Dretarastra: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(57 revisi perantara oleh 32 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{TMH Infobox|
| Image = Dretarastra-klKing Dhritarashtra.jpg
| Caption = Raja Dretarastra, ilustrasi dari ''Mahabharata'' terbitan Gorakhpur Geeta Press.
| Caption = Drestarastra dalam pewayangan Jawa
| Nama = Dretarastra
| Devanagari = धृतराष्ट्र
| Ejaan_Sanskerta = Dhṛtarāṣṭra
| Ejaan_Sansekerta = Dhṛ(ri)tarāṣ(sh)ṭra
| Asal = [[Hastinapura]], [[Kerajaan Kuru]]
| Kitab = ''[[Mahabharata]], [[Bhagawadgita]]''
| Pasangan = [[Gandari]]
| Tempat = [[Hastinapura]]
| Dinasti = [[Kuru (raja)|Kuru]]
| Kasta = kesatria
{{| Tokoh = ''Mahabharata}}''
| Profesi = Raja
| Anak = [[Korawa|Seratus Korawa]]
| Ayah = [[Wicitrawirya]] (sah){{br}}[[Byasa]] (''de facto'')
| Ibu = [[Ambika]]
| PasanganIstri = [[Gandari]]
| Anak = [[Korawa|Seratus Korawa]] ([[Duryodana]], [[Dursasana]], [[Wikarna]], dll), {{br}}[[Dursala]] (putri), {{br}}[[Yuyutsu]] (dari pelayan Gandari yang bernama [[Sugada]])
}}
{{HastinaRaja}}
'''Dretarastra''' ([[Sansekerta]]:धृतराष्ट्र; ''Dhritarāshtra'') dalam wiracarita [[Mahabharata]], adalah saudara tua [[Pandu]] dan sebenarnya yang berhak menjadi raja [[Hastina]]. Akan tetapi beliau buta sehingga pemerintahan harus diserahkan adiknya.
'''Dretarastra''' {{Sanskerta|धृतराष|Dhṛtarāṣṭra}} dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]'', adalah putra janda [[Wicitrawirya]], yaitu [[Ambika]]. Ia buta semenjak lahir, karena ibunya menutup mata sewaktu mengikuti upacara ''Putrotpadana'' yang diselenggarakan oleh Resi [[Byasa]] untuk memperoleh keturunan. Ia merupakan kakak tiri [[Pandu]], karena lain ibu namun satu ayah. Sebenarnya Dretarastra yang berhak menjadi Raja [[Hastinapura]] karena ia merupakan penerus Wicitrawirya yang tertua. Akan tetapi dia buta sehingga pemerintahan harus diserahkan kepada adiknya. Setelah Pandu wafat, ia menggantikan jabatan tersebut. Dretarastra menikah dengan [[Gandari]], putri [[kerajaan Gandhara]]. Ia menjadi bapak bagi para [[Korawa|Seratus Korawa]], [[Dursala]], dan [[Yuyutsu]].
 
== Kelahiran ==
Beliau adalah bapak dari para [[Korawa]] dan [[suami]] Dewi [[Gandari]].
 
Menurut ''[[Mahabharata]]'', Wicitrawirya bukanlah ayah biologis Dretarastra, sebab Wicitrawirya wafat tanpa memiliki keturunan. [[Satyawati]] mengirim kedua istri Wicitrawirya, yaitu [[Ambika]] dan [[Ambalika]], untuk menemui Resi [[Byasa]], sebab Sang Resi dipanggil untuk mengadakan suatu upacara bagi mereka agar memperoleh keturunan. [[Satyawati]] menyuruh [[Ambika]] agar menemui Resi [[Byasa]] di ruang upacara. Setelah Ambika memasuki ruangan upacara, ia melihat wajah Sang Resi sangat dahsyat dengan mata yang menyala-nyala. Hal itu membuatnya menutup mata. Karena Ambika menutup mata selama upacara berlangsung, maka anaknya terlahir buta. Anak tersebut adalah Dretarastra.
 
