Bindusara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8.6
 
(12 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Royalty|title=Amitraghata|image=ImperioDeChandragupta269aC.svg|caption=Kekaisaran Maurya beberapa tahun setelah kematian Bindusara, tahun 269 SM.|succession=Kaisar Maurya ke-2<br>|reign={{circa|297|273 BCE}}|coronation=kr. 297 SM<br>|predecessor=[[Chandragupta Maurya]]|successor=[[Ashoka]]|death_date=kr. 273 SM<br>|spouse=Ibu Susima<!-- DO NOT ADD Charumitra HERE. SHE IS A FICTIONAL CHARACTER --><br>
Ibu Ashoka ([[Subhadrangi]] menurut ''[[Ashokavadana]]'')|issue={{unbulleted list|[[Susima]]|[[Ashoka]]|[[Vitashoka]]}}|father=[[Chandragupta Maurya]]|mother=[[Durdhara]] (menurut tradisi Jain)}}Bindusara (kr. 297 - 273 SM) adalah kaisarKaisar Maurya kedua di India. Dia adalah putra dari pendiri dinasti Maurya yakni Chandragupta, dan ayah dari Ashoka, penguasa dinasti Maurya. Kehidupan Bindusara tidak didokumentasikan sebaik kehidupan kedua kaisar tersebut. Sebagian besar informasi tentangnya berasal dari catatan legendaris yang ditulis beberapa ratus tahun setelah kematiannya.
 
Bindusara mengkonsolidasikan kekaisaran yang diciptakan oleh ayahnya. Penulis Buddha Tibet abad ke-16, Taranatha, memuji pemerintahannya dengan penaklukan wilayah yang luas di India selatan, namuntetapi beberapa sejarawan meragukan keaslian historis dari klaim ini.
 
== Latar belakang ==
Sumber kuno dan abad pertengahan belum mendokumentasikan kehidupan Bindusara secara rinci. Sebagian besar informasi tentang dia berasal dari legenda Jain yang berfokus pada Chandragupta dan legenda Buddhis yang berfokus pada Ashoka. Legenda Jain, seperti Parishishta-Parvan Hemachandra ditulis lebih dari seribu tahun setelah kematiannya. {{Sfn|Singh|2008}} Sebagian besar legenda Buddhis tentang kehidupan awal Ashoka juga nampaktampak telah disusun oleh penulis Buddhis yang tinggal beberapa ratus tahun setelah kematian Ashoka, dan memiliki nilai historis yang lemah.{{Sfn|Srinivasachariar|1974}} Sementara legenda ini dapat digunakan untuk membuat beberapa kesimpulan tentang pemerintahan Bindusara, mereka tidak sepenuhnya dapat diandalkan karena hubungan erat antara Ashoka dan Buddhisme.{{Sfn|Singh|2008}}
 
Sumber Buddhis yang memberikan informasi tentang Bindusara meliputi Divyavadana (termasuk Ashokavadana dan Pamsupradanavadana), Dipavamsa, Mahavamsa, Vamsatthappakasini (juga dikenal sebagai Mahvamsa Tika atau "komentar Mahavamsa"), Samantapasadika, dan tulisan-tulisan abad ke 16 di Taranatha.{{Sfn|Srinivasachariar|1974}}{{Sfn|Singh|2008}} Sumber Jain termasuk Parishishta-Parvan dari abad ke 12 oleh Hemachandra dan Rajavali-Katha dari abad ke-19 oleh Devachandra.{{Sfn|Daniélou|2003}} Orang-orang Hindu Puranas juga menyebutkan Bindusara dalam silsilah penguasa Maurya mereka.{{Sfn|Guruge|1993}} Beberapa sumber Yunani juga menyebutkan dirinya dengan nama "Amitrochates" atau variasinya.{{Sfn|Kosmin|2014}}{{Sfn|Daniélou|2003}}
Baris 18:
 
