Ignostisisme: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k Perubahan dalam memperbaiki/merapihkan suntingan. Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(28 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''Ignostik''' atau '''Ignostisisme'''
Ignostisisme adalah suatu pandangan yang menyatakan bahwa istilah keagamaan atau konsep teologis apapun harus disertai dengan sebuah definisi yang koheren. Tanpa definisi yang jelas, istilah tersebut tak dapat dibahas secara bermakna. Istilah atau konsep tersebut juga harus dapat di[[falsifikasi]]. Karena syarat-syarat ini tidak terpenuhi, seorang ignostik mengambil posisi [[nonkognitivis teologis]], yang menyatakan bahwa keberadaan atau sifat dari istilah-istilah yang diberikan (dan perdebatan mengenainya) ialah tidak bermakna. Sebagai contoh, apabila istilah "Tuhan" tidak menunjuk ke hal apapun yang dapat didefinisikan secara beralasan, maka tidak ada metode yang dapat dilaksanakan untuk menentukan ketidakberadaan tuhan. Dengan demikian, istilah "Tuhan" tidak memiliki makna literal apapun dan tidak harus diperdebatkan atau didiskusikan.
Beberapa filsuf telah melihat ignostisisme sebagai variasi dari [[agnostisisme]] atau [[ateisme]],<ref>{{cite web |url=http://www.strongatheism.net/library/atheology/argument_from_noncognitivism/ |title=The Argument From Non-Cognitivism |accessdate=2008-02-11}}</ref> sementara filsuf lain menganggap konsep ignostisisme berbeda.▼
▲Beberapa filsuf
== Hubungan ignostisisme dengan pandangan lain mengenai Tuhan ==
Dalam Bahasa Inggris, ''ignosticism'' (ignostisisme) dan ''theological noncognitivism'' ([[nonkognitivisme teologis]]) secara garis besar bersinonimi;<ref>Conifer, ''Theological Noncognitivism'': "Theological noncognitivism is usually taken to be the view that the sentence 'God exists' is cognitively meaningless."</ref> namun hubungan ignostisisme dengan pandangan nonteistik lainnya tidak terlalu jelas. [[Paul Kurtz]] berpandangan bahwa ignostisisme cocok dengan [[ateisme lemah]] dan [[agnostisisme]],<ref>Kurtz, ''New Skepticism'', 220: "Both [atheism and agnosticism] are consistent with igtheism, which finds the belief in a metaphysical, transcendent being basically incoherent and unintelligible."</ref> sementara filsuf lainnya berpandangan bahwa ignostisisme sama sekali berbeda.
Terma ''ignostisisme'' diperkenalkan oleh [[Sherwin Wine]], seorang [[rabbi]], pada tahun 1960. Terma ''igteisme'' diperkenalkan oleh humanis sekuler [[Paul Kurtz]] dalam buku yang diterbitkan tahun 1992 berjudul ''The New Skepticism''.<ref>{{cite news|url=http://www.economist.com/blogs/johnson/2010/07/definitions_1|title=isms of the week: Agnosticism and Ignosticism|accessdate=December 19, 2011|work=The Economist|date=2010-07-28}}</ref>
Dalam sebuah bab di bukunya yang diterbitkan tahun 1936 berjudul ''Language, Truth, and Logic'', [[A.J. Ayer]] berargumen bahwa seseorang tidak dapat membicarakan eksistensi Tuhan, atau bahkan kemungkinan keberadaan Tuhan, karena konsepnya itu sendiri tidak dapat diverifikasi dan dengan demikian tidak bermakna.<ref>Ayer, ''Language'', 115: "There can be no way of proving that the existence of a God … is even probable. … For if the existence of such a god were probable, then the proposition that he existed would be an empirical hypothesis. And in that case it would be possible to deduce from it, and other empirical hypotheses, certain experimental propositions which were not deducible from those other hypotheses alone. But in fact this is not possible."</ref> Ayer menulis bahwa hal ini membuat ateisme, agnostisisme, pun teisme, menjadi terkesampingkan karena ketiga posisi tersebut menyatakan bahwa kalimat ''Tuhan itu ada'' memiliki makna.<ref>Ayer, ''Language'', 115–16</ref> Beralasan pada tidak bermaknanya klaim-klaim teistik, Ayer berpandangan bahwa "tidak ada alasan logis untuk melawankan agama dan ilmu alam",<ref>Ayer, ''Language'', 117</ref> karena teisme tidak memiliki proposisi apapun yang dapat difalsifikasi dengan [[metode ilmiah]].
