Chen Huang Er Xian Sheng: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Mengganti kategori yang dialihkan Perang melibatkan Belanda menjadi Perang yang melibatkan Belanda |
k ~cat |
||
(12 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:Kongco-pribumi-R-Panji-Margono.-Foto.Chris -230x300.jpg|
'''Chen Huang Er Xian Sheng''' ([[Hanzi]]: 陈黄二先生; [[Hokkien]]: Tan Oei Ji Sian Seng) atau '''Yi Yong Gong''' ([[Hokkien]]: Gi Yong Kong) adalah
== Nama dan etimologi ==
Gelar ''Chen Huang Er Xian Sheng'' memiliki arti "Dua Tuan Terhormat dari Keluarga Chen dan Huang". ''Chen'' dan ''Huang'' merupakan [[
Oei Ing Kiat (Oey Ing Kiat) adalah seorang Tionghoa beragama [[Islam]] yang sangat kaya, keturunan [[Bi Nang Oen]] yang merupakan salah seorang juru mudi armada Laksamana [[Ceng Ho]] yang mendarat di Bonang-Lasem. Bi Nang Oen adalah seorang pujangga dari [[Campa]] yang menjadi penyebar [[agama Islam]] di Lasem pada awal abad XV.
Bersama dengan Raden Panji Margono, ketiganya saling mengangkat sumpah persaudaraan. Dalam "''Kitab Carita Sajarah Lasem''" karangan R. Panji Kamzah, setelah mengetahui kematian Panji Margono, Oei Ing Kiat menjadi marah dan berteriak, "Aku ingin mati menyusul saudaraku Den Panji dan saudaraku Tan Kee Wie".
▲Oei Ing Kiat (Oey Ing Kiat) adalah seorang Tionghoa beragama Islam yang sangat kaya, keturunan [[Bi Nang Oen]] yang merupakan salah seorang juru mudi armada Laksamana [[Ceng Ho]] yang mendarat di Bonang-Lasem. Bi Nang Oen adalah seorang pujangga dari [[Campa]] yang menjadi penyebar [[agama Islam]] di Lasem pada awal abad XV. <ref name=panji>R. Panji Kamzah. "''Kitab Carita Sajarah Lasem''". Ditulis ulang oleh R. Panji Karsono tahun 1920. Diunduh pada [http://pesisirantimur.blogspot.com/2012/04/perang-kuningperang-cinaperang-lasem.html Perang Kuning/Perang Cina/Perang Lasem].</ref> Oei Ing Kiat sendiri merupakan pengusaha dan syahbandar yang memiliki banyak kapal junk dan perahu antar pulau.<ref name=unjiya/>
▲Bersama dengan Raden Panji Margono, ketiganya saling mengangkat sumpah persaudaraan. Dalam "''Kitab Carita Sajarah Lasem''" karangan R. Panji Kamzah, setelah mengetahui kematian Panji Margono, Oei Ing Kiat menjadi marah dan berteriak, "Aku ingin mati menyusul saudaraku Den Panji dan saudaraku Tan Kee Wie".<ref name=panji/>
== Sejarah ==
[[Babad Tanah Jawi]] menyebut kedua pemimpin pemberontak Lasem bernama ''Encik Macan'' dan ''Muda Tik'', yaitu Tan Pan Ciang (bukan Khe Pan Jiang) dan Oei Ing Kiat. Nama Tan Kee Wie tidak disebutkan, sementara Tan Pan Ciang merupakan nama samaran Raden Panji Margono yang menyamar sebagai seorang babah (keturunan campuran
Oei Ing Kiat menjabat sebagai bupati di Lasem (1727-1743?) menggantikan ayah Raden Panji Margono, yaitu Tejakusuma V (1714-1727). Sebagai Bupati Lasem, ia diberi gelar Tumenggung Widyaningrat oleh [[Pakubuwana II]]. Tejakusuma V memiliki sikap anti-VOC sehingga ia tidak menyukai kedekatan Susuhunan Pakubuwana II dengan pihak Belanda. Sementara itu, [[Panji Margono]] sendiri lebih menyukai kehidupan sebagai pedagang.<ref name="ss">Sam Setyautama. [http://books.google.co.id/books?id=lEGrOWWEvswC&pg=PA262&lpg=PA262&dq=%22oei+ing+kiat%22&source=bl&ots=J9pBS2ikUr&sig=6OpREoDNdmE2033oLMuFkJ-VHVA&hl=en&sa=X&ei=r_6OUd6UPIXBrAf01YFY&redir_esc=y#v=onepage&q=%22oei%20ing%20kiat%22&f=false Tokoh-Tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia].</ref><ref name=benny>Benny G. Setiono. 2003. "Tionghoa dalam Pusaran Politik". TransMedia.</ref>
