Torii Mototada: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ~ref
k ~ref
 
Baris 17:
Pada bulan Agustus 1600, Torii diperingatkan oleh mata-matanya bahwa sebuah pasukan berkekuatan 40,000 orang yang berpengalaman dalam pertempuran dari pasukan [[Toyotomi Hideyori]] sedang menghancurkan semua yang mereka temui dalam perjalan ke Puri Fushimi. Garnisun penjaga Puri Fushimi berkekuatan 2.000 orang kalah jumlah sangat jauh, tetapi melarikan diri adalah masih mungkin bagi orang-orang tersebut. Untuk menunjukkan kesetiannya pada tuannya, Tokugawa Ieyasu, Torii memilih untuk tetap bertahan, bersumpah bahwa ia dan bentengnya akan berperang sampai titik darah penghabiasn.<ref>A History of the Japanese People from the Earliest Times to the End of the Meiji Era By Frank Brinkley, Dairoku Kikuchi Harvard University, 1915 pp.559-560</ref>
 
Dalam pernyataan terakhirnya, <ref>{{Cite web|url=http://kms1.isn.ethz.ch/serviceengine/Files/ISN/24250/ipriadoc_doc/4F394AD4-6520-46C4-90FD-CBD3DFD95E44/en/1038_ToriiMototada.pdf|title=Archived copy|archive-url=https://web.archive.org/web/20110720092132/http://kms1.isn.ethz.ch/serviceengine/Files/ISN/24250/ipriadoc_doc/4F394AD4-6520-46C4-90FD-CBD3DFD95E44/en/1038_ToriiMototada.pdf|archive-date=2011-07-20|dead-url=yes|access-date=2011-03-30}}</ref> yang ditujukan pada anaknya, Tadamasa, Torii menggambarkan bagaimana keluarganya telah mengabdi pada keluarga Tokugawa selama beberapa generasi dan bahkan saudara kandungnya sendiri sudah terbunuh dalam peperangan. Dalam surat tersebut, Torii mengatakan bahwa ia menganggap mati terdahulu adalah suatu kehormatan, sehingga ia bisa memberikan semangat pada para prajurit Tokugawa yang tersisa. Ia meminta anaknya untuk membesarkan saudara-saudaranya agar bisa turut mengabdi pada klan Tokugawa "Baik saat naik maupun saat turun" dan terus rendah hati tanpa mengharapkan imbalan gelar atau uang. Lalu kedua sahabat sejak kecil itu, Torii Mototada dan Tokugawa Ieyasu berpisah dengan berat hati karena mengetahui mereka tidak akan dapat melihat satu sama lain lagi:
 
: "Tidaklah sesuai dengan Jalan Prajurit untuk menerima malu dan menghindari kematian, bahkan dalam keadaan yang tidak terlalu penting&nbsp;... Bagi saya, saya telah membulatkan hati untuk bertahan dalam benteng ini dan mati dengan cepat. Walaupun sebetulnya, tidak terlalu sukar untuk menembus beberapa lapis pasukan mereka lalu melarikan diri, tidak peduli berapa puluh ribu penunggang kuda mendekat untuk menyerang atau seberapa tebal pasukan mereka mengepung kami. Akan tetapi melarikan diri bukanlah makna sejati menjadi seorang prajurit, selain itu melarikan diri sukar dianggap sebagai suatu bentuk kesertiaan. Maka, saya akan menahan pasukan satu negara di sini, dan&nbsp;... mati dengan indah."