Senada dengan Ayer, [[Theodore Drange]] memandang ateisme dan agnostisisme sebagai posisi yang menerima kalimat "Tuhan itu ada" sebagai proposisi yang bermakna. Para ateis menganggap proposisi tersebut "keliru atau mungkin keliru", sementara para agnostik menganggap proposisi tersebut tidak dapat diperkirakan kebenarannya hingga ada lebih banyak bukti.<ref name="Drange">Drange, ''Atheism''</ref> Jika definisi Drange berterima, maka para ignostik bukanlah ateis maupun agnostik. Sebuah maksim simpel menyatakan subyek ini demikian: "Seorang ateis akan mengatakan bahwa, "Saya tidak percaya Tuhan itu ada"; seorang agnostik akan mengatakan bahwa, "Saya tidak tahu apakah Tuhan ada atau tidak"; sementara seorang ignostik akan mengatakan bahwa, "Saya tidak tahu apa yang Anda maksud ketika Anda menyatakan "Tuhan itu ada"."
Meskipun ia menyebut diri sendiri sebagai seorang ateis, [[Sam Harris]] menyampaikan ketidaksenangannya terhadap pelabelannya sebagai ateis dan sering kali menggunakan argumen-argumen ignostik untuk mengkritik definisi "Tuhan" yang ambigu dan tidak konsisten. Harris berpendapat bahwa label dan konsep ateisme berlebihan seperti label "non-rasis" atau "non-pemercaya Zeus".<ref>{{youtube|3KG5s_-Khvg|Sam Harris on the "dangers" of "atheism"}}</ref> Harris, dalam konteks bersangkutan, menyatakan bahwa berdebat mengenai eksistensi Tuhan itu absurd dan tidak ilmiah, tetapi masih merupakan sebuah keharusan yang tidak menyenangkan ketika berbicara mengenai akal budi dan sains.
Ignostisisme tidak sama dengan ''apatheism'' (apateisme), suatu posisi tidak memedulikan keberadaan Tuhan. Seorang apateis tidak mementingkan pernyataan "Tuhan itu ada", tetapi mereka mungkin juga menganggap kalimat tersebut memiliki nilai semantik, bahkan sahih.<ref>Rauch, ''Let It Be'': "… many apatheists are believers. … Even regular churchgoers can, and often do, rank quite high on the apatheism scale."</ref>
== Ketergantungan pada pandangan teologis tertentu mengenai kata ''Tuhan'' ==
Drange menekankan bahwa jawaban apapun pada kalimat tanya "Apakah Tuhan itu ada?" diformulasikan dengan bergantung pada konsep tertentu mengenai apa yang diklaim seseorang sebagai representatif untuk makna kata "Tuhan".<ref name="Drange"/>
Beberapa orang lainnya juga mengklaim bahwa ''Tuhan ''memiliki arti yang berbeda-beda kepada orang yang berbeda-beda, dan dengan demikian, ketika kata ''Tuhan ''ditulis atau dibincangkan, seorang ignostik baiknya menentukan apakah penggunaan kata ini merujuk pada suatu konsep tuhan material atau pada suatu definisi yang diberikan agamawan.
== Catatan kaki ==
{{reflist}}
== Referensi ==
* {{cite book
* {{cite book
* {{Cite journal |last=Conifer |first=Steven J. |title=Theological Noncognitivism Examined |journal=The Interlocutor |volume=4 |year=2002 |month=June |url=http://www.sewanee.edu/philosophy/Journal/Archives/2002/Conifer.htm |accessdate=2007-05-24 |postscript=<!--None--> }}
* Cousens, Myrna Bonnie, ed., [http://home.teleport.com/~hellman/archive/whoisgod.shj "God"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20081207013559/http://home.teleport.com/~hellman/archive/whoisgod.shj |date=2008-12-07 }}, ''Guide to Humanistic Judaism'', [[Society for Humanistic Judaism]]
* {{cite web |last=Drange |first=Theodore |title=Atheism, Agnosticism, Noncognitivism |url=http://www.infidels.org/library/modern/theodore_drange/definition.html |year=1998 |accessdate=2007-03-26 |publisher=[[Internet Infidels]] }}
* {{cite web |last=Hanisch |first=Helmut |title=Children's and Young People's Drawings of God |url=http://www.uni-leipzig.de/~rp/vortraege/hanisch01.html |date=2002-10-21 |accessdate=2007-04-26 |publisher=}}
* {{cite book
* {{Cite news
* {{cite news
[[Kategori:Agnostisisme]]
|