=== Latar belakang ===
{{lihat pula|Geger Pacinan}}
Pada saat terjadi [[Geger Pacinan]] pada Tahun 1740, banyak warga
=== Perang Jawa ===
{{lihat pula|Perang Jawa (1741–1743)}}
Ketiga bersaudara memimpin para pejuang Jawa-
Raden Panji Margono dan pengawalnya, [[Ki Galiyo|Galiyo]], yang pada saat itu mengenakan pakaian khas
=== Perang Kuning ===
{{lihat pula|Perang Kuning}}
Pada tahun [[1750]], [[Panji Margono|Raden Panji Margono]] kembali merencanakan pemberontakan terhadap VOC.<ref name="ss"/> Pemberontakan tersebut didukung oleh laskar Tionghoa yang dipimpin Oei Ing Kiat dan laskar santri yang dipimpin Kyai [[Ali Badawi]].
Pertempuran meletus pada bulan Agustus 1750. Pasukan dari Tuban yang dipimpin Tumenggung Citrasoma bertempur dengan pasukan pemberontak Aragosoka yang dipimpin oleh Raden Panji Suryakusuma di Bonang dan Leran. Pasukan VOC dari Jepara yang melewati jalur laut menuju Layur (utara Lasem) dihadang pasukan Lasem dibawah pimpinan Oei Ing Kiat yang dipersenjatai senapan dan meriam hasil rampasan perang. Di sebelah timur Sungai Paturenan, pasukan Kyai Ali Badawi menghadang pasukan VOC dan Citrasoma. Raden Panji Margono memimpin pertempuran jarak dekat melawan pasukan Belanda di daerah Narukan dan Karangpace (barat Lasem) hingga ke utara di tepi laut. Di tempat ini, Raden Panji Margono gugur terkena sabetan pedang.
Setelah mendengar berita kematian Panji Margono, Oei Ing Kiat menjadi gelap mata. Sambil membawa pedang pusaka ''Naga Gak Sow Bun'', ia nekad maju ke depan medan perang tanpa mempedulikan desing peluru dan ledakan meriam sambil membantai banyak serdadu VOC. Namun, amarahnya yang tak terkendali membuatnya tidak waspada sehingga dadanya tertembak oleh serdadu bayaran dari Ambon. Oei Ing Kiat mendekap dadanya yang terluka sambil mundur dari medan perang, kemudian ambruk dan meninggalkan pesan kepada orang-orang
# Supaya jenasahnya dimakamkan di lereng puncak gunung Bugel menghadap ke barat dengan ditandai dayung perahu serta pohon beringin.
# Hanya keluarganya yang diperbolehkan untuk mengetahui makamnya.
# Jenasahnya dibawa ke Warugunung, di rumah istri mudanya yang beretnis Jawa, untuk dibersihkan dan dimakamkan.
Setelah kematian Oei Ing Kiat, perlawanan di Lasem benar-benar padam. Lasem kembali dikuasai oleh Belanda, rumah Oei Ing Kiat digunakan oleh keponakannya yang diangkat menjadi Kapten Tituler Lasem, sementara seluruh jung dan perahunya disita.<ref name=sanyoto/> Pada tahun 1780, setelah keadaan di Lasem tenang, penduduk Tionghoa di Babagan, Lasem mendirikan [[Klenteng]] [[Gie Yong Bio]] untung mengenang jasa ketiga pemimpin pemberontakan Lasem, yaitu Tan Kee Wie, Oei Ing Kiat, dan Raden Panji Margono.