=== Nama ===
Nama "Bindusara", dengan sedikit variasi, dibuktikan oleh teks-teks Buddhis seperti Dipavamsa dan Mahavamsa ("Bindusaro"); teks Jain seperti Parishishta-Parvan; serta teks Hindu seperti Wisnu Purana ("Vindusara"). <ref name="VAS_Asoka">{{cite book|url=https://archive.org/stream/asokabuddhistemp00smitiala#page/18/mode/2up|title=Asoka, the Buddhist emperor of India|author=Vincent Arthur Smith|publisher=Clarendon Press|year=1920|isbn=9788120613034|location=Oxford|pages=18–19}}</ref><ref>{{cite journal|author=[[Rajendralal Mitra]]|year=1878|title=On the Early Life of Asoka|url=https://books.google.com/books?id=rlQOAAAAIAAJ&pg=PA10|journal=Proceedings of the Asiatic Society of Bengal|publisher=Asiatic Society of Bengal|page=10}}</ref> Purana lainnya memberikan nama yang berbeda untuk penerus Chandragupta; ini tampaknya menjadi kesalahan administrasi. Misalnya, berbagai ragam Bhagavata Purana menyebutkannya sebagai Varisara atau Varikara. Versi berbeda dari Vayu Purana memanggilnya Bhadrasara atau Nandasara.{{Sfn|Guruge|1993}}
 
Mahabhashya menamai putra Chandragupta sebagai Amitra-ghata (bahasa Sanskerta untuk "pembunuh musuh").{{Sfn|Singh|2008}} Penulis Yunani Strabo dan Athenaeus masing-masing memanggilnya Allitrochades dan Amitrochates; nama ini mungkin berasal dari judul Sanskerta. Selain itu, Bindusara diberi gelar Deva-nampriya ("Yang Dikasihi para Dewa"), yang juga diterapkan pada penggantinya Ashoka. Karya Jain Rajavali-Katha menyatakan bahwa nama kelahirannya adalah Simhasena.{{Sfn|Daniélou|2003}}
 
Baik teks Buddha maupun Jain menyebutkan sebuah legenda tentang bagaimana Bindusara mendapatkan namanya. Kedua akun tersebut menyatakan bahwa menteri Chandragupta, Chanakya, biasa mencampur racun kecil dalam makanan kaisar untuk membangun kekebalannya terhadap usaha keracunan yang mungkin terjadi. Suatu hari, Chandragupta, yang tidak tahu tentang racun itu, berbagi makanannya dengan istrinya yang sedang hamil. Menurut legenda Budha (Mahavamsa dan Mahavamsa Tikka), ketika itu hampir 7 hari sebelum ratu akan melahirkan anaknya. Chanakya tiba tepat saat ratu memakan potongan beracun tersebut. Menyadari bahwa dia akan meninggal, dia memutuskan untuk menyelamatkan anak yang belum lahir. Dia memotong kepala ratu dan memotong perutnya dengan pedang untuk mengeluarkan janin. Selama tujuh hari berikutnya, ia menempatkan janin di perut seekor kambing yang baru terbunuh setiap hari. Setelah tujuh hari, putra Chandragupta "lahir". Dia bernama Bindusara, karena tubuhnya terlihat dengan tetes ("bindu") dari darah kambing. <ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=v3iDAAAAMAAJ|title=Kauṭilya and the Arthaśāstra: a statistical investigation of the authorship and evolution of the text|last=Trautmann|first=Thomas R.|publisher=Brill|year=1971|page=15|authorlink=Thomas Trautmann}}</ref> Teks Jain Parishishta-Parvan menamai ratu sebagai Durdhara, dan menyatakan bahwa Chanakya memasuki ruangan pada saat dia pingsan. Untuk menyelamatkan anak itu, dia memotong rahim ratu yang telah meninggal dan mengeluarkan bayi itu. Pada saat ini, setetes racun ("bindu") telah sampai pada bayi itu dan menyentuh kepalanya. Oleh karena itu, Chanakya menamakannya Bindusara, yang berarti "kekuatan dari tetesan". <ref name="Rosalind_1993">{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=Po9tUNX0SYAC&pg=PA204|title=The Clever Adulteress and Other Stories: A Treasury of Jaina Literature|author=Motilal Banarsidass|year=1993|editor=[[Phyllis Granoff]]|pages=204–206|chapter=The Minister Cāṇakya, from the Pariśiṣtaparvan of Hemacandra|translator=Rosalind Lefeber}}</ref>
 
