Sweta: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(18 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{TMH Infobox
'''Sweta''' adalah nama salah seorang tokoh dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]''. Ia berasal dari [[Kerajaan Matsya]] dan bertempur di pihak [[Pandawa]] dalam [[Perang di Kurukshetra|perang besar di Kurukshetra]]. Tokoh ini juga dikenal dalam [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]] dengan sebutan '''Arya Seta'''. Ia berperang penting dalam [[Baratayuda|perang Baratayuda]] namun akhirnya gugur di tangan [[Bisma|Resi Bisma]].
| Image = COLLECTIE TROPENMUSEUM Wajangfiguur voorstellende Soweta TMnr 15-954-11.jpg
| Caption = Sweta sebagai tokoh pewayangan Bali.
| Nama = Sweta
| Devanagari = श्वेत
| Ejaan_Sanskerta = Śveta
| Nama_lain = Arya Seta
| Asal = [[Kerajaan Matsya]]
| Tempat = [[Kerajaan Wirata|Wiratanagari]]
| Ayah = [[Wirata]]
| Ibu = [[Surata]]
| Kitab = ''[[Mahabharata]]''
| Tokoh = ''Mahabharata''
| Kasta = kesatria
| Gelar = pangeran
}}
'''Sweta''' {{Sanskerta|श्वेत|Śveta}} adalah nama salah seorang tokoh dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]''. Ia berasalpangeran dari [[Kerajaan Matsya]] dan bertempur di pihak [[Pandawa]] dalam [[Perang di Kurukshetra|perang besar]] di [[Kurukshetra]]. Tokoh ini juga dikenal dalam [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]] dengan sebutan '''Arya Seta'''. IaDalam berperangversi pentingini, ia dikisahkan sebagai panglima pertama pasukan Pandawa dalam [[Baratayuda|perang Baratayuda]], namunyang akhirnya gugur di tangan [[Bisma|Resi Bisma]].
 
== Versi ''Mahabharata''Biografi ==
Menurut versi asli, yaitu [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]'', Sweta merupakan putra [[Wirata]] raja [[Kerajaan Matsya]]. Ia memiliki dua orang saudara bernama [[Utara (Tokoh Mahabharata)|Utara]] dan Sangka, serta seorang saudari bernama [[Utara (Tokoh Mahabharata)|Utari]] yang menikah dengan [[Abimanyu]] putra [[Arjuna]].
 
=== Versi ''Mahabharata'' ===
Ketika [[perang di Kurukshetra]] meletus, Sweta bersama seluruh keluarga Kerajaan Matsya berpihak kepada para [[Pandawa]]. Pada hari pertama Utara gugur di tangan [[Salya]] raja [[Kerajaan Madra]]. Melihat saudaranya tewas, Sweta segera menyerang Salya. Salya terdesak dibuatnya. Namun ia berhasil diselamatkan oleh [[Kretawarma]].
 
Menurut versi asli, yaitu [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]'', Sweta merupakan putra sulung [[Wirata]], raja [[Kerajaan Matsya]] yang lahir dari istri pertama, yaitu Ratu [[Surata]]. Ia memiliki dua orang saudara beda ibu, bernama [[Utara (Tokoh Mahabharata)|Utara]] dan [[Wratsangka|Sangka]] (Wratsangka), serta seorang saudari bernama [[Utara (Tokoh Mahabharata)|Utari]] yang menikah dengan [[Abimanyu]] putra [[Arjuna]].
Putra Salya yang bernama Rukmarata mencoba untuk menolong ayahnya. Namun ia jatuh pingsan terkana senjata Sweta. Sekutu-sekutu [[Korawa]] lainnya bergerak menghadapi Sweta, namun tidak ada yang mampu menaklukkan putra Wirata tersebut. Korban di pihak Korawa semakin berjatuhan akibat amukan Sweta.
 
Ketika [[perang di Kurukshetra]] meletus, Sweta bersama seluruh keluarga Kerajaan Matsya berpihak kepada para [[Pandawa]]. Bahkan, Sweta diangkat sebagai panglima perang pasukan Pandawa. Pada hari pertama, Utara gugur di tangan [[Salya]], rajapenguasa [[Kerajaan Madra|Madra]]. Melihat saudaranya tewas, Sweta segera menyerang Salya. Salya terdesak dibuatnya. Namun ia berhasil diselamatkan oleh [[KretawarmaKertawarma]].
[[Bisma]] selaku panglima pasukan Korawa tampil menghadapi Sweta. Perang tanding di antara keduanya berlangsung seru. Akhirnya Sweta pun tewas terkena panah Bisma.
 
Putra Salya yang bernama Rukmarata mencoba untuk menolong ayahnya. Namun ia jatuh pingsan terkana senjata Sweta. Sekutu-sekutu [[Korawa]] lainnya bergerak menghadapi Sweta, tetapi tidak ada yang mampu menaklukkan putra Wirata tersebut. Korban di pihak Korawa semakin berjatuhan akibat amukan Sweta. [[Bisma]] selaku panglima pasukan Korawa tampil menghadapi Sweta. Perang tanding antara keduanya berlangsung seru. Akhirnya Sweta tewas terkena panah Bisma. Menurut versi ini, kematian putra Wirata yang lain, yaitu Sangka, terjadi pada hari berikutnya. Sangka tewas di tangan [[Drona]], guru para Korawa dan [[Pandawa]].
 
=== Versi ''Bharatayuddha'' ===
Naskah ''[[Kakawin Bharatayuddha]]'' ditulis pada tahun [[1157]] pada zaman pemerintahan [[Jayabhaya|Maharaja Jayabhaya]] di [[Kerajaan Kadiri]]. Kitab ini berisi tentang perang besar antara keluarga [[Pandawa]] melawan [[Korawa]], yang bersumber dari naskah ''[[Mahabharata]]''.
 
