Pengguna:Danu Widjajanto/Genosida: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
|||
(17 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Short description|1915–1917 Ottoman mass murder of its Armenian population during WWI}}
{{good article}}
<!--{{Pp-vandalism|small=yes}}-->
<!--This article has been placed on a one-revert rule. Any editor who makes more than one revert on this article (and this revert must be discussed on the talk page) in a 24-hour period will be blocked. Please edit cooperatively, and seek consensus and compromise rather than edit-war.-->
{{Use dmy dates|date=July 2018}}
Baris 33:
{{TOC limit|3}}
==
=== Orang Armenia di Kesultanan Utsmaniyah ===
[[Berkas:Armenian population map 1896.jpg|thumb|upright=1.2|Peta yang menunjukkan persebaran populasi Armenia, diterbitkan tahun 1896]]
Baris 43 ⟶ 42:
=== Konflik dan reformasi lahan ===
[[Berkas:Looting of an Armenian village by the Kurds.png|thumb|left|"Penjarahan di sebuah desa Armenia oleh kelompok Kurdi", pada tahun 1898 atau 1899]]
Orang-orang Armenia di provinsi-provinsi timur Kesultanan Utsmaniyah tinggal dalam suatu masyarakat [[feodalisme|semi-feodal]] dan umumnya menjadi korban kerja paksa, pemungutan pajak ilegal, dan kejahatan-kejahatan yang pada akhirnya tidak diusut seperti perampokan, pembunuhan, dan pelecehan seksual.{{sfn|Astourian|2011|p=60}}{{sfn|Suny|2015|p=19}} Pada pertengahan abad ke-19, Pemerintah Utsmaniyah melancarkan reformasi [[Tanzimat]], yaitu serangkaian kebijakan yang mempersamakan status orang-orang di bawah Pemerintah Utsmaniyah terlepas dari agama mereka. Namun, kebijakan ini menuai kecaman dari para ulama dan orang-orang Muslim pada umumnya. Mayoritas kebijakan ini juga tidak pernah diimplementasikan.{{sfn|Kévorkian|2011|p=9}}{{sfn|Kieser|2018|p=8}}{{sfn|Suny|2015|pp=26–27}} Walaupun begitu, beberapa kelompok Islamis mengemukakan bahwa dengan melakukan reformasi untuk kesetaraan, orang-orang non-Muslim akan kehilangan perlindungan yang mereka nikmati berdasarkan syariat Islam.{{sfn|Nichanian|2015|p=247}} [[Undang-Undang Agraria Utsmaniyah tahun 1858]] merugikan orang-orang Armenia dan banyak dari mereka yang diharuskan membayar pajak berganda kepada tuan tanah Kurdi dan Pemerintah Utsmaniyah.{{sfn|Suny|2015|pp=19, 53}} Situasi yang dialami oleh rakyat jelata Armenia di provinsi-provinsi timur mengalami kemunduran sejak tahun 1860.{{sfn|Astourian|2011|pp=62–63}}
Sejak pertengahan abad ke-19, orang-orang Armenia mengalami penyerobotan lahan sebagai akibat dari berpindahnya masyarakat Kurdi dari gaya hidup nomaden [[sedentarisasi suku Kurdi|menjadi menetap]]. Selain itu, penyerobotan lahan tanah ini juga disebabkan oleh kedatangan [[muhacir|pencari suaka]] dan imigran Muslim (terutama [[Adighe|orang-orang Sirkasia]]) sebagai akibat dari [[Perang Rusia-Sirkasia]].{{sfn|Astourian|2011|pp=56, 60}}{{sfn|Suny|2015|pp=19, 21}}{{sfn|Göçek|2015|p=123}} Pada tahun 1876, ketika Sultan [[Abdul Hamid II]] naik takhta, Pemerintah Utsmaniyah mengambil lahan milik orang-orang Armenia di provinsi-provinsi timur dan memberikannya kepada imigran Muslim sebagai bagian dari kebijakan sistematis untuk mengurangi populasi Armenia di daerah ini; kebijakan ini dilaksanakan sampai masa Perang Dunia Pertama.