== Masa pemerintahan ==
{{Tokoh Mahabharata}}
 
Karena Dretarastra terlahir buta, maka tahta kerajaan diserahkan kepada adiknya, yaitu [[Pandu]], putra [[Ambalika]]. Setelah Pandu wafat, Dretarastra menggantikannya sebagai raja (kadang kala disebut sebagai pejabat pemerintahan untuk sementara waktu). Dalam memerintah, Dretarastra didampingi oleh keluarga dan kerabatnya, yaitu sesepuh Wangsa Kuru seperti misalnya [[Bisma]], [[Drona]], dan [[Kripa]], lalu ditemani oleh saudara tirinya [[Widura]] yang merupakan putra dari dayang yang dibawa oleh [[Ambalika]] dan kedua saudaranya yang lain ketika dalam perjalanan menuju [[Hastinapura]] dengan ayah yang sama dengan Dretarastra.
{{mahabharata-stub}}
 
Saat putra pertamanya yaitu [[Duryodana]] lahir, [[Widura]] dan [[Bisma]] menasihati Dretarastra agar membuang putra tersebut karena tanda-tanda buruk muncul pada saat kelahirannya. Namun karena rasa cintanya terhadap putra pertamanya, ia tidak tega melakukannya dan tetap mengasuh Duryodana sebagai putranya.
[[Kategori:Tokoh Mahabharata]]
 
=== Perebutan kekuasaan ===
[[en:Dhritarashtra]]
 
[[kn:ಧೃತರಾಷ್ಟ್ರ]]
[[Duryodana]] berambisi agar dirinya menjadi penerus tahta [[Kerajaan Kuru]] di [[Hastinapura]]. Dretarastra juga menginginkan hal yang sama, tetapi ia harus bersikap adil terhadap [[Yudistira]], yang lebih dewasa daripada Duryodana. Saat Dretarastra mencalonkan Yudistira sebagai raja, hal itu justru menimbulkan rasa kecewa yang sangat dalam bagi Duryodana. Setelah melalui perundingan, dan atas saran [[Bisma]], [[Kerajaan Kuru]] dibagi dua. Wilayah [[Hastinapura]] diberikan kepada Duryodana sedangkan [[Yudistira]] diberikan wilayah yang kering, miskin, dan berpenduduk jarang, yang dikenal sebagai Kandawaprasta. Atas bantuan dari sepupu Yudistira, yaitu [[Kresna]] dan [[Baladewa]], mereka mengubah daerah gersang tersebut menjadi makmur dan megah, dan dikenal sebagai [[Indraprastha]].
[[sv:Dhritarashtra]]
 
[[ta:திருதராஷ்டிரன்]]
=== Permainan dadu ===
{{main|Sabhaparwa}}
 
Dretarastra adalah salah satu dari beberapa sesepuh Wangsa Kuru yang hadir menyaksikan permainan dadu antara [[Duryodana]], [[Dursasana]], dan [[Karna]] yang diwaklili oleh [[Sangkuni]], melawan [[Pandawa]] yang diwakili [[Yudistira]]. Yudistira kehilangan segala kekayaannya dalam permainan dadu tersebut, termasuk kehilangan saudara dan istrinya. Saat [[Dropadi]] berusaha ditelanjangi di depan para hadirin dalam balairung permainan dadu, Dretarastra tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ia tidak melarang tindakan [[Dursasana]] yang hendak melepaskan pakaian Dropadi. Setelah usaha Dursasana untuk menelanjangi Dropadi tidak berhasil, [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] bersumpah bahwa kelak ia akan membunuh Dursasana dan meminum darahnya. Kemudian Dretarastra merasakan firasat buruk bahwa keturunannya akan binasa. Ia segera membuat suatu kebijakan, agar segala harta Yudistira yang akan menjadi milik Duryodana segera dikembalikan. Ia juga menyuruh agar Yudistira dan saudaranya segera pulang segera ke [[Indraprastha]].
 
Namun, karena bujukan [[Duryodana]] dan [[Sangkuni]], permainan dadu diselenggarakan untuk yang kedua kalinya. Kali ini taruhannya bukan harta, melainkan siapa yang kalah harus mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun, setelah itu hidup dalam masa penyamaran selama setahun, dan setelah itu diperbolehkan untuk kembali ke kerajaannya. [[Yudistira]] pun tidak menolak dengan harapan akan memperoleh kemenangan, tetapi keberuntungan tidak memihak Yudistira. Akhirnya, Yudistira beserta istri dan saudara-saudaranya mengasingkan diri ke hutan dan meninggalkan kerajaan mereka.
 
Saat [[Pandawa]] meninggalkan kerajaannya, Dretarastra masih dibayangi oleh dendam para Pandawa atas penghinaan yang dilakukan oleh putera-puteranya. Karena tindakan Dretarastra yang tidak berbicara sepatah kata pun saat [[Dropadi]] berusaha ditelanjangi di depan umum, ia dikritik agar lebih mementingkan kewajiban sebagai raja daripada rasa cinta sebagai seorang ayah.
 
== Pertempuran di Kurukshetra ==
 
Dretarastra memiliki seorang pemandu yang bernama [[Sanjaya (Mahabharata)|Sanjaya]]. Sanjaya adalah keponakan Dretarastra karena ia merupakan putera [[Widura]], yaitu adik tiri Dretarastra. Sanjaya diberi anugerah oleh Resi [[Byasa]] agar ia bisa melihat masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Ialah yang menjadi reporter [[perang di Kurukshetra]] bagi Dretarastra. Ia pula yang turut menyaksikan wujud ''Wiswarupa'' dari Sri [[Kresna]] menjelang pertempuran di [[Kurukshetra]] berlangsung.
 