=== Keluarga ===
Versi prosa Ashokavadana menyebutkan tiga putra Bindusara: Sushima, Ashoka dan Vigatashoka. Ibu Asoka dan Vigatashoka adalah seorang wanita bernama Subhadrangi, putri seorang Brahmana dari kota Champa. Ketika dia lahir, seorang peramal meramalkan bahwa salah satu anaknya akan menjadi raja, dan satu lagi orang religius. Ketika dia dewasa, ayahnya membawanya ke istana Bindusara di Pataliputra. Istri-istri Bindusara, cemburu akan kecantikannya, melatihnya sebagai penata rambut kerajaan. Suatu ketika, ketika Kaisar senang dengan keterampilan menata rambutnya, dia mengungkapkan keinginannya untuk menjadi seorang ratu. Bindusara pada awalnya merasa khawatir dengan kelasnya yang rendah, namuntetapi menjadikannya ratu setelah mempelajari keturunan Brahmana-nya. Pasangan itu memiliki dua putra: Ashoka dan Vigatashoka. Bindusara tidak menyukai Asoka karena "anggota badannya sulit disentuh". <ref name="EB_legends">{{cite book|url=https://archive.org/stream/legendsofindianb00burn#page/20/mode/2up|title=Legends of Indian Buddhism|author=Eugène Burnouf|publisher=E. P. Dutton|year=1911|location=New York|pages=20–29}}</ref>
 
Legenda lain dalam Divyavadana menyebut ibu Ashoka sebagai Janapadakalyani.{{Sfn|Singh|2008}} Menurut Vamsatthappakasini (Mahavamsa Tika), nama ibu Ashoka adalah Dhamma.{{Sfn|Sastri|1988}} ] Mahavamsa menyatakan bahwa Bindusara memiliki 101 anak laki-laki dari 16 wanita. Yang tertua adalah Sumana, dan yang termuda adalah Tishya (atau Tissa). Ashoka dan Tishya lahir dari ibu yang sama. {{Sfn|Srinivasachariar|1974}}
 
== Pemerintahan ==
] Mahavamsa menyatakan bahwa Bindusara memiliki 101 anak laki-laki dari 16 wanita. Yang tertua adalah Sumana, dan yang termuda adalah Tishya (atau Tissa). Ashoka dan Tishya lahir dari ibu yang sama.{{Sfn|Singh|2008}}
 
=== Penaklukan wilayah ===
Penulis Buddha Tibet dari abad ke 16 menulis Taranatha yang menyatakan bahwa Chanakya, salah satu "penguasa besar" Bindusara, menghancurkan bangsawan dan raja di 16 kota dan membuatnya menguasai seluruh wilayah antara laut barat dan timur (Laut Arab dan Teluk Benggala). ). Menurut beberapa sejarawan, ini berarti penaklukan Deccan oleh Bindusara, sementara yang lain percaya bahwa ini hanya mengacu pada penekanan pemberontakan. {{Sfn|Singh|2008}}
 
Sailendra Nath Sen mencatat bahwa kerajaan Maurya telah meluas dari laut barat (di samping Saurashtra) ke laut timur (di samping Bengal) selama masa pemerintahan Chandragupta. Selain itu, prasasti Ashoka yang ditemukan di India selatan tidak menyebutkan apapun tentang penaklukan Bindusara terhadap Deccan (India bagian selatan). Berdasarkan hal tersebut, Sen menyimpulkan bahwa Bindusara tidak memperluas kerajaan Maurya, namuntetapi berhasil mempertahankan wilayah yang diwarisi dari Chandragupta.{{Sfn|Sen|1999}}
 
Sailendra Nath Sen mencatat bahwa kerajaan Maurya telah meluas dari laut barat (di samping Saurashtra) ke laut timur (di samping Bengal) selama masa pemerintahan Chandragupta. Selain itu, prasasti Ashoka yang ditemukan di India selatan tidak menyebutkan apapun tentang penaklukan Bindusara terhadap Deccan (India bagian selatan). Berdasarkan hal tersebut, Sen menyimpulkan bahwa Bindusara tidak memperluas kerajaan Maurya, namun berhasil mempertahankan wilayah yang diwarisi dari Chandragupta. <ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=yWfeU9eQd5YC&pg=SL1-PA42|title=General Studies History|author=K Krishna Reddy|publisher=Tata McGraw-Hill|year=2005|isbn=9780070604476|location=New Delhi|page=A42-43}}</ref>
 
Alain Daniélou  percaya bahwa Bindusara mewarisi sebuah kerajaan yang mencakup wilayah Deccan, dan tidak membuat penambahan teritorial ke kekaisaran. Daniélou, bagaimanapun, percaya bahwa Bindusara membawa wilayah selatan Cheras, Cholas dan Satyaputras di bawah kendali Maurya, meskipun ia tidak dapat mengatasi tentara mereka. Teorinya didasarkan pada fakta bahwa literatur Tamil kuno menyinggung Vamba Moriyar (penaklukan Maurya), meskipun tidak memberikan rincian tentang ekspedisi Maurya. Menurut Daniélou, prestasi utama Bindusara adalah pengorganisasian dan konsolidasi kerajaan yang diwarisi dari Chandragupta. {{Sfn|Daniélou|2003}}
 