{{sfn|Astourian|2011|pp=62, 65}}{{sfn|Suny|2015|p=55}} Situasi ini menyebabkan penurunan jumlah populasi di dataran tinggi Armenia secara signifikan; 300.000 orang Armenia meninggalkan Kesultanan Utsmaniyah, sementara orang-orang Armenia lainnya pindah ke kota-kota.{{sfn|Kévorkian|2011|p=271}}{{sfn|Suny|2015|pp=54–56}} Sebagian orang-orang Armenia bergabung dengan partai politik revolusioner; salah satu yang paling berpengaruh ialah [[Federasi Revolusi Armenia]] (ARF) yang didirikan pada tahun 1890. Partai-partai ini pada pokoknya bertujuan untuk melakukan reformasi, tetapi hanya memperoleh sedikit dukungan dari orang-orang Armenia di Kesultanan Utsmaniyah.{{sfn|Suny|2015|pp=87–88}}
Seusai kekalahannya dalam [[Perang Rusia-Turki (1877–1878)|perang melawan Rusia pada tahun 1877-1878]], Kesultanan Utsmaniyah terpaksa melepaskan sebagian wilayahnya di Anatolia Timur dan Balkan, sementara wilayah [[Siprus Utsmaniyah|Siprus]] juga direlakan kepada [[Imperium Britania|Britania]] sebagai ganti atas jaminan perlindungan dari serangan Rusia.{{sfn|Suny|2015|pp=94–95, 105}} Kemudian, akibat tekanan internasional dari [[Kongres Berlin]] yang diselenggarakan pada tahun 1878, Pemerintah Utsmaniyah menyatakan kesediaannya untuk melakukan reformasi dan menjamin keselamatan orang-orang Armenia. Namun, tidak ada mekanisme untuk menjamin penegakan komitmen ini,{{sfn|Suny|2015|pp=95–96}} dan situasi orang Armenia terus memburuk.{{sfn|Astourian|2011|p=64}}{{sfn|Suny|2015|p=97}} Kongres Berlin menandai munculnya [[permasalahan Armenia]] dalam diplomasi internasional karena isu mengenai orang-orang Armenia untuk pertama kalinya dijadikan dalih oleh negara-negara besar Eropa untuk melakukan intervensi politik terhadap Kesultanan Utsmaniyah.{{sfn|Suny|2015|p=96}} Meskipun orang-orang Armenia telah dianggap sebagai komunitas yang setia (tidak seperti orang-orang Yunani dan kelompok lainnya yang pernah memberontak), Pemerintah Utsmaniyah mulai menganggap orang-orang Armenia sebagai ancaman setelah tahun 1878.{{sfn|Suny|2015|pp=48–49}} Pada tahun 1891, Abdul Hamid membentuk resimen [[Hamidiye (kavaleri)|''Hamidiye'']] yang berasal dari kelompok Kurdi, dan resimen ini diperbolehkan melakukan tindakan sewenang-wenang terhadap orang-orang Armenia.{{sfn|Kévorkian|2011|pp=75–76}}{{sfn|Astourian|2011|p=64}} Dari tahun 1895 sampai 1896, [[Pembantaian Hamid|terjadi pembantaian besar-besaran]] di Kesultanan Utsmaniyah; setidaknya 100.000 orang Armenia dibunuh{{sfn|Kévorkian|2011|pp=11, 65}}{{sfn|Suny|2015|p=129}} oleh tentara-tentara Utsmaniyah dan massa yang dibiarkan oleh aparat.{{sfn|Suny|2015|pp=129–130}} Banyak desa di Armenia yang dipaksa masuk Islam.{{sfn|Kévorkian|2011|p=271}} Pemerintah Utsmaniyah bertanggung jawab penuh atas pembantaian itu,{{sfn|Suny|2015|p=130}}{{sfn|Kévorkian|2011|p=11}} dengan tujuan untuk mengembalikan tatanan sosial sebelumnya (yaitu ketika orang-orang Kristen tidak mempertanyakan supremasi orang-orang Muslim){{sfn|Suny|2015|p=131}}{{sfn|Hovannisian|2017|p=201}} serta untuk memaksa orang Armenia pindah dan mengurangi jumlah mereka.{{sfn|Kévorkian|2011|p=266}}
