Huma Talun: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kepadalisna (bicara | kontrib) k Menambah Kategori:Pertanian berdasarkan jenis menggunakan HotCat |
k Perbarui referensi situs berita Indonesia |
||
(21 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
== Perkembangan ==
Hingga abad ke-19, [[masyarakat]] di [[Jawa Barat]] bertani menggunakan konsep Talun, dengan cara bercocok tanam dengan berpindah-pindah.<ref name=":6">{{Cite web|url=http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=4&dn=20081008074204|title=MEMBANGUN KEMBALI KEARIFAN MASYARAKAT DALAM MENGELOLA SISTEM AGROFORESTRY TRADISIONAL TALUN DI JAWA BARAT DALAM UPAYA MEMBANTU PELESARIAN HUTAN|last=-|first=-|date=-|website=www.kabarindonesia.com|access-date=2019-05-01}}</ref> Namun semakin hari keadaan [[hutan]] semakin sempit, hingga hanya [[masyarakat]] tertentu yang melestarikan hutan tersebut. Masyarakat itu di antaranya, Masyarakat Kasepuhan Ciptagelar di kawasan [[Gunung Halimun]], [[Sukabumi|Sukabumi Selatan]] dan [[Urang Kanekes|Masyarakat Baduy]] di kawasan [[Gunung Kendeng]], [[Banten|Banten Selatan]].<ref name=":6" /> Dari perkembangan tersebut, ada teori yang membedakan jenis Talun. '''Pertama''', ''Talun Permanen'' merupakan sistem pengolahan lahan yang tidak memiliki rotasi periodik setiap tahunnya.<ref name=":6" /> '''Kedua''', ''Talun Non-permanen'' merupakan sistem pengolahan lahan yang sering mengalami rotasi penanaman lahan.<ref name=":6" /> Dari perkembangannya yang sangat panjang, kini Huma Talung sangat terasa manfaatnya di antaranya dalam bidang [[ekonomi]]. Dari [[Ekonomi|bidang ekonomi]] bisa menghasilkan [[sayuran]], [[Industri|bahan industri]], [[Buah|buah-buahan]], [[kayu bakar]], hingga bahan bangunan.<ref name=":6" /> Namun bagi [[masyarakat]] [[Baduy]], hasil tersebut sudah cukup untuk keperluan memenuhi diri sendiri dan orang lain dan masih dengan prinsip tidak boleh menjual [[Pangan|hasil pangan]].<ref name=":6" />
== Jenis Huma ==
[[Suku Baduy|Masyarakat Baduy]] mengenal beberapa jenis huma, yaitu:
* ''Huma Serang'', yaitu lokasi ladang adat, sifatnya milik bersama dan terletak di [[Baduy Dalam]]. Daerah yang menjadi lokasi ''huma serang'' yaitu Cikeusik, Cikartawana, dan Cibeo.<ref name=":1" />
* ''Huma Puun'', yaitu ladang khusus untuk Puun yang sedang menjabat. Puun adalah ketua yang dipercayakan di daerah tersebut. Letak ladang puun, berada sangat dekat dengan rumah Puun.<ref name=":1" />
* ''Huma
▲*''Huma Puun'', yaitu ladang khusus untuk Puun yang sedang menjabat. Puun adalah ketua yang dipercayakan di daerah tersebut. Letak ladang puun, berada sangat dekat dengan rumah Puun<ref name=":1" />. Meskipun lahan ini milik Puun, tapi pengerjaannya dibantu oleh [[Masyarakat madani|masyarkat]]. Lokasinya terletak di Baduy Dalam, dan luasnya sebesar 2-3 kali luas ''Huma Tangtu''<ref name=":2">{{Cite web|url=http://lib.itenas.ac.id/kti/?p=1319|title=Makna Simbolik Huma (Ladang) di Masyarakat Baduy|date=2012-10-30|website=Itenas Library|language=en-US|access-date=2019-05-01}}</ref>''.''
