Dosa (Kristen): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan Dafiadel (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh 114.124.147.16
Tag: Pengembalian
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
 
(23 revisi perantara oleh 15 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{kegunaan lain|dosa}}
'''[[Dosa]]''', dari sudut pandang teologi Kristen, adalah pelanggaran cinta kasih terhadap [[Tuhan]] atau sesama yang dapat mengakibatkan terputusnya hubungan antara manusia dengan [[Allah]]. Utamanya, dosa disebabkan karena manusia mencintai dirinya sendiri atau hal-hal lain sedemikian rupa sehingga menjauhkan diri dari cinta terhadap Allah.
 
Dosa juga di pandang sebagai perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, baik itu melalui pikiran, perkataan, perbuatan manusia.
Baris 11 ⟶ 12:
== Pandangan Gereja Katolik Roma ==
[[Berkas:Giusto di Gand (Joos van Wassenhove), sant'agostino.jpg|jmpl|ka|150px|Santo Agustinus]]
[[Katekismus Gereja Katolik]] (KGK) mendefinisikan bahwa dosa adalah satu pelanggaran terhadap akal budi, kebenaran, dan hati nurani yang baik. Dosa tidaklah hanya sebatas perbuatan; KGK mengutip kata-kata seorang [[Bapa Gereja]] dan [[DoktorPujangga Gereja]], [[Santo]] [[Agustinus]], bahwa dosa adalah "'''perkataan''', '''perbuatan''', atau '''keinginan''' yang bertentangan dengan hukum abadi".<ref name="ccc3118">{{en}} {{cite web |url=http://www.vatican.va/archive/ccc_css/archive/catechism/p3s1c1a8.htm |publisher=Holy See |title=Catechism of the Catholic Church - Sin}}</ref>{{rp|1849}} Dosa merupakan suatu penghinaan terhadap Allah, pemberontakan terhadap kasih Allah kepada manusia, dan membalikkan hati manusia dari Allah. Sama seperti [[dosa asal]], dosa adalah satu bentuk [[keangkuhan]] dan [[ketidaktaatan]] kepada Allah; bertentangan dengan ketaatan [[Yesus]] yang melaksanakan keselamatan. Sehingga Santo Agustinus, mengatakan bahwa dosa adalah "cinta diri yang meningkat sampai menjadi penghinaan Allah".<ref name="ccc3118"/>{{rp|1850}} Dalam KGK tertulis bahwa akar dosa terletak di dalam hati manusia, dalam [[kehendak bebas]]nya ([[Matius 15]]:19-20). Namun dalam hati manusia juga ada [[kasih]], sumber segala perbuatan baik dan suci, yang terluka karena dosa.<ref name="ccc3118"/>{{rp|1853}}
 
=== Penggolongan dosa ===
Baris 22 ⟶ 23:
* dosa dalam pikiran, perkataan, perbuatan, atau karena [[kelalaian]]
 
=== Bobot bosadosa ===
Dalam [http://imankatolik.or.id/alkitab.php?k=1yoh&b=5&a1=16&a2=17 1 Yohanes 5:16-17] dinyatakan bahwa ada "[[dosa berat]]" (''mortal sin'') yang mendatangkan maut dan ada "[[dosa ringan]]" (''venial sin'') yang tidak mendatangkan maut.
 
Baris 28 ⟶ 29:
{{utama|Dosa berat}}
 
Dosa berat melawan [[kasih]] secara langsung dan menghancurkan kasih di dalam hati manusia sehingga Tuhan tidak dapat bertahta di dalam hati [[manusia]]. Sementara dosa ringan membiarkan kasih tetap ada, namuntetapi melukai dan memperlemah kasih dalam hati manusia.<ref name="ccc3118"/>{{rp|1855}} Karena kerusakan yang dihasilkan oleh dosa berat, sehingga membutuhkan satu usaha baru melalui kerahiman Allah dan suatu pertobatan hati yang secara normal hanya diperoleh dalam [[Sakramen (Katolik)|Sakramen]] [[Rekonsiliasi]] (Pengakuan Dosa).<ref name="ccc3118"/>{{rp|1856}}
 
Suatu dosa dikategorikan sebagai dosa berat jika memenuhi tiga kriteria sekaligus:<ref name="ccc3118"/>{{rp|1857}}
# Terkait materi berat sebagai objek : pelanggaran terhadap [[Doktrin Katolik mengenai Sepuluh Perintah Allah|Sepuluh Perintah Allah]]<ref name="ccc3118"/>{{rp|1858}}
# Dilakukan dengan penuh kesadaran, mengetahui kenyataan bahwa hal tersebut adalah dosa
# Dilakukan dengan persetujuan yang telah dipertimbangkan secukupnya, sehingga menjadi keputusan kehendak secara pribadi
Baris 46 ⟶ 47:
 
