Bendahara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
k Suntingan 2404:C0:7550:0:0:0:56B:28AA (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh HsfBot
Tag: Pengembalian
 
(15 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 11:
* Mengurus hajat hidup sultan
* Memberi nasihat kepada sultan mengenai hal-ikhwal pemerintahan berdasarkan [[syariah|syariat Islam]] dan [[adat|adat-istiadat Melayu]]
* Bertanggung jawab atas urusan kelahiran, pernikahan, dan pemakaman di lingkungan istana.
* Bertanggung jawab atas pewarisan takhta jika sultan mangkat tanpa waris
* Memerintah selaku [[wali penguasa|walipemangku]] jika sultan belum cukup umur
* Melaksanakan segala titah sultan
 
Kesempurnaan pemerintahan seorang sultan bertumpu pada kebijaksanaan bendaharanya. Bendahara senantiasa bermusyawarah dengan kaum bangsawan sebelum mengambil keputusan. Musyawarah ini dilakukan demi kebaikan seluruh rakyat, terutama bilamana timbul permasalahan-permasalahan di dalam negeri. Ruang lingkup tanggung jawab bendahara jauh lebih besar dibanding wazir atau perdana menteri dipada zaman modern.
 
Campur tangan Inggris dan Belanda dalam penyelenggaraan pemerintahan negeri-negeri Melayu, serta kemerdekaan negara Malaysia dan Indonesia mengakibatkan jabatan bendahara merosot menjadi sebuah gelar simbolis belaka.
Baris 27:
Pada 1612, Bendahara [[Tun Sri Lanang]] dari [[Kesultanan Johor]] menerima amanat Sultan Johor, Alauddin Riaayat Syah, untuk menghimpun dan menyusun sejarah Melayu ke dalam bentuk pustaka. Kitab yang dihasilkannya diberi judul ''Sulalatus Salatin'' (silsilah raja-raja) dan di kemudian hari juga lazim disebut [[Sejarah Melayu]]. Kitab ini merupakan sebuah mahakarya [[bahasa Melayu|sastra Melayu]].
 
Pada 1699, Bendahara Johor, Abdul Jalil, naik takhta menjadi Sultan Abdul Jalil IV setelah [[Mahmud Syah II, Sultan Johor|Sultan Mahmud Syah II]] mangkat terbunuh tanpa meninggalkan waris. Setelah Sultan Abdul Jalil IV naik takhta, negeri [[Pahang]] dianugerahkan sebagai ''Tanah Kurnia'' (tanah ulayat pribadi) kepada Bendahara Johor. Bendahara Tun Abbas dan anak cucunya turun-temurun memerintah atas negeri Pahang sampai akhirnya Tun Mutahir dilengserkan dari tampuk pemerintahan Pahang dalam sebuah [[Perang Saudara Pahang|perang saudara]] pada 1863.
 
Kesultanan [[Terengganu]] yang ada saat ini didirikan oleh Sultan Terengganu, Zainal Abidin I, pada 1708. Sutan Zainal Abidin I adalah putra [[Tun Habib Abdul Majid]], Bendahara Johor pada abad ke-17.
Baris 48:
* Tun Biajid, Bendahara Sri Maharaja, Bendahara Johor
* Tun Mahmud, Bendahara Tun Narawangsa, Bendahara Johor
* Tun Isap Misai, Bendahara Sri Maharaja, Bendahara JohoreJohor
* [[Tun Sri Lanang]], Bendahara Paduka Raja, Bendahara Johor (ditawan oleh bala tentara Aceh dan memutuskan untuk menetap di Aceh)
 
Bendahara-bendahara berikut ini disingkirkantersingkir dari istana setelah Laksamana Paduka Tuan berkuasa:
 
* Tun Anum, Bendahara Sri Maharaja, Bendahara Johor
Baris 69:
* [[Tun Mutahir dari Pahang|Tun Mutahir]], Bendahara Sri Maharaja, Raja Bendahara Pahang V (1847–1863).
 
Tun Mutahir adalah Raja Bendahara Pahang yang terakhir. Ia dilengserkandimakzulkan oleh adiknya sendiri, [[Sultan Ahmad al-Muadzam Syah|Wan Ahmad]], yang kelak ditabalkan sebagaimenjadi Sultan Pahang selepas pembagian wilayah Kesultanan Johor.
 
== Lihat pula ==