=== Revolusi Turki Muda ===
Baris 56 ⟶ 55:
Pada awal tahun 1909, kelompok konservatif dan beberapa orang liberal melancarkan [[Insiden 31 Maret|upaya kudeta balasan]] pada tahun 1909, karena mereka menentang pemerintahan CUP yang semakin menindas, tetapi upaya ini mengalami kegagalan.{{sfn|Suny|2015|pp=165–166}} Saat kabar mengenai kudeta balasan mencapai kota [[Adana]], kelompok Muslim bersenjata menyerang daerah orang Armenia, dan orang Armenia kemudian membalasnya. Tentara Utsmaniyah tidak melindungi oleh orang Armenia dan malah mempersenjatai para perusuh.{{sfn|Suny|2015|pp=168–169}} Sekitar 20.000 hingga 25.000 orang Armenia [[pembantaian Adana|dibantai di Adana]] dan kota-kota sekitar.{{sfn|Suny|2015|p=171}} Tidak seperti pembantaian tahun 1890-an, peristiwa ini tidak didalangi oleh pemerintah pusat, tetapi dipicu oleh pejabat setempat, cendekiawan, dan ulama, termasuk pendukung CUP di Adana.{{sfn|Suny|2015|p=172}} Meskipun para pelaku pembantaian ini tidak pernah dihukum, ARF terus berharap bahwa akan dilancarkan reformasi yang akan meningkatkan keamanan dan mengembalikan lahan. Akhirnya, pada akhir tahun 1912, ARF memutus hubungan dengan CUP dan meminta bantuan negara-negara Eropa.{{sfn|Kieser|2018|pp=152–153}}{{sfn|Astourian|2011|pp=66–67}}{{sfn|Kaligian|2017|p=92}} Pada 8 Februari 1914, CUP mau tidak mau harus menyetujui [[reformasi Armenia 1914]] yang diprakarsai oleh komunitas internasional dan dimediasi oleh [[Kekaisaran Jerman]]. Menurut kebijakan ini, dua inspektur Eropa akan diangkat untuk seluruh kawasan timur Utsmaniyah, sementara rezimen Hamidiye akan dicadangkan. Reformasi ini pada akhirnya tidak pernah diwujudkan akibat meletusnya Perang Dunia I. Para pemimpin CUP sendiri merasa khawatir bahwa apabila kebijakan tersebut dilaksanakan, wilayah Utsmaniyah akan terpecah. Mereka bahkan menjadikan reformasi ini sebagai salah satu alasan untuk membinasakan orang Armenia pada tahun 1915.{{sfn|Kieser|2018|pp=163–164}}{{sfn|Akçam|2019|pp=461–462}}{{sfn|Suny|2015|pp=203, 359}}
===
[[
==
[[
==
[[
[[File:Russian soldiers Sheykhalan 1915.jpg|thumb|left|Tentara Rusia di reruntuhan desa Armenia yang bernama "Sheykhalan" di dekat [[Muş|Mush]], 1915]]
▲[[File:Leavening the Levant (1916) (14586438289) restored.jpg|thumb|left|Armenian defenders in Van]]
Menteri Perang Enver Pasha mengambil alih komando atas angkatan darat Utsmaniyah dan melancarkan serangan terhadap Rusia. Dalam [[Pertempuran Sarikamish]] pada Desember 1914 hingga Januari 1915, ia menyusun strategi yang berupaya mengepung [[Angkatan Darat Kaukasus Rusia (Perang Dunia I)|Angkatan Darat Kaukasus Rusia]]. Namun, prajurit Utsmaniyah tidak siap dengan kejamnya musim dingin di wilayah pegunungan.{{sfn|Suny|2015|pp=241–242}} Akhirnya Utsmaniyah mengalami kekalahan dengan korban jiwa yang melebihi 60.000 prajurit.{{sfn|Akçam|2012|p=157}} Ketika mundur, tentara Utsmaniyah menghancurkan banyak desa Armenia di Vilayet Bitlis dan membantai penduduknya.