Prasasti Cunggrang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kembangraps (bicara | kontrib)
Bot5958 (bicara | kontrib)
k Perbarui referensi situs berita Indonesia
 
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2:
 
== Penemuan dan bentuk ==
Tempat penemuannya di Dusun Sukci berada lebih kurang 7 km dari [[Petirtaan Belahan]], sehingga prasasti ini oleh para arkeolog dikaitkan dengan petirtaan tersebut.<ref>{{Cite web|last=Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur|first=|date=13 September 2019|title=Penduplikatan Prasasti Cunggrang|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjatim/penduplikatan-prasasti-cunggrang/|website=Indonesiana. Platform Kebudayaan|access-date=11 Januari 2021}}</ref>
Prasasti Cunggrang merupakan batu bertulis yang ditemukan dalam kompleks pemakaman desa. Kondisi saat ditemukan setengah terpendam di dalam tanah. Tinggi prasasti 126&nbsp;cm, lebar 96&nbsp;cm, dan tebal 22&nbsp;cm, serta di kedua sisinya terdapat tulisan ber[[Aksara Kawi|aksara]] dan ber[[bahasa Jawa Kuno]]. Kondisi sisi bagian belakang (utara) lebih baik daripada sisi depan (selatan) yang tulisannya banyak yang aus. Saat ini prasasti Cunggrang masih berada di tempat penemuan, namun telah diletakkan pada suatu pendopo kecil bercungkup. Di sebelahnya terdapat lingga silindris.
 
Prasasti Cunggrang merupakan batu bertulis yang ditemukan dalam kompleks pemakaman desa. Kondisi saat ditemukan setengah terpendam di dalam tanah. Tinggi prasasti 126&nbsp;cm, lebar 96&nbsp;cm, dan tebal 22&nbsp;cm, serta di kedua sisinya terdapat tulisan ber[[Aksara Kawi|aksara]] dan ber[[bahasa Jawa Kuno]]. Kondisi sisi bagian belakang (utara) lebih baik daripada sisi depan (selatan) yang tulisannya banyak yang aus. Saat ini prasasti Cunggrang masih berada di tempat penemuan, namundalam kondisi telah diletakkan pada suatu pendopo kecil bercungkup. Di sebelahnya terdapat lingga silindris.
Terdapat prasasti Cunggrang yang lain, terbuat dari dua lembar lempeng tembaga yang ditulis dalam aksara dan bahasa Jawa Kuno, yang diketemukan di [[Gunung Kawi]], Malang.<ref>Tim Konservasi Dewan Kesenian Jawa Timur, ''Penanggungan: Warisan Leluhur yang Tersimpan,'' Surabaya: DKJT, 2018, 22.</ref>
 
TerdapatSelain prasasti Cunggrang yangbatu lainini, terbuatterdapat dariprasasti duaCunggrang lembaryang lain yang terbuat lempeng tembaga yangsebanyak dua keping, juga ditulis dalam aksara dan bahasa Jawa Kuno, yang diketemukan di [[Gunung Kawi]], Malang.<ref>Tim Konservasi Dewan Kesenian Jawa Timur, ''Penanggungan: Warisan Leluhur yang Tersimpan,'' Surabaya: DKJT, 2018, 22.</ref>
 
== Isi ==
 
Prasasti ini dibuat sebagai ucapan terima kasih kepada warga Dusun Cunggrang (sekarang Dusun Sukci) karena telah merawat pertapaan, prasada, dan pancuran air di Pawitra.<ref>{{Cite web|last=PASKABMUSEUM|first=|date=7 AGUSTUS 2014|title=PRASASTI CUNGGRANG|url=https://pasuruankabmuseumjatim.wordpress.com/2014/08/07/prasasti-cunggrang/|website=Blog Museum Online Kabupaten Pasuruan|access-date=11 Januari 2021}}</ref>.
 
Prasasti Cunggrang ditulis dengan menggunakan bahasa Jawa kuno bertanda tahun 851 Saka atau 929 Masehi.
Baris 14 ⟶ 16:
Banyak bagian yang rumpil / susah terbaca. Prasasti ini dibuat untuk menetapkan Cunggrang sebagai desa sima bagi pertapaan di Pawitra, suatu tempat suci untuk pemujaan Rakryan Bawang, yang adalah ayah dari Dyah Kebi (permaisuri Mpu Sindok). Desa Cunggrang termasuk dalam wilayah Bawang dan di bawah pemerintahan Wahuta Wungkal dengan penghasilan pajak senilai 15 suwarna emas, kewajiban kerja sebanyak dua kupang serta katik sebanyak sekian orang (belum dipastikan jumlahnya). Dengan penetapan sebagai sima tersebut, penduduk Desa Cunggrang dibebaskan dari kewajiban pajak tetapi diwajibkan untuk memelihara pertapaan dan prasada, juga memperbaiki Petirtaan Pawitra.
 
KarenaMelihat ditemukanisi beradaprasasti di dekat kompleks Belahanini, makapeneliti-peneliti petirtaanarkeologi yangkerap dimaksudmengaitkannya kemungkinandengan besar adalah [[Petirtaan Belahan]] (yang masih berfungsi sampai sekarang);, sementara pertapaan dan prasada yang dimaksud adalah sisa-sisa bangunan (gapura, dan tembok serta tumpukan bata yang diduga adalah batur) yang ditemukan di dekat petirtaan tersebut. Namun, penemuan Situs Blimbing di Desa Bulurejo berpotensi mengikis kaitan ini. Situs Blimbing adalah sisa saluran air bawah tanah yang nampaknya mengarah menuju petirtaan yang belum ditemukan<ref>{{Cite webnews|last=Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa TimurArifin|first=Muhajir|date=134 SeptemberJanuari 20192021|title=PenduplikatanObjek PrasastiCagar Budaya Struktur Bata Kuno Ditemukan Lagi di CunggrangPasuruan|url=https://kebudayaannews.kemdikbuddetik.go.idcom/bpcbjatim/penduplikatanberita-prasastijawa-cunggrangtimur/d-5320373/objek-cagar-budaya-struktur-bata-kuno-ditemukan-lagi-di-pasuruan|websitework=Indonesiana[[Detik. Platform Kebudayaancom|detikcom]]|access-date=1112 JanuariMaret 20212022}}</ref>.
 
== Hubungan dengan Kabupaten Pasuruan ==
Baris 22 ⟶ 24:
Selamat! tahun saka yang telah lalu 851 bulan Asuji tanggal 12 bagian bulan terang (hari yang bersikles enam) atunglai, (hari yang bersikles lima) pahing, (hari yang bersikles tujuh) Selasa.
 
Tafsir tanggal ini dijadikan dasar sebagai hari jadi [[Kabupaten Pasuruan]] dan ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 8 Tahun 2007.<ref>{{Cite web|last=Anonim|first=|date=3 Juni 2015|title=Sejarah Singkat Hari Jadi Kabupaten Pasuruan|url=https://www.pasuruankab.go.id/pages-6-sejarah-singkat-kab-pasuruan.html|website=pasuruankab.go.id|access-date=11 Januari 2021}}</ref>. Isinya menetapkan bahwa Jum'at Pahing tanggal 18 September 929 M adalah hari berdirinya Pasuruan dan tanggal 18 September sebagai hari jadi Kabupaten Pasuruan.
 
== Rujukan ==