Bendahara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
k Suntingan 2404:C0:7550:0:0:0:56B:28AA (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh HsfBot
Tag: Pengembalian
 
(20 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{further|Gelar kehormatan Melayu}}
[[FileBerkas:Flag of Pahang (1853 - 1887).svg|thumbjmpl|200px|rightka|Bendera Pahang (1853-1887). Hitam adalah warna resmi jabatan bendahara.]]
'''Bendahara''' ([[Abjad Jawi|Jawi]]: '''بنداهارا''') adalah jabatan penyelenggara pemerintahan di kerajaan-kerajaan [[Suku Melayu|Melayu]] klasik, setara dengan jabatan [[mangkubumi]] atau [[wazir]], sebelum diintervensi oleh bangsa-bangsa Eropa pada abad ke-19. Bendahara diangkat oleh [[sultan]] dan merupakan suatu jabatan yang diwariskan turun-temurun. Lazimnya bendahara adalah kerabat sultan, dan berasal dari nasab yang sama.
 
Jabatan ini masih digunakan di negara [[Brunei Darussalam]], dengan gelar ''Pengiran Bendahara''.
 
== Tugas dan tanggung jawab bendahara ==
Jabatan yang paling sebanding dengan bendahara adalah jabatan [[wazir]]<ref name= "answers.com">http://www.answers.com/topic/vizier#Dictionary_d</ref><ref name="wordnik.com">http://www.wordnik.com/words/vizier</ref> di kerajaan-kerajaan Islam. Selaku penghulu segenap kaum bangsawan di dalam wilayah kerajaan, bendahara mengemban sejumlah tanggung jawab khusus. Bendahara merupakan tulang punggung kesultanan Melayu. Di masa silam, para bendahara [[Malaka]] dan [[Johor]] mengemban berbagai tugas dan tanggung jawab, namun yang paling utama adalah:
 
* Menobatkan dan menabalkan sultan
* Mengurus hajat hidup sultan
* Memberi nasihat kepada sultan mengenai hal-ikhwal pemerintahan berdasarkan [[syariah|syariat Islam]] dan [[adat|adat-istiadat Melayu]]
* Bertanggung jawab atas urusan kelahiran, pernikahan, dan pemakaman di lingkungan istana.
* Bertanggung jawab atas pewarisan takhta jika sultan mangkat tanpa waris
* Memerintah selaku [[wali penguasa|walipemangku]] jika sultan belum cukup umur
* Melaksanakan segala titah sultan
 
Kesempurnaan pemerintahan seorang sultan bertumpu pada kebijaksanaan bendaharanya. Bendahara senantiasa bermusyawarah dengan kaum bangsawan sebelum mengambil keputusan. Musyawarah ini dilakukan demi kebaikan seluruh rakyat, terutama bilamana timbul permasalahan-permasalahan di dalam negeri. Ruang lingkup tanggung jawab bendahara jauh lebih besar dibanding wazir atau perdana menteri dipada zaman modern.
 
Campur tangan Inggris dan Belanda dalam penyelenggaraan pemerintahan negeri-negeri Melayu, serta kemerdekaan negara Malaysia dan Indonesia mengakibatkan jabatan bendahara merosot menjadi sebuah gelar simbolis belaka.
Baris 25:
Meskipun belum jelas bilamana gelar ini pertama kali dipergunakan, pemerintahan [[Kesultanan Malaka]] pernah dikelola oleh sejumlah bendahara yang sangat berwibawa. Bendahara Malaka yang termasyhur adalah [[Tun Perak]]. Pada masa jabatan Tun Perak, yang meliputi masa pemerintahan beberapa sultan, Malaka mencapai puncak kejayaannya menjelang akhir abad ke-15. Menurut ''[[Sulalatus Salatin]]'' dan ''[[Hikayat Hang Tuah]]'', Tun Perak secara diam-diam menyelamatkan nyawa [[Hang Tuah]], seorang [[laksamana]] yang telah diperintahkan untuk dibunuh oleh Sultan Malaka.
 
Pada 1612, Bendahara [[Tun Sri Lanang]] dari [[Kesultanan Johor]] menerima amanat Sultan Johor, Alauddin Riaayat Syah, untuk menghimpun dan menyusun sejarah Melayu ke dalam bentuk pustaka. Kitab yang dihasilkannya diberi judul ''Sulalatus Salatin'' (silsilah raja-raja) dan di kemudian hari juga lazim disebut [[Sejarah Melayu]]. Kitab ini merupakan sebuah mahakarya [[bahasa Melayu|sastra Melayu]].
 
Pada 1699, Bendahara Johor, Abdul Jalil, naik takhta menjadi Sultan Abdul Jalil IV setelah [[Mahmud Syah II, Sultan Johor|Sultan Mahmud Syah II]] mangkat terbunuh tanpa meninggalkan waris. Setelah Sultan Abdul Jalil IV naik takhta, negeri [[Pahang]] dianugerahkan sebagai ''Tanah Kurnia'' (tanah ulayat pribadi) kepada Bendahara Johor. Bendahara Tun Abbas dan anak cucunya turun-temurun memerintah atas negeri Pahang sampai akhirnya Tun Mutahir dilengserkan dari tampuk pemerintahan Pahang dalam sebuah [[Perang Saudara Pahang|perang saudara]] pada 1863.
 
