Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
Selamat datang!
 
Tag: kemungkinan spam menambah kata-kata yang berlebihan atau hiperbolis Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(1 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 41:
 
--''Pesan ini dikirim secara otomatis menggunakan bot.'' 16 April 2022 04.00 (UTC)
 
== Reneweble Energy ==
 
Pada masa sekarang kecenderungan dalam penggunaan bahan bakar semakin meningkat. Kecenderungan ini tidak sebanding dengan ketersediaan sumber bahan bakar minyak bumi. Baru-baru ini Indonesia membeberkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi jenis Pertamax menjadi Rp12.500 per 1 April 2022. Harga pertamax resmi lebih tinggi dari yang semula per liter Rp9.000 menjadi Rp12.500 pada tanggal 1 April 2022 pukul 00.00 waktu setempat. Diketahui, keputusan dalam menaikan harga Pertamax tersebut untuk mengurangi beban perseroan yang disebabkan harga minyak dunia yang telah tembus di atas 100 dolar AS per barel. BBM merupakan salah satu pendukung paling penting dalam kehidupan sehari-hari, isu mengenai kenaikan harga BBM pertamax justru dapat meresahkan warga apalagi naik nya juga tidak sedikit, hal ini jika terjadi akan berdampak besar ke semua sektor seperti sektor sandang dan pangan serta dapat juga menyebabkan inflasi yang cukup besar. Tentunya hal ini dapat membuat kepanikan di masyarakat dan yang parah nya mungkin masyarakat bisa saja turun ke jalan dengan masa yang cukup besar akan hal itu. Perlu adanya alternatif lain bahan yang dapat dimanfaatkan sebagai solusi serta pengganti dari minyak bumi ini.
Penggunaan etanol sebagai pengganti minyak bumi merupakan salah satu solusi terbaik saat ini. Secara definisi perspektif ilmu kimia, bioetanol merupakan etanol atau berupa senyawa alkohol sejenis yang terbuat atau berasal dari bahan baku tanamanan yang terkandung pati, seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, dan sagu. Secara umum bioetanol bisa digunakan untuk berbagai keperluan diantaranya sebagai bahan-bahan baku industri, campuran miras, bahan dasar dalam industri farmasi, campuran bahan bakar kendaraan dan sekarang akan dikembangkan sebagai bahan bakar kendaraan (BBM) solusi energi alternatif pengganti emergi fosil. Khusus untuk yang akan digunakan sebagai bahan bakar kendaraan, bioetanol harus Mempumyai kadar/grade etanol sebesar 99,5 % sampai 100 % kekeringannya untuk mengindari sifat korosif pada kendaraan.
Beberapa percobaan sedang diusahakan secara intensif dalam pemanfaatan bahan-bahan yang mengandung serat kasar dengan kandungan karbohidrat tinggi, di mana semua bahan yang mengandung karbohidrat dapat diproses dan diolah menjadi etanol. Contohnya pada Kapas, kayu, umbi kayu, ubi jalar, pisang dan kulit pisang serta lain sebagainya. Etanol dapat dihasilkan dari berbagai tumbuhan karena tumbuhan mengandung selulosa yang tersusun atas banyak karbohidrat, dengan menggunakan bantuan dari aktivitas mikroba. Bioetanol dapat menjadi salah satu energi alternatif sekaligus pengganti minyak bumi. Bahan limbah pertanian dan industri dapat digunakan untuk produksi bioetanol. Komponen utama yang terdapat pada limbah pertanian dan industri yang digunakan untuk sebagai produksi bioetanol ialah lignoselulosa yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin. (Trisna Anindyawati, 2009).
Informasi terkait karakteristik kimia serat diperlukan dalam pemanfaatan serat sebagai penghasil bioetanol. Di sini lebih memilih menggunakan serat biji kapas sebagai optimalisasi dalam penghasil bioetanol terbaik. Tanaman kapas banyak tumbuh di Indonesia dan bukan merupakan tanaman yang asing di telinga masyarakat Indonesia. Biasanya tanaman ini sering kita jumpai dalam pembudidayaan untuk keperluan dalam industri tekstil. Kapas adalah tanaman perdu semusim dan menjadi tanaman andalan dalam berbagai sektor perkebunan. Produksi kapas di Indonesia sendiri hanya bekisar 1.600-2500 ton dan lebih banyak yang diperoleh melalui impor (Luluk, dkk: 2019). Data Analisis karakter kimia serat alam dilakukan dengan menggunakan metode yang telah di atur dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk mendapatkan informasi terkait kandungan selulosa, hemiselulosa, holoselulosa, lignin, dan pentosan, serta kadar zat ekstraktif. Daalm hasil penelitian menunjukkan bahwa serat buah kapas memiliki kandungan selulosa yang lebih tinggi dibandingkan kandungan selulosa pada tumbuhan lainya yaitu (98,06%) (Elda Nurnasari et al. 2017). Serat kapas (Gossypium hirsutum) termasuk kedalam kelompok serat buah, yang pemanfaatannya paling banyak untuk bahan baku tekstil. Kandungan biji kapas tersusun atas 90 % selulosa, 20-25% pentosa, 8-12%linter, 30-35% hull, 50-55% kernels dan 10-15% kelembaban (Mc. Ketta, vol 12).