Naskah ''[[Kakawin Bharatayuddha]]'' ditulis pada tahun [[1157]] pada zaman pemerintahan [[Jayabaya|Maharaja Jayabaya]] di [[Kerajaan Kediri]]. Kitab ini berisi tentang perang besar antara keluarga [[Pandawa]] melawan [[Korawa]], yang bersumber dari naskah ''[[Mahabharata]]''. Jika menurut versi ''Mahabharata'', panglima perang pasukan Pandawa sejak hari pertama sampai terakhir adalah [[Drestadyumna]], maka menurut versi ''Bharatayuddha'', panglima pihak Pandawa pada hari pertama adalah Sweta.
 
Pada hari pertama pertempuran, Sweta menyusun formasi pasukan ''Bajratiksnabyuha'' yang berbentuk laksana badai dan halilintar. Sementara itu pasukan Korawa yang dipimpin [[Bisma]] menggunakan formasi ''Wukirsagarabyuha'' yang berbentuk seperti gunung kokoh dilindungi lautan luas. Pertempuran hari pertama berlangsung seru. Kedua adik Sweta, yaitu [[Utara (Tokoh Mahabharata)|Utara]] dan Wira Sangka ([[Wratsangka]]) masing-masing tewas di tangan [[Salya]] dan [[Drona]]. Menyadari hal itu, Sweta pun marah dan memburu Salya. Tapi Salya berhasil diselamatkan oleh [[Kretawarma]]. Namun, putra Salya yang bernama Rukmarata tewas di tangan Sweta.
 
Pertempuran hari pertama berlangsung seru. Kedua adik Sweta, yaitu [[Utara (Tokoh Mahabharata)]] dan Wira Sangka masing-masing tewas di tangan [[Salya]] dan [[Drona]]. Menyadari hal itu, Sweta pun marah dan memburu Salya. Tapi Salya berhasil diselamatkan oleh [[Kretawarma]]. Namun, putra Salya yang bernama Rukmarata tewas di tangan Sweta.
 
Sama dengan versi aslinya, Sweta akhirnya gugur di tangan Bisma. Setelah kematian Sweta, pihak Pandawa mengangkat Drestadyumna sebagai panglima yang baru.
 
=== Versi Pewayanganpewayangan Jawa ===
 
Sweta dalam [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]] dikenal dengan nama Arya Seta. Ia dilukiskan bertubuh gagah, serta berkulit putih bersih. Merupakan putra sulung [[Matsyapati]] raja [[Kerajaan Wirata]].
Sweta dalam [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]] dikenal dengan nama Arya Seta. Ia dilukiskan bertubuh gagah, serta berkulit [[putih]] bersih. Ia merupakan putra sulung [[Wirata|Matsyapati]] raja [[Kerajaan Wirata]]. Seta menikah dengan [[bidadari]] bernama Kanekawati, putri [[Narada]] yang pernah turun ke dunia menyamar sebagai raja bernama Kanekanata. Perkawinan ini terjadi berkat bantuan [[WyasaByasa|Abyasa]] (Byasa) yang waktu itu menjabat sebagai raja sementara di [[Kerajaan HastinaHastinapura]]. menurut versi ini, Abyasa adalah sepupu Seta. Adapun Abyasa adalah kakek para [[Pandawa]] dan [[Korawa]].
 
Seta juga terkenal sakti. Ia memiliki ajian bernama ''Narantaka''. BarangsiapaKonon, barangsiapa terkena pukulannya pasti akan segera binasa saat itu juga. Ilmu kesaktian ini kemudian diwariskan kepada [[Gatotkaca]], putra [[Bimasena]], atau cicit Abyasa yang berguru kepadanya.
 
Versi pewayangan yang merujuk kepada naskah ''[[Kakawin Bharatayuddha|Bharatayuddha]]'', antara lain mengisahkan bahwa panglima perang pihak Pandawa yang mula-mula dipilih adalah Seta. Sama halnya dengan versi-versi yang lainnya, Seta dikisahkan gugur di tangan [[Bisma]], setelah kematian kedua adiknya, yaitu [[Utara (Mahabharata)|Utara]] dan [[Wratsangka]].
 
== Lihat pula ==
Seta menikah dengan bidadari bernama Kanekawati, putri [[Narada]] yang pernah turun ke dunia menyamar sebagai raja bernama Kanekanata. Perkawinan ini terjadi berkat bantuan [[Wyasa|Abyasa]] yang waktu itu menjabat sebagai raja sementara di [[Kerajaan Hastina]]. menurut versi ini, Abyasa adalah sepupu Seta. Adapun Abyasa adalah kakek para [[Pandawa]] dan [[Korawa]].
* [[Wirata]]
* [[Utara (Mahabharata)|Utara]]
 
Seta juga terkenal sakti. Ia memiliki ajian bernama ''Narantaka''. Barangsiapa terkena pukulannya pasti akan segera binasa saat itu juga. Ilmu kesaktian ini kemudian diwariskan kepada [[Gatotkaca]] putra [[Bimasena]], atau cicit Abyasa yang berguru kepadanya.
 
{{tokoh mahabharata}}
Versi pewayangan yang merujuk kepada naskah ''[[Kakawin Bharatayuddha|Bharatayuddha]]'', antara lain mengisahkan bahwa panglima perang pihak Pandawa yang mula-mula dipilih adalah Seta. Sama halnya dengan versi-versi yang lainnya, Seta dikisahkan gugur di tangan [[Bisma]], setelah kematian kedua adiknya, yaitu Utara dan Wratsangka.
 
[[Kategori:Tokoh Mahabharata]]