Kesultanan [[Terengganu]] yang ada saat ini didirikan oleh Sultan Terengganu, Zainal Abidin I, pada 1708. Sutan Zainal Abidin I adalah putra [[Tun Habib Abdul Majid]], Bendahara Johor pada abad ke-17.
 
== Bendahara Malaka dan Johor ==
 
* Tun Perpatih Muka Berjajar, Bendahara Malaka
* Tun Perpatih Tulus, Bendahara Malaka
* Raden Bagus, Bendahara Malaka
* Raden Anum, Bendahara Sri Amar Diraja, Bendahara Malaka
* Tun Perpatih Sedang, Bendahara Sri Wak Raja, Bendahara Malaka
* Tun Perpatih Putih, Bendahara Paduka Tuan, Bendahara Malaka
* [[Tun Perak]], Bendahara Paduka Raja, Bendahara Malaka
* [[Tun Mutahir dari Malaka|Tun Mutahir]], Bendahara Sri Maharaja, Bendahara Malaka
* Tun Tepok, Bendahara Paduka Tuan, Bendahara Malaka
 
Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis, Kesultanan Malaka digantikan oleh Kesultanan Johor.
 
* Tun Koja, Bendahara Paduka Raja, Bendahara Johor
* Tun Biajid, Bendahara Sri Maharaja, Bendahara Johor
* Tun Mahmud, Bendahara Tun Narawangsa, Bendahara Johor
* Tun Isap Misai, Bendahara Sri Maharaja, Bendahara JohoreJohor
* [[Tun Sri Lanang]], Bendahara Paduka Raja, Bendahara Johor (ditawan oleh bala tentara Aceh dan memutuskan untuk menetap di Aceh)
 
Bendahara-bendahara berikut ini disingkirkantersingkir dari istana setelah Laksamana Paduka Tuan berkuasa:
 
* Tun Anum, Bendahara Sri Maharaja, Bendahara Johor
* Tun Mat Ali, Bendahara Paduka Tuan, Bendahara Johor
* Tun Rantau, Bendahara Sri Maharaja, Bendahara Johor (ditawan oleh bala tentara Jambi)
* [[Tun Habib Abdul Majid]], Bendahara Sri Maharaja, Bendahara Padang Saujana (memulihkan jabatan bendahara di istana Johor)
* Tun Abdul Jalil, Bendahara Paduka Raja (naik takhta menjadi Sultan Johor setelah kemangkatan [[Mahmud Syah II, Sultan Johor|Sultan Mahmud Syah II]], cabang nasab [[Tumenggung]] dari wangsa Tun Abdul Jalil menjadi penguasa negeri Johor di Malaysia sampai sekarang)
* Tun Abbas, Bendahara Sri Maharaja, Bendahara Johor, Bendahara di Pahang
 
Setelah Sultan Abdul Jalil IV naik takhta, Bendahara Johor dianugerahi negeri Pahang sebagai tanah ulayat pribadi. Oleh karena itu, untuk seterusnya para bendahara Johor digelari Bendahara di Pahang. Para bendahara ini juga digelari "Raja Bendahara" karena kedudukan mereka selaku penguasa Pahang, negeri [[jajahan]] Kesultanan Johor.
 
=== Bendahara di Pahang ===
* [[Tun Abdul Majid dari Pahang|Tun Abdul Majid]], Raja Bendahara Pahang I (1777–1802)
* [[Tun Muhammad dari Pahang|Tun Muhammad]], Raja Bendahara Pahang II
* [[Tun Koris dari Pahang|Tun Koris]], Bendahara Paduka Raja, Raja Bendahara Pahang III (1803–1806)
* [[Tun Ali dari Pahang|Tun Ali]], Bendahara Siwa Raja, Raja Bendahara Pahang IV (1806–1847)
* [[Tun Mutahir dari Pahang|Tun Mutahir]], Bendahara Sri Maharaja, Raja Bendahara Pahang V (1847–1863).
 
Tun Mutahir adalah Raja Bendahara Pahang yang terakhir. Ia dilengserkandimakzulkan oleh adiknya sendiri, [[Sultan Ahmad al-Muadzam Syah|Wan Ahmad]], yang kelak ditabalkan sebagaimenjadi Sultan Pahang selepas pembagian wilayah Kesultanan Johor.
 
== Lihat pula ==
Baris 82:
 
;Daftar pustaka
* R.O. Windstedt, ''Bendaharas and Temenggungs'', Journal of Malayan Branch of Royal Asiatic Society, Jilid X Bagian I, 1932
* R.O. Windstedt, ''Early Rulers of Perak, Pahang and Acheh'', Journal of Malayan Branch of Royal Asiatic Society, Jilid X Bagian I, 1932
* R.O. Windstedt, ''A History of Johore'', Journal of Malayan Branch of Royal Asiatic Society, Jilid X Bagian III, 1932
* (Tun) Suzana (Tun) Othman, ''Institusi Bendahara; Permata Melayu yang hilang'', 2002, {{ISBN|983-40566-6-4}}
* (Tun) Suzana (Tun) Othman, ''Tun Seri Lanang: Sejarah dan Warisan Tokoh Melayu Tradisional'', 2008, {{ISBN|978-983-43485-6-4}}
* (Tun) Suzana (Tun) Othman, ''Perang bendahara Pahang, 1857-63: pensejarahan semula menelusi peranan British'', 2007, {{ISBN|978-983-195-282-5}}
 
[[Kategori:Sejarah Malaysia]]