Diperlukan beberapa tahapan untuk mengetahui fungsional selulosa dari serat buah kapas untuk optimalisasi produksi bioethanol sebagai bahan bakar. Untuk mendapatkan alkohol, dilakukan pasteurisasi serat/buah kapas terlebih dahulu untuk mematikan sebagian mikroba dengan meminimalisir kerusakan protein akibat suhu yang terlalu tinggi. Pada tahap ini dilakukan pemanasan dengan suhu sekitar 80°c selama 10 - 20 menit, agar buah kapas benar benar steril dan terbebas dari berbagai mikroorganisme. Kemudian dilakukan hidrolisis selulosa untuk mengubah selulosa menjadi gula dengan katalisator asam sulfat (H2SO4). Lalu untuk mempercepat proses tahapan hidrolisisnya diperlukan pemanasan dengan suhu 120°C sampai dengan 180°C. Selanjutnya dilakukan fermentasi buah/serat kapas dengan bantuan aktivitas mikroba yaitu Saccharomyces Cereviciae sebagai bakteri yang berperan dalam proses fermentasi dan sebagai nutrient dapat menggunakan Amonium Hipophospat (HPO4). Ragi dihaluskan dengan menggunakan blender agar terhindar dari penggumpalan sampel bahan yang akan berpengaruh pada tahapan penyubliman. Fermentasi ini dibiarkan selama 6 - 7 hari. semakin lama waktu yang diperlukan dalam fermentasi kadar gala maka semakin menurun, semakin banyak penambahan nutrient, maka kadar gula juga akan semakin menurun dan kandungan kadar alkoholnya semakin banyak, sehingga kadar gulanya relatif lebih rendah. Hal ini dapat disebabkan karena adanya gula yang telah banyak terkonversi menjadi alkohol. Pemisahan zat kimia berdasarkan penguapan titik didih. Sebagai tahapan terakhir, dilakukan proses pemisahan zat kimia berdasarkan titik didihnya dengan instrumen Microwave Assisted Extraction (MAE). Microwave extraction adalah teknik untuk mengekstraksi bahan-bahan terlarut di dalam sampel menggunakan pelarut air dengan bantuan energi gelombang mikro. Keunggulan MAE sebagai metode ekstraksi adalah meminimalkan penggunaan pelarut organik, efisiensi waktu, dan sebagai metode ektraksi yang ramah lingkungan. Sampel hasil fermentasi di filter terlebih dahulu, lalu cairan murninya akan di masukan ke dalam tabung labu lalu dimasukan dalam microwave. Menggatur panas dengan suhu 76° c mengikuti titik didih dari alcohol.