=== Pemberontakan Takshashila ===
Mahavamsa menunjukkan bahwa Bindusara menunjuk anaknya Asoka sebagai raja muda Ujjayini{{Sfn|Srinivasachariar|1974}} Ashokavadana menyatakan bahwa Bindusara mengirim Ashoka untuk mengepung Takshashila. Sang Kaisar menolak memberikan senjata atau kereta untuk ekspedisi Ashoka. Dewata kemudian secara ajaib membawa dia tentara dan senjata. Ketika pasukannya sampai di Takshashila, penduduk kota mendekatinya. Mereka mengatakan kepadanya bahwa mereka hanya menentang para menteri-menteri Bindusara yang suka menindas; Mereka tidak punya masalah dengan Kaisar atau pangeran. Asoka kemudian memasuki kota tanpa tentangan, dan Dewata menyatakan bahwa ia akan memerintah seluruh bumi suatu hari nanti. Sesaat sebelum kematian Bindusara, terjadi pemberontakan kedua di Takshashila. Kali ini, Sushima dikirim untuk memadamkan pemberontakan tersebut, namuntetapi dia gagal dalam tugas tersebut.
 
=== Para Menteri ===
Rajavali-Katha menyatakan bahwa perdana menteri Chandragupta, Chanakya, menemaninya ke hutan untuk masa pensiun, setelah menyerahkan pemerintahan ke Bindusara.<ref name="BLRice_1889">{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=EMUUAAAAYAAJ&pg=PA9|title=Epigraphia Carnatica, Volume II: Inscriptions and Sravana Belgola|author=[[B. Lewis Rice]]|publisher=Mysore Government Central Press|year=1889|location=[[Bangalore]]|page=9}}</ref> Namun, Parishishta-Parvan menyatakan bahwa Chanakya terus menjadi perdana menteri Bindusara. Ini menyebutkan sebuah legenda tentang kematian Chanakya: Chanakya meminta kaisar untuk menunjuk seorang pria bernama Subandhu sebagai salah satu menterinya. Namun, Subandhu ingin menjadi menteri yang lebih tinggi dan mulai cemburu pada Chanakya. Jadi, dia mengatakan kepada Bindusara bahwa Chanakya telah memotong perut ibunya. Setelah membenarkan cerita tersebut dengan para perawat, Bindusara mulai membenci Chanakya. Akibatnya, Chanakya, yang sudah sangat tua saat ini, pensiun dan memutuskan untuk membuat dirinya kelaparan sampai mati. Sementara itu, Bindusara mengetahui tentang keadaan kelahirannya yang mendetail, dan meminta Chanakya untuk melanjutkan tugas kementeriannya. Ketika Chanakya menolak untuk mematuhi, Kaisar memerintahkan Subandhu untuk menenangkannya. Subandhu, sambil berpura-pura menenangkan Chanakya, membakarnya sampai mati. Tak lama setelah ini, Subandhu sendiri harus pensiun dan menjadi biksu karena kutukan Chanakya. <ref name="HJ_1891">{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=iSFCAQAAMAAJ&pg=PA62|title=Sthavir̂aval̂i charita, or, Pariśishtaparvan|author=Hemachandra|publisher=Asiatic Society|year=1891|location=Calcutta|pages=67–68|translator=[[Hermann Jacobi]]}}</ref>
 
Ashokavadana mengemukakan bahwa Bindusara memiliki 500 anggota dewan kerajaan. Ini menyebutkan dua pejabat - Khallataka dan Radhagupta - yang membantu anaknya Asoka menjadi kaisar setelah kematiannya.
 
