Ameneh Bahrami: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k Perbarui referensi situs berita Indonesia |
||
(13 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''Ameneh Bahrami''' (Bahasa Persia: آمنه بهرامی, lahir tahun 1978) adalah wanita [[Iran]] yang
Kasus serangan cairan asam terhadap Ameneh semakin menjadi perhatian di dunia setelah Ameneh menuntut keadilan agar wajah tersangka disiram air keras pula sebagaimana yang pernah ia lakukan kepadanya.<ref name=":3">{{Cite news|url=https://www.kompas.com/global/read/2020/06/17/124259870/mirip-kasus-novel-baswedan-wajah-wanita-ini-juga-disiram-air-keras|title=Mirip Kasus Novel Baswedan, Wajah Wanita Ini Juga Disiram Air Keras|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2020-06-19|editor-last=Wirawan|editor-first=Miranti Kencana|first=Miranti Kencana|last=Wirawan}}</ref>
== Serangan ==
Serangan air keras kepada wajah Ameneh terjadi pada Oktober 2004. Kala itu ia berusia
Seketika Ameneh mengerang kesakitan. Ia merasa
Merebaknya kasus Ameneh di media setempat membuat Presiden [[Mohammad Khatami]] memberikan dukungan. Untuk meringankan biaya Ameneh dalam menjalani perawatan, ia pun mendapatkan bantuan dari pemerintah sebesar 22.500 Euro. Sejak itu ia harus menjalani 17 kali operasi, sebagian di antaranya dilakukan di [[Barcelona]], [[Spanyol]]. Semula berjalan lancar. Namun setelah [[pemilu Iran 2005]], keadaannya kian memburuk. Bergesernya kepemimpinan Khatami untuk kemudian digantikan oleh [[Mahmoud Ahmadinejad]] sebagai presiden Iran yang baru saat itu
Berdasarkan penuturan Ameneh, ini bukan kali pertama Majid mengusiknya. Jauh sebelum itu, Majid juga pernah melakukan tindakan pelecehan karena
▲Merebaknya kasus Ameneh di media setempat membuat Presiden [[Mohammad Khatami]] memberikan dukungan. Untuk meringankan biaya Ameneh dalam menjalani perawatan, ia pun mendapatkan bantuan dari pemerintah sebesar 22.500 Euro. Sejak itu ia harus menjalani 17 kali operasi, sebagian di antaranya dilakukan di [[Barcelona]], [[Spanyol]]. Semula berjalan lancar. Namun setelah [[pemilu Iran 2005]], keadaannya kian memburuk. Bergesernya kepemimpinan Khatami untuk kemudian digantikan oleh [[Mahmoud Ahmadinejad]] sebagai presiden Iran yang baru saat itu berpengaruh pada keadaan finansialnya saat menjalani perawatan. Dukungan yang mengering membuat ia menjadi miskin dan sendirian di negeri orang. Ia bahkan sempat dibawa ke tempat penampungan [[tunawisma]] karena minimnya uang yang ia miliki.<ref name=":0" /><ref name=":1">{{Cite news|title=Blinded woman seeks 'eye for eye'|url=https://www.bbc.com/news/world-middle-east-13578731|newspaper=BBC News|date=2011-06-02|access-date=2020-06-19|language=en-GB|first=Stephanie|last=Hegarty}}</ref>
Sebelum serangan terjadi, Ameneh sebenarnya sempat melaporkan tindakan Majid kepada kepolisian. Namun karena Majid tidak melakukan kontak fisik dengannya, pihak kepolisan beranggapan bahwa mereka tidak bisa memproses laporannya.
