedisi membutuhkan bantuan atau tempat berlindung selama [[eksplorasi]]. Dalam pandangannya, kepercayaan diri anak di dalam dasar aman membuatnya dapat bertualang lebih jauh, ekspansif, dan bermanfaat, sebelum menjauh yang sebenarnya dari dasar tersebut ketika mereka beranjak [[dewasa]]. Hubungan dasar aman mula-mula seorang anak dengan pemberi perhatian utama mereka terbentuk selama beberapa tahun pertama kehidupannya dan berdasarkan sejarah unik transaksi perilaku yang memberikan ciri pada anak dan pemberi perhatiannya tersebut. Ainsworth menunjukkan bahwa perbedaan individu dalam organisasi perilaku dasar aman anak (misalnya representasi sensor motorik dalam hubungan) secara kritis bergantung pada fitur interaksi ibu dan anak, termasuk sensitivitas terhadap sinyal yang diberikan anak, kooperasi dengan perilaku anak, akses terhadap anak, dan penerimaan atas peran pemberi perhatian dan pemenuh kebutuhan anak.<ref name=":6">Ainsworth, M. D., Blehar, M. C., Waters, E., & Wall, S. (1978). Patterns of attachment: A psychological study of the strange situation. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Inc</ref>
Dengan berkembangnya anak, hubungan dasar aman semakin meluas dan termodifikasi, sebagian sebagai fungsi kualitas transaksi dengan keterikatan di antara dua individu, dan sebagian lagi karena konsekuensi perubahan [[kognisi]], pengaruh, dan perilaku yang menandai pertumbuhan manusia. Salah satu konsekuensi pengalaman berulang dari sensitivitas, kooperasi, dll., berkaitan dengan perubahan perkembangan ialah penyusunan model mental penjelas hubungan dasar aman dan unsur-unsur penyusunnya.<ref>Bowlby, J. (1973). Attachment and loss. Vol. 2: Separation: Anxiety, and anger. New York: Basic Books.</ref><ref>Bowlby, J. (1980). Attachment and loss. Vol. 3: Loss: Sadness and depression. New York: Basic Books</ref><ref>Bowlby, J. (1982). Attachment and loss. Vol. 1: Attachment (2nd ed.). New York (Original work published 1969).</ref> Bowlby berpendapat bahwa representasi mental tersebut membuat dasar aman lebih dapat diaplikasikan, yakni bahwa anak mungkin terus menerus merasa aman dan terdukung ketika pemberi perhatian mereka tidak hadir secara fisik. Lebih jauh, karena model mental keterikatan ini dibuat berdasarkan pengalaman yang dirasakan dan organisasi perilaku dasar aman dengan referensi sosok keterikatan daripada [[bahasa]] atau pengertian rasional diri atau pemberi perhatian, model mental keterikatan tersebut berfungsi secara implisit dan di luar perhatian utama dan kesadaran.<ref name=":7">Sroufe, A.; Waters, E. (1977). "Attachment as an Organisational Construct". Child Development 48: 1184–1199.doi:10.111/j.1467-8624.1977.tb03922.x</ref> Setelah satu tahun melakukan pengamatan pada ibu-ibu di Uganda dan anak/bayinya, ia memperhatikan
== Keterikatan aman ==
Orang tua yang konsisten atau senantiasa memberikan [[respon]] pada kebutuhan anak akan membentuk anak yang terikat dengan aman.<ref name=":8">Schacter, D.L.et al. (2009). Psychology, Second Edition. New York: Worth Publishers. pp.441</ref> Anak akan melakukan eksplorasi secara bebas sementara pemberi perhatian mereka hadir (biasanya berupa keterlibatan dengan orang asing),
== Keterikatan kecemasan-ambivalen ==
Seorang anak dengan tipe keterikatan ini sedikit melakukan eksplorasi (dalam situasi yang asing) dan sering waspada terhadap orang asing, bahkan dalam kehadiran orang tua mereka.<ref name=":6" /> Ketika ibu mereka pergi, mereka
== Keterikatan kecemasan-penghindaran ==
Anak dengan tipe keterikatan ini akan menghindari atau mengabaikan pemberi perhatian mereka dengan menunjukkan sedikit emosi dan tidak ada kesusahan/penderitaan ketika pemberi perhatian mereka itu pergi ataupun kembali.<ref name=":10">Ainsworth, M. D.; Bell, S. M. (1970). "Attachment, exploration, and separation: Illustrated by the behaviour of one-year-olds in a strange situation". Child Development 41: 49–67. doi:10.111/j.1467-8624.1970.tb00975.x</ref> Anak tersebut tidak mengeksplor banyak mengenai siapa yang ada di sekitarnya.<ref name=":10" /> Ainsworth dan Bell berteori bahwa perilaku yang tampak tenang dari anak penghindar merupakan sebuah topeng kesusahan dan penderitaannya. Hipotesis itu kemudian dibuktikan melalui studi laju [[detak jantung]] anak penghindar.<ref name=":7" /> “…penghindaran yang mencolok pada pertemuan dengan ibu mereka, yang berupa pengabaian, meskipun ada pula saat membuang muka, berbalik badan, atau pergi menjauh… jika ada pemberian salam ketika ibu mereka datang, hal tersebut hanya berupa lirikan atau senyum… Anak tidak mendekati ibu mereka pada saat pertemuan dengannya, atau mereka mendekatinya dengan gaya yang gagal, atau mendekati ibu mereka cenderung hanya terjadi setelah bujukan berkali-kali…<ref name=":6" /> Jika anak dengan keterikatan kecemasan-penghindaran didekati/diraih, ia menunjukkan sedikit atau tidak ada kontak yang terjaga. Ia cenderung tidak memeluk; melihat ke arah lain, dan mungkin menggeliat turun.<ref name=":6" /> Orang dewasa penolak dan penghindar menginginkan independensi yang sangat tinggi,
== Keterikatan tidak beraturan ==
Ainsworth dkk. mengobservasi gerakan yang tegang seperti membungkukkan bahu, meletakkan tangan di belakang leher dan secara tegang memiringkan kepala, dll.<ref name=":6" /> Gerakan tersebut merupakan pertanda [[stres]] karena
== Referensi ==
|