* ''Huma Tuladan'', yaitu yang dikhususkan untuk keperluan [[Tradisi|upacara adat]].<ref name=":1" />
* ''Huma
* ''Huma Urang Baduy'', yaitu lahan yang dikhususkan untuk [[masyarakat]] [[Baduy|Baduy Luar]] yang mempunyai fungsi untuk keperluan [[keluarga]].<ref name=":2" />
▲*''Huma Tuladan'', yaitu yang dikhususkan untuk keperluan [[Tradisi|upacara adat]]<ref name=":1" />.
▲*''Huma Urang Baduy'', yaitu lahan yang dikhususkan untuk [[masyarakat]] [[Baduy|Baduy Luar]] yang mempunyai fungsi untuk keperluan [[keluarga]]<ref name=":2" />.
== Pengelolaan Tanah ==
Ketika memilih [[lahan]] untuk dijadikan [[ladang]], ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Hal yang harus diperhatikan itu yaitu, [[Tanah|jenis tanah]], [[Humus|kandungan humus]], dan kemiringan lereng. '''Pertama''' mengenai [[Tanah|jenis tanah]], hal ini bisa dilihat berdasarkan [[warna]], [[Air|kandungan air]], dan [[udara]].<ref name=":1" />
== Tahapan ==
Dalam mengelola huma, ada beberapa tahapan yang harus secara rinci dilaksanakan secara turun-temurun. Sifatnya tidak boleh dihilangkan, harus secara urut dan tidak boleh diacak. Selalu ada [[Tradisi|upacara adat]] disetiap tahapannya. Hal dasar yang menjadi pantrangan ketika melaksanakan huma yaitu, [[Rokok|merokok]], [[kentut]], [[meludah]], berkata kasar, untuk [[laki-laki]] wajib menggunakan [[iket]] dan [[perempuan]] mengenakan [[kebaya]]. Tahapannya adalah sebagai berikut:
'''''Narawas,''''' adalah proses pembukaan [[lahan]] dan suatu tanda bahwa proses huma akan dimulai. ''Narawas'' merupakan kegiatan pembukaan huma yang telah lama ditinggalkan. Kondisi huma pada tahapan ''Narawas'' dipenuhi dengan [[rumput]] yang lebat serta [[pohon]] yang tumbuh sangat besar. Pelaksanaan ''Narawas'' dilaksanakan pada [[bulan Sapar]] atau hari pertama dalam penanggalan [[Baduy
'''''Nyacar''','' merupakan kegiatan kedua yang dilaksanakan setelah ''Narawas''. ''Nyacar'' berasal dari [[bahasa Sunda]] yang berarti ''memotong.'' Kegiatan memotong di sini kelanjutan dari kegiatan membersihkan [[ladang]] ditahap awal. Tujuannya agar [[Dahana|dahan]] yang semula panjang, setelah dibersihkan pada tahap ini bisa bersih dan mengering. Sebelum melakukan kegiatan ''Nyacar,'' harus mempersiapkan [[kemenyan]] dan [[sesajen]] karena akan digunakan sebagai [[media]] dalam [[Tradisi|upacara]] ini.<ref name=":0" />
'''''Nukuh,''''' merupakan kegiatan ketiga dari runtuyan kegiatan [[Ladang|pengelolaan ladang]]. ''Nukuh'' berasal dari [[bahasa Sunda]] yang berarti menebang pohon. Tujuan dari kegiatan ini yaitu, menebang pohon agar [[sinar matahari]] bisa memberi asupan untuk [[tanaman]] yang akan ditanam. Ketua yag memimpin kegiatan ini adalah ''Puun''. Persiapan yang dilakukan yaitu [[Golok|menyiapkan golok]] dan [[sesajen]]. [[Sesajen]] yang harus disiapkan berupa [[telur ayam]], [[Pisau|pisau kecil]], [[Nasi|nasi ''congcot'']]'','' [[Kafan|kain kafan]], dan [[kemenyan]]. [[Sesajen]] ini diletakan di sudut huma, lalu ''Puun'' [[Mantra|membacakan mantra]]. Setelah ''Puun'' selesai [[Mantra|membacakan mantra]], [[Urang Kanekes|masyarakat Baduy]] lalu memulai untuk menebang [[pohon]] dengan [[golok]] yang telah dipersiapkan.<ref name=":0" />