Saat Dretarastra dihantui kecemasan akan kehancuran putra-putranya, ia selalu bertanya kepada [[Sanjaya (Mahabharata)|Sanjaya]] mengenai keadaan di medan Kuru atau [[Kurukshetra]]. Berita yang dilaporkan oleh Sanjaya kebanyakan berupa berita duka bagi Dretarastra, sebab satu-persatu puteranya dibunuh oleh [[Arjuna]] dan [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]]. Sanjaya juga berkata bahwa apabila [[Kresna]] dan Arjuna berada di pihak Pandawa, maka di sanalah terdapat kejayaan, kemashyuran, kekuatan luar biasa, dan moralitas. Meskipun laporan Sanjaya sering mengecilkan hati Dretarastra dan memojokkan putera-puteranya, tetapi Dretarastra tetap setia mengikuti setiap perkembangan yang terjadi dalam [[Perang di Kurukshetra|pertempuran di Kurukshetra]].
 
== Penghancuran patung Bima ==
 
Pada akhir pertempuran, Dretarastra menahan rasa duka dan kemarahannya atas kematian seratus putranya. Saat ia bertemu para [[Pandawa]] yang meminta restunya karena mereka menjadi pewaris tahta, ia memeluk mereka satu persatu. Ketika tiba giliran [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]], pikiran jahat merasuki Dretarastra dan rasa dendamnya muncul kepada Bima atas kematian putera-puteranya, terutama [[Duryodana]] dan [[Dursasana]]. [[Kresna]] tahu bahwa meskipun Dretarastra buta, ia memiliki kekuatan yang setara dengan seratus [[gajah]]. Maka dengan cepat Kresna menggeser [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] dan menggantinya dengan sebuah [[patung]] menyerupai Bima. Pada saat itu juga Dretarastra menghancurkan patung tersebut sampai menjadi debu. Akhirnya Bima selamat dan Dretarastra mulai mengubah perasaannya serta memberikan anugerahnya kepada [[Pandawa]].
 
== Kehidupan selanjutnya dan kematian ==
[[Berkas:Kunti Gandhari Dhrtarashtra.jpg|240px|ka|jmpl|Dretarastra beserta Gandari dan pengikut mereka diantar oleh Kunti menuju hutan. Gambar dari ''Razmnama'', kitab ''Mahabharata'' ber[[bahasa Persia]].]]
Setelah [[Perang di Kurukshetra|pertempuran besar]] di [[Kurukshetra]] berakhir, [[Yudistira]] diangkat menjadi Raja [[Indraprastha]] sekaligus [[Hastinapura]]. Meskipun demikian, Yudistira tetap menunjukkan rasa hormatnya kepada Dretarastra dengan menetapkan bahwa tahta Raja [[Hastinapura]] masih dipegang oleh Dretarastra. Akhirnya Dretarastra memutuskan untuk meninggalkan kehidupan duniawai dan mengembara di hutan sebagai pertapa bersama [[Gandari]], [[Widura]], [[Sanjaya (Mahabharata)|Sanjaya]], dan [[Kunti]]. Di dalam hutan di [[Himalaya]], mereka meninggal ditelan api karena hutan terbakar oleh api suci yang dikeluarkan oleh Dretarastra.
 
== Versi pewayangan Jawa ==
Sedikit berbeda dengan versi aslinya, tokoh Dretarastra dalam pewayangan Jawa disebut sebagai putra kandung [[Abyasa]] (Byasa). Dretarastra (kadang disingkat Destarata) dilahirkan oleh Putri [[Ambika]] dalam keadaan buta karena ketika pertama kali berjumpa dengan [[Abyasa]], sang putri itu memejamkan mata. Pada waktu itu, [[Abyasa]] datang ke [[Hastina]] karena diundang ibunya, yaitu [[Durgandini]] untuk menikahi janda-janda [[Citrawirya]] (Ambika dan Ambalika), demi menyambung garis keturunan Wangsa Barata, karena pewaris yang sesungguhnya, yaitu [[Bisma]], telah bersumpah untuk hidup membujang.
 
