Prasasti Cunggrang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k replaced: Kuna → Kuno
Bot5958 (bicara | kontrib)
k Perbarui referensi situs berita Indonesia
 
(8 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Prasasti Cunggrang''' (juga ditulis '''Cungrang''' atau '''Cungkrang''') merupakan [[prasasti]] peninggalan Kerajaan [[Medang]] yang berlokasi di Dusun Sukci, Desa [[Bulusari, Gempol, Pasuruan|Bulusari]], Kecamatan [[Gempol]], [[Kabupaten Pasuruan]], di lereng timur laut [[Gunung Penanggungan]] (Pawitra). Menurut catatan penanggalan yang tertulis di situ, prasasti ini dibuat pada masa [[Mpu Sindok]], raja pertama Kerajaan Medang periode Jawa Timur.
'''Prasasti Cunggrang''' merupakan prasasti peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang berlokasi di Dusun Sukci, Desa Bulusari, Kecamatan [[Gempol]], [[Kabupaten Pasuruan]] yang dibuat oleh [[Mpu Sindok]] selaku pendiri [[Kerajaan Medang]] (Mataram Kuno). Tinggi prasasti 126&nbsp;cm lebar 96&nbsp;cm dan tebal 22&nbsp;cm, kedua sisinya terdapat tulisan bahasa Jawa kuno dengan kondisi sisi bagian belakang (utara) lebih baik dari sisi depan (selatan) yang tulisannya banyak yang aus. Prasasti ini dibuat untuk menetapkan Desa Cunggrang sebagai Sima bagi pertapaan di Pawitra, nama lain dari Gunung Penanggungan dan bangunan suci tempat pemujaan rakryan Bawang, ayah permaisuri Mpu Sindok yang bernama Dyah Kebi. Sebelumnya, Desa Cunggrang termasuk dalam wilayah Bawang dan di bawah pemerintahan Wahuta Wungkal dengan penghasilan pajak senilai 15 suwarna emas, kewajiban kerja sebanyak 2 kupang serta katik sebanyak sekian orang (belum dipastikan jumlahnya). Dengan penetapan sebagai sima tersebut, penduduk Desa Cunggrang dibebaskan dari kewajiban pajak. Tetapi diwajibkan untuk memelihara pertapaan dan prasada, juga memperbaiki petirtaan Pawitra. Prasasti Cunggrang yang lain terbuat dari tembaga terdiri dua lempeng yang ditulis alam aksara dan bahasa Jawa Kuno yang diketemukan di Gunung Kawi, Malang.<ref>Tim Konservasi Dewan Kesenian Jawa Timur, ''Penanggungan: Warisan Leluhur yang Tersimpan,'' Surabaya: DKJT, 2018, 22.</ref>
 
== TujuanPenemuan dan bentuk ==
Tempat penemuannya di Dusun Sukci berada lebih kurang 7 km dari [[Petirtaan Belahan]], sehingga prasasti ini oleh para arkeolog dikaitkan dengan petirtaan tersebut.<ref>{{Cite web|last=Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur|first=|date=13 September 2019|title=Penduplikatan Prasasti Cunggrang|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjatim/penduplikatan-prasasti-cunggrang/|website=Indonesiana. Platform Kebudayaan|access-date=11 Januari 2021}}</ref>
 
Prasasti Cunggrang merupakan batu bertulis yang ditemukan dalam kompleks pemakaman desa. Kondisi saat ditemukan setengah terpendam di dalam tanah. Tinggi prasasti 126&nbsp;cm, lebar 96&nbsp;cm, dan tebal 22&nbsp;cm, serta di kedua sisinya terdapat tulisan ber[[Aksara Kawi|aksara]] dan ber[[bahasa Jawa Kuno]]. Kondisi sisi bagian belakang (utara) lebih baik daripada sisi depan (selatan) yang tulisannya banyak yang aus. Saat ini prasasti Cunggrang masih berada di tempat penemuan, dalam kondisi telah diletakkan pada suatu pendopo kecil bercungkup. Di sebelahnya terdapat lingga silindris.
Prasasti ini dibuat sebagai ucapan terima kasih kepada warga Dusun Cunggrang (Dusun Sukci) karena telah bergotong-royong merawat pertapaan, prasada, dan pancuran air di [[Gunung Penanggungan]] yang waktu itu disebut “prawitra”.
 
Selain prasasti Cunggrang batu ini, terdapat prasasti Cunggrang yang lain yang terbuat lempeng tembaga sebanyak dua keping, juga ditulis dalam aksara dan bahasa Jawa Kuno, yang diketemukan di [[Gunung Kawi]], Malang.<ref>Tim Konservasi Dewan Kesenian Jawa Timur, ''Penanggungan: Warisan Leluhur yang Tersimpan,'' Surabaya: DKJT, 2018, 22.</ref>
 
== Isi ==
 
Prasasti ini dibuat sebagai ucapan terima kasih kepada warga Dusun Cunggrang (sekarang Dusun Sukci) karena telah merawat pertapaan, prasada, dan pancuran air di Pawitra.<ref>{{Cite web|last=PASKABMUSEUM|first=|date=7 AGUSTUS 2014|title=PRASASTI CUNGGRANG|url=https://pasuruankabmuseumjatim.wordpress.com/2014/08/07/prasasti-cunggrang/|website=Blog Museum Online Kabupaten Pasuruan|access-date=11 Januari 2021}}</ref>
Prasasti Cunggrang ditulis dengan menggunakan bahasa Jawa kuno bertahun 851 Saka atau 929 Masehi.
 