'''''Ngahuru,''''' berasal dari [[bahasa Sunda]] yang memiliki arti [[membakar]]. [[Sampah]] dari hasil memotong [[pohon]] dan [[rumput]] dibakar. Pelaksanaan pembakaran dilaksanakan apabila [[pohon]] dan ranting sudah kering. Bila dihitung dari kegiatan ''Nukuh'' sekitar 15 hari setelah itu. Kegiatan ini dipimpin oleh ''Puun''. Proses awal ''Ngahuru'' yaitu [[Mantra|pembacaan mantra]] oleh ''Puun'' di sudut huma. Setelah [[Mantra|pembacaan mantra]], ranting dan [[pohon]] [[Membakar|dibakar]].<ref name=":0" />
'''''Ngaseuk''','' adalah penanaman [[benih]] [[padi]]. Pada bagian ini pelaksanaan dilaksanakan di ''leuit'' atau tempat penyimpanan [[padi]]. ''Ngaseuk'' dilakukan di [[sore]] hari. Persiapan yang dilakukan yaitu membuat [[sesajen]]. Isiya berupa [[jeruk nipis]], [[minyak wangi]], dan [[jawer kotok]].<ref name=":0" />
'''''Ngirab sawan''','' berasal dari dua kata yaitu ''ngirab'' dan ''sawan. Ngirab'' mempunyai arti menghadang, dan ''Sawan'' mempunyai arti [[
Sebelum pelaksanaan, [[masyarakat]] harus membuat [[ramuan]] dengan bahan [[Daun|dedaunan]]. Selain itu, harus mempersiapkan perlengkapan [[Tradisi|upacara adat]] untuk ''Ngirab sawan.'' [[Ramuan]] itu terbuat dari [[Hanjuang|daun hanjuang]], [[Kelapa|kelapa hijau]], [[jeruk nipis]], ''areuy beureum,'' daun ''seel,'' [[lengkuas]] yang tercampur dengan [[abu]] dapur. Selain [[ramuan]], ada juga [[sesajen]] yang terdiri dari [[
Ketua yang meminpin kegiatan ini yaitu ''Girang Seurat.'' Tahapa pelaksanaan ''Ngirab sawan'' yaitu:
* ''Girang Seurat'' membacakan [[mantra]] di sudut huma.<ref name=":0" />
* ''Girang Seurat'' menaburkan [[ramuan]] yang telah diolah. [[Ramuan]] ditaburkan ke [[Padi|daun padi]].<ref name=":0" />
'''''Mipit''''' memiliki arti mememetik. [[Padi]] yang sudah ditanam akhirnya dituai.<ref name=":0" />
* ''Girang Seurat'' memetik [[padi]] di ''pungpuhunan'' dengan menggunakan ''ani-ani''<ref name=":0" />''.''▼
▲*''Girang Seurat'' [[Doa|membacakan doa]]<ref name=":0" />.
▲*''Girang Seurat'' memetik [[padi]] di ''pungpuhunan'' dengan menggunakan ''ani-ani''<ref name=":0" />''.''
* Istri ''Girang Seurat'' menyimpan hasil petikan padi di ''dangau huma''<ref name=":0" />''.''
'''''Dibuat,''''' adalah kegiatan memetik [[padi]] yang lokasinya di ''huma serang.'' Pada saat memetik, tidak boleh membuat padi itu terjatuh ke [[tanah]]. Upacara dipimpin oleh ''Girang Seurat.'' Perlengkapan yang diperlukan pada acara ''dibuat,'' sama dengan prosesi ''mipit.'' Setelah acara ''dibuat'' selesai, para [[perempuan]] [[Baduy]] bertugas untuk menuai padi dengan menggunakan ''ani-ani''<ref name=":0" />''.''