=== Dosa partisipasi ===
KGK menyataan bahwa dosa adalah suatu tindakan pribadi, namuntetapi setiap manusia bertanggung jawab juga atas dosa orang lain kalau turut berpartisipasi atau berperan di dalamnya. Dengan kata lain bahwa seseorang dikatakan berdosa jika melakukan 'pembiaran' atas terjadinya dosa pada orang lain dengan melakukan salah satu hal berikut:<ref name="ccc3118"/>{{rp|1868}}
* Mengambil bagian dalam dosa yang dilakukan orang lain secara langsung dan sukarela
* Memerintahkan, menasihatkan, memuji, atau membenarkan dosa yang dilakukan orang lain
Baris 53 ⟶ 54:
=== Kronologi berkembangnya dosa ===
Pada awalnya berupa godaan, namuntetapi kelalaian atau pembiaran terhadap godaan mengakibatkan terjadinya dosa ringan yang kemudian dapat menjadi dosa berat. Secara kronologis, proses berkembangnya dosa dapat dijelaskan dalam tahapan berikut:<ref name="masih1"/>
# Godaan dosa datang dalam pikiran dan dibiarkan
# Menikmati godaan dalam pikiran, yang berarti menunggu untuk berbuah menjadi keinginan berdosa ([[Yakobus 1]]:15)
Baris 64 ⟶ 65:
 
=== Akibat Dosa ===
Dosa menghancurkan relasi manusia dengan Tuhan sebagai efek vertikal, dan hubungan manusia dengan sesama sebagai efek horisontal; dengan kata lain bahwa tidak ada dosa yang bersifat pribadi. Semua dosa mempunyai dimensi sosial, contohnya dosa manusia pertama menghasilkan [[dosa asal]] yang mengakibatkan semua manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat dosa ([[konkupisensi]]). [[Sakramen]] [[Pembaptisan]] menghapuskan dosa asal, namuntetapi tidak menghapuskan kelemahan kodrat manusia dan kecenderungan kepada dosa.<ref name="kompendium">{{cite web |url=http://www.vatican.va/archive/compendium_ccc/documents/archive_compendium-ccc_id.pdf |title=Kompendium Katekismus Gereja Katolik |author=Holy See |publisher=Konferensi Waligereja Indonesia dan Penerbit Kanisius}}</ref><ref name="masih1">{{cite web |url=http://katolisitas.org/218/masih-perlukah-sakramen-pengakuan-dosa-bagian-1 |title=Masih Perlukah Sakramen Pengakuan Dosa (Bagian 1) ? |author=Stefanus Tay |publisher=katolisitas.org}}</ref>
 
[[Berkas:Cassianus portret.png|jmpl|ka|175px|Santo Yohanes Kasianus]]
Setiap dosa menciptakan kecondongan kepada dosa; pengulangan perbuatan-perbuatan jahat yang sama akan mengakibatkan kebiasaan buruk. Sehingga mengakibatkan terbentuknya kecenderungan yang salah, menggelapkan [[hati nurani]], dan menghambat keputusan konkret mengenai apa yang baik dan yang buruk. Dosa cenderung terulang lagi dan diperkuat, namuntetapi tidak menghancurkan seluruh perasaan [[moral]].<ref name="ccc3118"/>{{rp|1865}} Dua orang Bapa Gereja ternama, St [[Yohanes Kasianus]] dan St [[Gregorius Agung]], menggolongkan kebiasaan buruk menurut kebajikan yang merupakan lawannya; dinamakan [[tujuh dosa pokok]], karena mengakibatkan dosa-dosa dan kebiasaan-kebiasaan buruk lainnya.<ref name="ccc3118"/>{{rp|1866}} Di antara ketujuh dosa pokok tersebut, dosa kecongkakan (Latin: ''Superbia'') seringkali disebut sebagai induk dari dosa-dosa lainnya - karena oleh penolakan akan kodrat manusiawi yang terbatas lah orang menyimpang dari keadaan asalinya yang sempurna.<ref>{{Cite book|last=Lima|first=Jadi S.|date=2021|title=Tujuh Dosa Maut|location=Surabaya|publisher=Momentum|isbn=978-602-393-141-5|pages=2|url-status=live}}</ref>
 
Manusia tidak dapat melawan semua kecenderungan tersebut tanpa berkat dari Tuhan yang memampukan manusia untuk "berkata tidak" terhadap dosa. Karena dosa pertama dari [[Adam]] adalah dosa [[kesombongan]]—sehingga kadang disebut 'ibu dosa' dan adalah dosa pokok yang pertama—maka [[kerendahan hati]] adalah penawar utama untuk menerima berkat dari Tuhan secara berlimpah.<ref name="masih1"/> Akibat dari dosa adalah kematian kekal yaitu perpisahan dengan Allah selama-lamanya. Seseorang yang meninggal dalam keadaan dosa berat karena pilihan bebasnya sendiri, mengabaikan kesempatan semasa hidupnya di dunia untuk ber[[tobat]], beresikoberisiko masuk dalam penderitaan [[neraka]], yang berarti keterpisahan [[abadi]] dari Allah.<ref name="kompendium"/>
 
== Lihat pula ==
* [[Dosa asal]]
* [[Dosa abadi]]
* [[Ekskomunikasi]]
* [[Pengakuan dosa]]