Prasasti Cunggrang ditulis dengan menggunakan bahasa Jawa kuno bertahunbertanda tahun 851 Saka atau 929 Masehi.
Banyak bagian yang rumpil / susah terbaca. Namun inti dari prasasti ini menjelaskan bahwa daerah yang bernama Cunggrang dijadikan sebagai daerah sima, yakni daerah yang dibebaskan dari pajak oleh Kerajaan Mataram Kuno.
 
Banyak bagian yang rumpil / susah terbaca. Prasasti ini dibuat untuk menetapkan Cunggrang sebagai desa sima bagi pertapaan di Pawitra, suatu tempat suci untuk pemujaan Rakryan Bawang, yang adalah ayah dari Dyah Kebi (permaisuri Mpu Sindok). Desa Cunggrang termasuk dalam wilayah Bawang dan di bawah pemerintahan Wahuta Wungkal dengan penghasilan pajak senilai 15 suwarna emas, kewajiban kerja sebanyak dua kupang serta katik sebanyak sekian orang (belum dipastikan jumlahnya). Dengan penetapan sebagai sima tersebut, penduduk Desa Cunggrang dibebaskan dari kewajiban pajak tetapi diwajibkan untuk memelihara pertapaan dan prasada, juga memperbaiki Petirtaan Pawitra.
 
Melihat isi prasasti ini, peneliti-peneliti arkeologi kerap mengaitkannya dengan Petirtaan Belahan, sementara pertapaan dan prasada yang dimaksud adalah sisa-sisa bangunan (gapura dan tembok serta tumpukan bata yang diduga adalah batur) yang ditemukan di dekat petirtaan tersebut. Namun, penemuan Situs Blimbing di Desa Bulurejo berpotensi mengikis kaitan ini. Situs Blimbing adalah sisa saluran air bawah tanah yang nampaknya mengarah menuju petirtaan yang belum ditemukan<ref>{{Cite news|last=Arifin|first=Muhajir|date=4 Januari 2021|title=Objek Cagar Budaya Struktur Bata Kuno Ditemukan Lagi di Pasuruan|url=https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5320373/objek-cagar-budaya-struktur-bata-kuno-ditemukan-lagi-di-pasuruan|work=[[Detik.com|detikcom]]|access-date=12 Maret 2022}}</ref>.
 
== Hubungan dengan Kabupaten Pasuruan ==
 
Tanda penanggalan pada Prasasti Cunggrang bertulisan sebagai berikut<ref>{{Cite web|last=PASKABMUSEUM|first=|date=25 AGUSTUS 2014|title=SEJARAH PRASASTI CUNGGRANG|url=https://pasuruankabmuseumjatim.wordpress.com/2014/08/25/sejarah-prasasti-cunggrang-dan-hubungannya-dengan-pasuruan/|website=Blog Museum Online Kabupaten Pasuruan|access-date=11 Januari 2021}}</ref> (bagian dalam kurung adalah dugaan).<blockquote>''(Swasti! Çaka) warsatita 851 asujimasa (tithi dwadaci çukla) paksa tu(ng), Pa, Cu (wara Satabbisanaksa) tra. Ba (runa dewata. Gandayoga irika di) wasa''.”</blockquote>yang berarti:
Berdasarkan isi dari Prasasti Cunggrang, maka diperoleh bahwa [[Kabupaten Pasuruan]] lahir pada Hari Jum'at Pahing tanggal 18 September 929 M.
 
Selamat! tahun saka yang telah lalu 851 bulan Asuji tanggal 12 bagian bulan terang (hari yang bersikles enam) atunglai, (hari yang bersikles lima) pahing, (hari yang bersikles tujuh) Selasa.
 
DanTafsir dibuatlahtanggal ini dijadikan dasar sebagai hari jadi [[Kabupaten Pasuruan]] dan ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 8 Tahun 2007.<ref>{{Cite yangweb|last=Anonim|first=|date=3 Juni 2015|title=Sejarah Singkat Hari Jadi Kabupaten Pasuruan|url=https://www.pasuruankab.go.id/pages-6-sejarah-singkat-kab-pasuruan.html|website=pasuruankab.go.id|access-date=11 Januari 2021}}</ref> Isinya menetapkan bahwa Jum'at Pahing tanggal 18 September 929 M adalah hari berdirinya Pasuruan dan tanggal 18 September sebagai hari jadi Kabupaten Pasuruan.
 
== Pranala luarRujukan ==
{{reflist}}
 
[[Kategori:Prasasti di Indonesia|Cunggrang]]
* [https://www.pasuruankab.go.id/pages-6-sejarah-singkat-kab-pasuruan.html Sejarah Singkat Kab. Pasuruan]