'''''Nganyaran''''' berasal dari [[bahasa Sunda]] yaitu ''anyar'' atau baru. ''Ngayaran'' merupakan kegiatan memberikan tanda bagi [[padi]] yang baru saja [[Panen|dipanen]] menjadi [[beras]].<ref name=":0" />
Perlengkapan yang diperlukan dalam acara ini yaitu, [[padi]] berjumlah lima ikat yang menjadi objek untuk ditumbuk, ''lisung'' dan ''alu'' digunakan sebagai alat untuk menumbuk padi, ''niru'' merupakan alat untuk membersihkan [[padi]] yang sudah ditumbuk, ''bakul'' merupakan alat untuk menyimpan hasil tumbukan, kain putih berfungsi sebagai penutup bakul, dan kain putih yang diletakkan di atas kain putih yang menutupi bakul.<ref name=":0" />
Runtuyan kegiatan ngayaran adalah sebagai berikut:
# Memulai kegiatan dengan [[
# ''Alu'' yang akan digunakan sebagai alat untuk menumbuk, diusap terlebih dahulu dengan air ludah.<ref name=":0" />
# Lima perempuan istri dari sesepuh adat memulai untuk menumbuk [[padi]], dengan catatan tidak boleh sambil bercanda dan mengobrol.<ref name=":0" />
# Padi yang sudah ditumbuk menghasilkan [[beras]] yang sehat. Setelah itu, menyimpan [[beras]] di dalam bakul yang harus ditutupi kain putih lalu letakkan minyak wangi di atasnya.<ref name=":0" />
# Setelah selesai, bakul tersebut disimpan di rumah ''Girang Seurat''<ref name=":0" />''.''
# Beberapa bagian dari beras dimasak terlebih dahulu menjadi nasih tumpeng, setelah selesai diolah nasi tumpeng tersebut dibacakan [[mantra]].<ref name=":0" />
# Nasi tumpeng yang sudah diberi [[mantra]] dibagikan kepada warga yang hadir untuk dimakan secara bersama.
# Acara diakhiri dengan makan sirih secara bersama-sama.<ref name=":0" />
[[Beras]] yang telah [[Panen|dipanen]] disimpan di Balai. Sebagian lagi dibagikan ke [[masyarakat]], warga tidak boleh mengambil beras sebelum habis. Upacara ''Nganyaran'' merupakan bentuk syukur kepada [[Tuhan Yang Maha Esa]] atas berkah [[panen]] yang diterima.<ref name=":0" />
== Pemeliharaan ==
Dalam proses ''huma,'' sering terjadi gangguan dalam hal mengurus [[tanaman]]. Salah satu musuh besar ketika menggarap huma yaitu tanaman liar yang tumbuh di [[ladang]]. [[Masyarakat]] [[Baduy]] biasa menggunakan alat tradisional yang disebut ''kored.'' Kegiatan pembersihan huma disebut ''ngored''<ref name=":3" />''.'' Kegiatan pembersihan ini dilakukan 2 hingga 3 kali selama membuka huma sesuai kondisi lahan. Ketika pembersihan pertama dilakukan dinamakan ''ngored munggaran,'' kondisi dimana tanaman di huma berusia satu setengah bulan.<ref name=":3" />
== Mitos Padi ==
Penghargaan kepada [[Padi|tanaman padi]] erat kaitannya dengan [[mitos]] [[padi]]. [[Masyarakat]] [[Jawa Barat]] percaya bahwa [[Padi|tanaman padi]] merupakan perwujudan dari Nyi Sri atau Nyi Pohaci Sanghyang Asri atau Dewi Padi.<ref name=":1" />
== Referensi ==
{{reflist}}
[[Kategori:Bahasa Badui]]
[[Kategori:Pertanian di Indonesia]]
[[Kategori:Pertanian
[[Kategori:Tradisi Indonesia]]
[[Kategori:Budaya Sunda]]
{{Tradisi-stub}}
|