=== Hubungan luar negeri ===
Bindusara mempertahankan hubungan diplomatik yang bersahabat dengan orang-orang Yunani. Deimachus adalah duta besar kaisar Seleukus Antiochus I di istana Bindusara. {{Sfn|Sen|1999}} Penulis Yunani abad ke-3 bernama Athenaeus, dalam bukunya Deipnosophistae, menyebutkan sebuah kejadian yang dia pelajari dari tulisan-tulisan Hegesander: Bindusara meminta Antiokhus untuk mengiriminya anggur manis, buah ara kering dan seorang sofis.{{Sfn|Kosmin|2014}} Antiokhus menjawab bahwa dia akan mengirim anggur dan buah ara, namuntetapi hukum Yunani melarangnya menjual seorang sofis. {{Sfn|Mookerji|1988}}<ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=ADJpAgAAQBAJ&pg=PA99|title=A Cabinet of Greek Curiosities: Strange Tales and Surprising Facts from the Cradle of Western Civilization|author=J. C. McKeown|publisher=Oxford University Press|year=2013|isbn=9780199982110|page=99}}</ref><ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=g98IAAAAQAAJ|title=The Deipnosophists, or, Banquet of the learned of Athenaeus|author=Athenaeus (of Naucratis)|publisher=Henry G. Bohn|others=Literally Translated by C. D. Yonge, B. A.|year=1854|volume=III|location=London|page=1044|id=Original Classification Number: 888 A96d tY55 1854|authorlink=Athenaeus}}</ref>
 
Diodorus menyatakan bahwa raja Palibothra (Pataliputra, ibukotaibu kota Maurya) menyambut seorang penulis Yunani, Iambulus. Raja ini biasanya diidentifikasi sebagai Bindusara.{{Sfn|Sen|1999}} Pliny menyatakan bahwa raja Mesir Philadelphus mengirim seorang utusan bernama Dionysius ke India.<ref>"Three Greek ambassadors are known by name: Megasthenes, ambassador to Chandragupta; Deimachus, ambassador to [//en.wiki-indonesia.club/wiki/Chandragupta_Maurya Chandragupta's] son Bindusara; and Dyonisius, whom Ptolemy Philadelphus sent to the court of Ashoka, Bindusara's son", McEvilley, p.367</ref><ref>''India, the Ancient Past'', Burjor Avari, p.108-109</ref> Menurut Sailendra Nath Sen, ini tampaknya terjadi selama pemerintahan Bindusara.{{Sfn|Sen|1999}}
 
== Agama ==
Teks Buddhis Samantapasadika dan Mahavamsa menunjukkan bahwa Bindusara mengikuti Brahmanisme, memanggilnya "Brahmana bhatto" ("suara orang Brahmana").<ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=79w9AAAAMAAJ|title=Asoka and His Inscriptions|author=[[Benimadhab Barua|Beni Madhab Barua]]|publisher=New Age|year=1968|volume=1|page=171}}</ref> Menurut sumber Jain, ayah Bindusara Chandragupta mengadopsi Jainisme sebelum kematiannya. Namun, mereka diam atas kepercayaan Bindusara, dan tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Bindusara adalah seorang Jain. <ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=ooUEAAAAYAAJ|title=Royal patronage of Buddhism in ancient India|author=Kanai Lal Hazra|publisher=D.K.|year=1984|page=58}}</ref> Sebuah prasasti fragmentaris di Sanchi mungkin mengacu pada Bindusara, yang mungkin menyarankan hubungannya dengan tatanan Buddhis di Sanchi.{{Sfn|Singh|2008}}
 
Beberapa teks Buddhis menyebutkan bahwa seorang astrolog Ajivika atau pendeta di istana Bindusara menubuatkan kebesaran masa depan pangeran Ashoka.<ref name="ALB_Ajivika">{{cite book|url=https://books.google.com.np/books?id=BiGQzc5lRGYC|title=History and Doctrines of the Ājīvikas|last=Basham|first=A.L.|publisher=Luzac & Company|year=1951|isbn=81-208-1204-2|edition=2nd|pages=146–147}}</ref> Pamsupradanavadana (bagian dari Divyavadana) menamai pria ini sebagai Pingalavatsa.{{Sfn|Guruge|1993}} Vamsatthappakasini (komentar Mahavamsa) menamai orang ini sebagai Janasana, berdasarkan sebuah komentar tentang Majjhima Nikaya. <ref name="SMH_2001">{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=jOkQAQAAIAAJ|title=Buddhism in India and Sri Lanka (c. 300 BC to C. 600 AD)|author=S. M. Haldhar|publisher=Om|year=2001|isbn=9788186867532|page=38}}</ref>
 