== Kultus ==
{{lihat pula|Gie Yong Bio}}
Untuk memperingati kepahlawanan Tan Kee Wie, Oei Ing Kiat, dan Tan Pan Ciang, masyarakat Tionghoa di Lasem mendirikan Kelenteng ''Tan Oei Ji Siang Sen'' atau ''[[Gie Yong Bio|Gi Yong Kong Bio]]'' (lit. Kelenteng Kebenaran dan Keberanian)<ref name="ss"/> pada tahun 1780an. Menurut penuturan para orang tua di Lasem, setelah pertempuran berakhir, seorang ahli ukir bermimpi bahwa di sungai Juwana terdapat dua batang kayu yang terapung. Kedua batang kayu tersebut tidak bisa diambil oleh siapapun meskipun banyak yang menginginkan. Si ahli ukir diperintahkan dalam mimpi tersebut untuk mengambil kedua batang kayu dan mengukirnya menjadi patung Tan Oei Ji Sian Seng sebagai pengingat bagi anak dan cucunya.
▲[[Berkas:Kongco-pribumi-R-Panji-Margono.-Foto.Chris -230x300.jpg|thumb|Rupang Raden Panji Margono di altar klenteng Gie Yong Bio]]
▲Untuk memperingati kepahlawanan Tan Kee Wie, Oei Ing Kiat, dan Tan Pan Ciang, masyarakat Tionghoa di Lasem mendirikan Kelenteng ''Tan Oei Ji Siang Sen'' atau ''[[Gie Yong Bio|Gi Yong Kong Bio]]'' (lit. Kelenteng Kebenaran dan Keberanian)<ref name="ss"/> pada tahun 1780an. Menurut penuturan para orang tua di Lasem, setelah pertempuran berakhir, seorang ahli ukir bermimpi bahwa di sungai Juwana terdapat dua batang kayu yang terapung. Kedua batang kayu tersebut tidak bisa diambil oleh siapapun meskipun banyak yang menginginkan. Si ahli ukir diperintahkan dalam mimpi tersebut untuk mengambil kedua batang kayu dan mengukirnya menjadi patung Tan Oei Ji Sian Seng sebagai pengingat bagi anak dan cucunya.<ref name="titd">TITD Tri Murti Lasem. 20 Juli 2011. [http://titdtrimurtilasem.blogspot.com/ Sejarah Klenteng Gie Yong Kong Babagan].</ref>
Makam Oei Ing Kiat dipercaya berada di kompleks pemakaman Gunung Bugel, Desa [[Warugunung, Pancur, Rembang]]. Makam tersebut dikeramatkan oleh masyarakat sekitar, bahkan sering dikunjungi oleh penduduk berbagai daerah, terutama setiap malam Jumat dan Minggu pagi.<ref>Harian Umum Suara Merdeka. 24 Mei 2003. [http://www.suaramerdeka.com/harian/0305/24/dar25.htm Ratusan Orang Kunjungi Makam Kuno]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}.</ref>
==
* Kisah Tan Pan Ciang dan Oei Ing Kiat muncul dalam novel berjudul
* Drama musikal karya [[Remy Sylado]] berjudul
== Lihat pula ==
Baris 60 ⟶ 58:
[[Kategori:Dewa-Dewi Taoisme]]
[[Kategori:Konflik dalam tahun 1741]]
[[Kategori:Perang yang melibatkan Belanda]]
[[Kategori:Sejarah Hindia Belanda]]
|