Sehingga berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan cara pemisahan zat kimia berdasarkan titik didih suatu zat melalui proses Microwave Assisted Extraction (MAE), dapat diamati bahwa didapatkan kadar etanol yang didasarkan pada kadar gula yang semakin menurun dan kadar etanol yang akan semakin meningkat. Penelitian ini dipilih biji kapas sebagai bahan alternatif karena memiliki kandungan selulosa cukup banyak. Dalam pmanfaatan serat kapas untuk bahan bioetanol masih jarang dilakukan penelitiannya maupun perkembanganya, sehingga akan memberikan nilai tambah yang cukup dan besar. Maka dari itu pemanfaatan dalam serat buah kapas ini perlu diperluas lagi, dengan pemanfaatan yang sangat berguna bagi keberlangsungan kita atas keperluan terhadap sumber energi minyak bumi. Ini merupakan sebagai wujud pengembangan energi alternatif di negera kita. Yang akan memberikan perubahan terbaik dalam mencegah krisis sumber energi alam saat ini hingga ke masa mendatang. [[Pengguna:Muhammad Farikh|Muhammad Farikh]] ([[Pembicaraan Pengguna:Muhammad Farikh#top|bicara]]) 16 April 2022 04.23 (UTC)
 
== Reneweble Energy ==
 
Pada masa sekarang kecenderungan dalam penggunaan bahan bakar semakin meningkat. Kecenderungan ini tidak sebanding dengan ketersediaan sumber bahan bakar minyak bumi. Baru-baru ini Indonesia membeberkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi jenis Pertamax menjadi Rp12.500 per 1 April 2022. Harga pertamax resmi lebih tinggi dari yang semula per liter Rp9.000 menjadi Rp12.500 pada tanggal 1 April 2022 pukul 00.00 waktu setempat. Diketahui, keputusan dalam menaikan harga Pertamax tersebut untuk mengurangi beban perseroan yang disebabkan harga minyak dunia yang telah tembus di atas 100 dolar AS per barel. BBM merupakan salah satu pendukung paling penting dalam kehidupan sehari-hari, isu mengenai kenaikan harga BBM pertamax justru dapat meresahkan warga apalagi naik nya juga tidak sedikit, hal ini jika terjadi akan berdampak besar ke semua sektor seperti sektor sandang dan pangan serta dapat juga menyebabkan inflasi yang cukup besar. Tentunya hal ini dapat membuat kepanikan di masyarakat dan yang parah nya mungkin masyarakat bisa saja turun ke jalan dengan masa yang cukup besar akan hal itu. Perlu adanya alternatif lain bahan yang dapat dimanfaatkan sebagai solusi serta pengganti dari minyak bumi ini.
Penggunaan etanol sebagai pengganti minyak bumi merupakan salah satu solusi terbaik saat ini. Secara definisi perspektif ilmu kimia, bioetanol merupakan etanol atau berupa senyawa alkohol sejenis yang terbuat atau berasal dari bahan baku tanamanan yang terkandung pati, seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, dan sagu. Secara umum bioetanol bisa digunakan untuk berbagai keperluan diantaranya sebagai bahan-bahan baku industri, campuran miras, bahan dasar dalam industri farmasi, campuran bahan bakar kendaraan dan sekarang akan dikembangkan sebagai bahan bakar kendaraan (BBM) solusi energi alternatif pengganti emergi fosil. Khusus untuk yang akan digunakan sebagai bahan bakar kendaraan, bioetanol harus Mempumyai kadar/grade etanol sebesar 99,5 % sampai 100 % kekeringannya untuk mengindari sifat korosif pada kendaraan.
Beberapa percobaan sedang diusahakan secara intensif dalam pemanfaatan bahan-bahan yang mengandung serat kasar dengan kandungan karbohidrat tinggi, di mana semua bahan yang mengandung karbohidrat dapat diproses dan diolah menjadi etanol. Contohnya pada Kapas, kayu, umbi kayu, ubi jalar, pisang dan kulit pisang serta lain sebagainya. Etanol dapat dihasilkan dari berbagai tumbuhan karena tumbuhan mengandung selulosa yang tersusun atas banyak karbohidrat, dengan menggunakan bantuan dari aktivitas mikroba. Bioetanol dapat menjadi salah satu energi alternatif sekaligus pengganti minyak bumi. Bahan limbah pertanian dan industri dapat digunakan untuk produksi bioetanol. Komponen utama yang terdapat pada limbah pertanian dan industri yang digunakan untuk sebagai produksi bioetanol ialah lignoselulosa yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin. (Trisna Anindyawati, 2009).
Informasi terkait karakteristik kimia serat diperlukan dalam pemanfaatan serat sebagai penghasil bioetanol. Di sini lebih memilih menggunakan serat biji kapas sebagai optimalisasi dalam penghasil bioetanol terbaik. Tanaman kapas banyak tumbuh di Indonesia dan bukan merupakan tanaman yang asing di telinga masyarakat Indonesia. Biasanya tanaman ini sering kita jumpai dalam pembudidayaan untuk keperluan dalam industri tekstil. Kapas adalah tanaman perdu semusim dan menjadi tanaman andalan dalam berbagai sektor perkebunan. Produksi kapas di Indonesia sendiri hanya bekisar 1.600-2500 ton dan lebih banyak yang diperoleh melalui impor (Luluk, dkk: 2019). Data Analisis karakter kimia serat alam dilakukan dengan menggunakan metode yang telah di atur dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk mendapatkan informasi terkait kandungan selulosa, hemiselulosa, holoselulosa, lignin, dan pentosan, serta kadar zat ekstraktif. Daalm hasil penelitian menunjukkan bahwa serat buah kapas memiliki kandungan selulosa yang lebih tinggi dibandingkan kandungan selulosa pada tumbuhan lainya yaitu (98,06%) (Elda Nurnasari et al. 2017). Serat kapas (Gossypium hirsutum) termasuk kedalam kelompok serat buah, yang pemanfaatannya paling banyak untuk bahan baku tekstil. Kandungan biji kapas tersusun atas 90 % selulosa, 20-25% pentosa, 8-12%linter, 30-35% hull, 50-55% kernels dan 10-15% kelembaban (Mc. Ketta, vol 12).