Versi Divyavadana menyatakan bahwa Pingalavatsa adalah seorang Ajivika parivrajaka (guru yang mengembara). Bindusara memintanya untuk menilai kemampuan para pangeran untuk menjadi kaisar berikutnya, ketika keduanya menyaksikan para pangeran bermain. Pingalavatsa menganggap Ashoka sebagai pangeran yang paling cocok, tapi tidak memberikan jawaban pasti kepada Kaisar, karena Ashoka bukanlah anak kesayangan Bindusara. Dia, bagaimanapun, mengatakan kepada Ratu Subhadrangi tentang kehebatan masa depan Ashoka. Sang Ratu memintanya untuk meninggalkan kerajaan sebelum Kaisar memaksanya memberikan jawaban. Pingalavatsa kembali ke istana setelah kematian Bindusara.
Baris 68 ⟶ 67:
Bukti sejarah menunjukkan bahwa Bindusara meninggal pada tahun 270an SM. Menurut Upinder Singh, Bindusara meninggal sekitar tahun 273 SM.{{Sfn|Singh|2008}} Alain Daniélou percaya bahwa dia meninggal sekitar 274 SM. {{Sfn|Daniélou|2003}} Sailendra Nath Sen percaya bahwa dia meninggal sekitar tahun 273-272 SM, dan bahwa kematiannya diikuti oleh pergantian empat tahun berturut-turut, setelah itu anaknya Ashoka menjadi kaisar pada tahun 269-268 SM.{{Sfn|Sen|1999}}
 
Menurut Mahavamsa, Bindusara memerintah selama 28 tahun. <ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=JBbznHuPrTYC&pg=PA33|title=Early Buddhism and the Bhagavadgita|author=Kashi Nath Upadhyaya|publisher=Motilal Banarsidass|year=1997|isbn=9788120808805|page=33}}</ref> Vayu Purana, yang menamai penerus Chandragupta sebagai "Bhadrasara", menyatakan bahwa dia memerintah selama 25 tahun. <ref name="HHW_Vishnu">{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=0943AQAAMAAJ&pg=PA188|title=The Vishnu Purana|publisher=Trübner & Co|year=1868|editor=[[Fitzedward Hall]]|volume=IV|pages=188|translator=[[Horace Hayman Wilson|H. H. Wilson]]}}</ref> Teks Buddhis Manjushri-Mula-Kalpa mengklaim bahwa dia memerintah selama 70 tahun, yang tidak akurat secara historis.<ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=e9gcAAAAMAAJ|title=Bimbisāra to Aśoka: With an Appendix on the Later Mauryas|author=Sudhakar Chattopadhyaya|publisher=Roy and Chowdhury|year=1977|page=102}}</ref>
 
Semua sumber setuju bahwa Bindusara digantikan oleh anaknya Ashoka, meskipun mereka memberikan berbagai deskripsi tentang keadaan suksesi ini. Menurut Mahavamsa, Asoka telah ditunjuk sebagai raja muda Ujjain. Saat mendengar tentang penyakit fatal ayahnya, dia bergegas ke ibu kota, Pataliputra. Di sana, dia membunuh 99 saudara laki-lakinya (hanya meninggalkan Tishya), dan menjadi kaisar baru.{{Sfn|Srinivasachariar|1974}}
Baris 77 ⟶ 76:
 
== Dalam budaya populer ==
* Gerson da Cunha memerankan Bindusara dalam film Bollywood 2001, Aśoka. <ref>{{Cite web|url=http://m.rediff.com/movies/2001/oct/24slide1.htm|title=Asoka|last=Sukanya Verma|date=24 October 2001|publisher=[[rediff.com]]}}</ref>
* Sameer Dharmadhikari berperan sebagai Bindusara dalam serial televisi, [[Chakravartin Ashoka Samrat]] yang ditayangkan di [[Colors TV]].<ref>{{Citation|title=Happy Birthday Sameer Dharamadhikari|date=25 September 2015|url=http://m.timesofindia.com/tv/news/hindi/happy-birthday-sameer-dharamadhikari/Raja-Bindusara-turns-37-today/photostory/49104437.cms|work=[[The Times of India]]}}</ref>
* [[Siddharth Nigam]] memainkan Bindusara di serial televisi [[Chandra Nandni.]] yang ditayangkan di [[Star Plus]].<ref>{{Cite news|url=http://www.abplive.in/television/avneet-kaur-joins-chandra-nandni-opposite-siddharth-nigam-563694|title=Avneet Kaur joins ‘Chandra Nandni' opposite Siddharth Nigam|date=10 August 2017|publisher=ABP Live|access-date=2018-02-04|archive-date=2017-08-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20170824133157/http://www.abplive.in/television/avneet-kaur-joins-chandra-nandni-opposite-siddharth-nigam-563694|dead-url=yes}}</ref>
 
== Referensi ==