[[Berkas:Dretarastra, KITLV 36C81.tiff|kiri|180px|jmpl|Drestarastra dalam pewayangan Jawa.]]
Dretarastra serta kedua adiknya, [[Pandu]] dan [[Widura]], berguru kepada [[Bisma]] tentang ilmu pemerintahan dan kesaktian. Meskipun menyandang [[tunanetra]], tetapi Dretarastra menguasai ilmu ''Lebur Geni'' sehingga mampu meremukkan apa saja melalui genggamannya. Dretarastra menikah dengan [[Gendari]], putri dari negeri Plasajenar. Sebelumnya, dikisahkan bahwa [[Pandu]] pulang dari [[Mandura]] dengan membawa [[Kunti]] sebagai hadiah sayembara, serta [[Madrim]] putri dari Mandaraka. Di tengah perjalanan, rombongan itu dihadang oleh Gendara, Raja Plasajenar yang terlambat mengikuti sayembara di [[Mandura]]. Pertempuran terjadi antara keduanya dan berakhir dengan kematian Gendara. Ia berwasiat menitipkan kedua adiknya, yaitu [[Gendari]] dan [[Sengkuni]] untuk dibawa oleh Pandu. Di [[Hastina]], [[Pandu]] menampilkan seluruh putri yang diboyongnya untuk dipilih sebagai istri Dretarastra. Dretarastra memilih [[Gendari]] yang diramalkan akan memberinya banyak putra. Penikahannya dengan Gendari memberinya seratus anak, yang dikenal dengan nama [[Korawa]].
 
Karena Dretarastra cacat, takhta [[Hastina]] diserahkan kepada [[Pandu]], sedangkan [[Abyasa]] yang bertindak sebagai raja sementara kembali ke pertapaannya di Saptaarga. Sementara itu, Dretarastra diangkat sebagai adipati (raja bawahan) di daerah Gajah Oya, sedangkan [[Widura]] di Pagombakan. [[Pandu]] meninggal dalam usia muda sedangkan kelima putranya yang disebut [[Pandawa]] masih belum cukup dewasa. Takhta [[Hastina]] dititipkan kepada Dretarastra, serta sebuah pusaka bernama minyak tala. Dengan berbagai cara, [[Korawa]] berusaha menyingkirkan [[Pandawa]] (para putra Pandu). Dalam suatu konspirasi, [[Pandawa]] dinyatakan tewas dalam peristiwa ''Balai Sigala Gala'', yaitu pembakaran sebuah istana rapuh. Setelah peristiwa itu, Dretarastra pun menyerahkan takhta [[Hastina]] kepada putra tertuanya yang bernama [[Duryudana]], sedangkan dirinya kembali menjadi adipati di Gajah Oya.
 
Pandawa yang terus selamat dari usaha pembunuhan rahasia oleh Duryudana dan [[Sangkuni]] (ipar Dreatarastra) akhirnya menuntut hak mereka untuk memerintah Hastina, sebagaimana hak mereka yang diwariskan oleh Pandu. Perang besar—yang dikenal sebagai [[Baratayuda]]—tidak terelakkan karena Korawa tidak mau mengalah. Setelah Korawa binasa dalam perang tersebut, pihak [[Pandawa]] datang ke [[Hastina]] untuk menjemput hak mereka. Dretarastra memanggil [[Bimasena]] ([[Pandawa]] yang kedua) untuk dipeluknya, dengan penuh dendam karena Bimasena adalah kesatria yang paling banyak membunuh putra-putranya dalam Baratayuda. Karena curiga, [[Kresna]] selaku penasihat Pandawa memberi isyarat agar [[Bima]] menyerahkan benda lain sebagai ganti dirinya. [[Bimasena]] pun menyodorkan pusakanya bernama Gada Rujakpolo untuk dipeluk Dretarastra. Dengan penuh rasa dendam, Dretarastra pun memeluk gada tersebut sampai hancur menggunakan ilmu Lebur Geni. Setelah mengetahui kalau dirinya tertipu, ia pun menyesal dan minta maaf.
 
Kematian Dretarastra versi pewayangan tidak jauh berbeda dibanding versi aslinya. Ia dikisahkan terbakar sewaktu bertapa bersama [[Gendari]] dan [[Kunti]] di tengah hutan.
 
== Silsilah ==
{{Silsilah Pratipa}}
 
== Pranala luar ==
{{commonscat|Dhritarashtra|Dretarastra}}
* {{en}} [http://www.indianetzone.com/3/dhritarashtra.htm Dhritarashtra in Indianetzone.com]
* {{en}} [http://www.britannica.com/EBchecked/topic/160837/Dhritarashtra Dhritarashtra - Encyclopaedia Britannica]
 
{{start box}}
{{succession box|
before=[[Pandu]]|
years=[[Dinasti Kuru]]|
title=Raja [[Hastinapura]]|
after=[[Yudistira]]}}
{{end box}}
 
{{Tokoh Mahabharata}}
 
[[Kategori:Tokoh Mahabharata]]