Diperlukan beberapa tahapan untuk mengetahui fungsional selulosa dari serat buah kapas untuk optimalisasi produksi bioethanol sebagai bahan bakar. Untuk mendapatkan alkohol, dilakukan pasteurisasi serat/buah kapas terlebih dahulu untuk mematikan sebagian mikroba dengan meminimalisir kerusakan protein akibat suhu yang terlalu tinggi. Pada tahap ini dilakukan pemanasan dengan suhu sekitar 80°c selama 10 - 20 menit, agar buah kapas benar benar steril dan terbebas dari berbagai mikroorganisme. Kemudian dilakukan hidrolisis selulosa untuk mengubah selulosa menjadi gula dengan katalisator asam sulfat (H2SO4). Lalu untuk mempercepat proses tahapan hidrolisisnya diperlukan pemanasan dengan suhu 120°C sampai dengan 180°C. Selanjutnya dilakukan fermentasi buah/serat kapas dengan bantuan aktivitas mikroba yaitu Saccharomyces Cereviciae sebagai bakteri yang berperan dalam proses fermentasi dan sebagai nutrient dapat menggunakan Amonium Hipophospat (HPO4). Ragi dihaluskan dengan menggunakan blender agar terhindar dari penggumpalan sampel bahan yang akan berpengaruh pada tahapan penyubliman. Fermentasi ini dibiarkan selama 6 - 7 hari. semakin lama waktu yang diperlukan dalam fermentasi kadar gala maka semakin menurun, semakin banyak penambahan nutrient, maka kadar gula juga akan semakin menurun dan kandungan kadar alkoholnya semakin banyak, sehingga kadar gulanya relatif lebih rendah. Hal ini dapat disebabkan karena adanya gula yang telah banyak terkonversi menjadi alkohol. Pemisahan zat kimia berdasarkan penguapan titik didih. Sebagai tahapan terakhir, dilakukan proses pemisahan zat kimia berdasarkan titik didihnya dengan instrumen Microwave Assisted Extraction (MAE). Microwave extraction adalah teknik untuk mengekstraksi bahan-bahan terlarut di dalam sampel menggunakan pelarut air dengan bantuan energi gelombang mikro. Keunggulan MAE sebagai metode ekstraksi adalah meminimalkan penggunaan pelarut organik, efisiensi waktu, dan sebagai metode ektraksi yang ramah lingkungan. Sampel hasil fermentasi di filter terlebih dahulu, lalu cairan murninya akan di masukan ke dalam tabung labu lalu dimasukan dalam microwave. Menggatur panas dengan suhu 76° c mengikuti titik didih dari alcohol.
Sehingga berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan cara pemisahan zat kimia berdasarkan titik didih suatu zat melalui proses Microwave Assisted Extraction (MAE), dapat diamati bahwa didapatkan kadar etanol yang didasarkan pada kadar gula yang semakin menurun dan kadar etanol yang akan semakin meningkat. Penelitian ini dipilih biji kapas sebagai bahan alternatif karena memiliki kandungan selulosa cukup banyak. Dalam pmanfaatan serat kapas untuk bahan bioetanol masih jarang dilakukan penelitiannya maupun perkembanganya, sehingga akan memberikan nilai tambah yang cukup dan besar. Maka dari itu pemanfaatan dalam serat buah kapas ini perlu diperluas lagi, dengan pemanfaatan yang sangat berguna bagi keberlangsungan kita atas keperluan terhadap sumber energi minyak bumi. Ini merupakan sebagai wujud pengembangan energi alternatif di negera kita. Yang akan memberikan perubahan terbaik dalam mencegah krisis sumber energi alam saat ini hingga ke masa mendatang. [[Pengguna:Muhammad Farikh|Muhammad Farikh]] ([[Pembicaraan Pengguna:Muhammad Farikh#top|bicara]]) 16 April 2022 04.23 (UTC)