{{sfn|Üngör|2016|p=19}} Di muka umum, Enver menjadikan orang Armenia sebagai kambing hitam. Ia mengklaim bahwa orang Armenia membela Rusia, dan klaim ini kemudian dipercayai oleh para pemimpin CUP.{{sfn|Üngör|2016|pp=18–19}}{{sfn|Suny|2015|p=243}} Insiden lokal dan penemuan senjata milik orang Armenia dijadikan bukti bahwa orang Armenia sedang berkomplot untuk menghancurkan Utsmaniyah.{{sfn|Suny|2015|p=244}} Sejarawan [[Taner Akçam]] menyimpulkan bahwa "tuduhan pemberontakan Armenia di dokumen-dokumen{{Nbsp}}... pada kenyataannya tidak berdasar tetapi secara sengaja dibuat-buat".{{sfn|Akçam|2012|p=168}}{{sfn|Suny|2015|p=282}}
Massacres of Armenian men were occurring in the vicinity of [[Bashkale]] in Van vilayet from December.{{sfn|Akçam|2019|p=472}} ARF leaders attempted to keep the situation calm, warning that even justifiable self-defense could lead to escalation of killing.{{sfn|Suny|2015|p=255}} The governor, [[Djevdet Bey]], ordered the Armenians of [[Van, Turkey|Van]] to hand over their arms on 18 April, creating a dilemma: If they obeyed, the Armenians expected to be killed, but if they refused, it would provide a pretext for massacres. Armenians fortified themselves in Van and repelled [[defense of Van (1915)|the Ottoman attack]] that began on 20 April.{{sfn|Suny|2015|p=257}}{{sfn|Kévorkian| 2011|p= 319}} During the siege, Armenians in surrounding villages were massacred at Djevdet's orders. Russian forces captured Van on 18 May, finding 55,000 corpses in the province—about half its prewar Armenian population.{{sfn|Suny|2015|pp=259–260}} Djevdet's forces proceeded to Bitlis and attacked Armenian and Syriac villages; men were killed immediately, women and children kidnapped by local Kurds, and others marched away to be killed later. By the end of June, there were only a dozen Armenians in the vilayet.{{sfn|Suny|2015|pp=287, 289}}
Baris 81 ⟶ 79:
===Aims===
{{Quotebox|width=24em
| quote =
During World War I, the CUP—whose central goal was to preserve the Ottoman Empire—came to identify Armenian civilians as an existential threat.{{sfn|Akçam|2012|p=337}}{{sfn|Suny|2015|p=245}} CUP leaders held Armenians—including women and children—collectively guilty for "betraying" the empire, a belief that was crucial to deciding on genocide in early 1915.{{sfn|Akçam|2019|p=457}}{{sfn|Bozarslan ''et al.''|2015|pp=166–167}} At the same time, the war provided an opportunity to enact, in Talaat's words, the "definitive solution to the Armenian Question".{{sfn|Suny|2015|p=245}}{{sfn|Dündar|2011|p=284}} The CUP hoped to permanently eliminate any possibility that Armenians could achieve autonomy or independence in the empire's eastern provinces by annihilating the concentrated Armenian population of these areas.{{sfn|Watenpaugh|2013|p=284}} Ottoman records show the government aimed to reduce the population of Armenians to no more than 5 percent in the sources of deportation and 10 percent in the destination areas. This goal could not be accomplished without mass murder.{{sfn|Akçam|2012|pp=242, 247–248}}{{sfn|Dündar|2011|p=282}}{{sfn|Kieser|2018|p=261}}
|