▲Berdasarkan penuturan Ameneh, ini bukan kali pertama Majid mengusiknya. Jauh sebelum itu, Majid pernah melakukan tindakan pelecehan karena Ameneh menolak untuk menikah dengannya. Dua hari sebelum kejadian, Majid bahkan sempat mengancam kepada Ameneh bahwa ia akan menghancurkan hidupnya dan ia akan melakukan sesuatu agar Ameneh tidak bisa menikah dengan siapapun.<ref name=":1" />
== Tuntutan dan hukuman ==
▲Sebelum serangan terjadi, Ameneh sebenarnya sempat melaporkan tindakan Majid kepada kepolisian. Namun karena Majid tidak melakukan kontak fisik dengannya, pihak kepolisan beranggapan bahwa mereka tidak bisa memproses laporannya sehingga Majid masih leluasa mengganggu dirinya. Tindakan Majid semakin memuncak ketika Ameneh memberitahukan kepada Majid bahwa ia akan menikah dengan pria lain dan memohon kepadanya agar Majid meninggalkannya. Pada saat itulah, Majid yang tak bisa menerima kenyataan bahwa ia tidak bisa hidup bersama Ameneh mencelakai Ameneh dengan cara menyiramnya dengan air keras.<ref name=":1" />
Setelah serangan terjadi, Majid menyerahkan diri kepada pihak kepolisian. Semula hakim menginginkan agar pelaku dihukum mati, tetapi Ameneh menginginkan ''qisas'' yang diterapkan dalam hukum syariah Islam berdasarkan hukum retribusi 1982 yang berlaku di Iran. Melalui hukum qisas, Ameneh ingin agar mata ganti mata sehingga pelaku juga mengalami kehilangan penglihatan sebagaimana yang ia rasakan.<ref name=":3" /><ref>{{Cite book|title=The Politics of State Intervention: Gender Politics in Pakistan, Afghanistan, and Iran|last=Burki|first=Shireen|date=2013|publisher=Lexington Books|isbn=978-0739184325|location=|pages=239|url-status=live}}</ref> Terlebih, dalam pengadilan Majid mengaku bahwa ia memutuskan untuk membutakan mata Ameneh dengan cairan asam agar suaminya meninggalkannya sehingga ia bisa memilikinya.<ref name=":0" />
Namun sayangnya, permintaan Ameneh sempat terkendala aturan di Iran. Berdasarkan hukum di Iran, wanita hanya memiliki setengah nilai dibanding laki-laki saat menuntut haknya di pengadilan. Dengan kata lain, jika satu orang wanita menyampaikan suaranya di pengadilan, suaranya hanya dianggap bernilai setengah dari berat satu orang laki-laki. Oleh karena itu meskipun Ameneh telah berupaya keras dalam menuntut Majid agar kedua matanya dibutakan seperti yang ia alami, hakim tak bisa mengabulkannya begitu saja.<ref name=":2" />
Berdasarkan aturan tersebut, pada awalnya hakim hanya bisa memvonis hukuman berupa pembutaan 1 mata saja. Namun berkat lobi-lobi yang dilakukan oleh Ameneh, tuntutannya akhirnya dikabulkan. Pada November 2008, [[pengadilan Tehran]] menyetujui tuntutan Ameneh untuk membutakan kedua mata Majid. Meski tampak menggembirakan bagi Ameneh, keputusan ini menimbulkan kecaman internasional karena hukuman tersebut dianggap tidak manusiawi. Akibatnya, pelaksanaan hukuman pun ditunda hingga Juli 2011.<ref name=":2" />
Begitu waktunya tiba, Ameneh beserta keluarganya berkunjung ke rumah sakit tempat Majid berada untuk membutakan mata Majid. Namun bukannya kata maaf atau penyesalan yang diucapkan, setibanya di sana, Ameneh malah dimaki-maki oleh Majid. Majid merasa terkejut karena petugas rumah sakit telah mempersiapkannya untuk dibius di atas tempat tidur.<ref name=":2" />
Lantaran kehilangan penglihatan, Ameneh tidak bisa meneteskan air keras kepada Majid seorang diri. Oleh karena itu ia meminta bantuan dari adik laki-lakinya untuk melakukan ''qisas'' dan adiknya pun setuju. Ketika seorang petugas menghitung mundur detik-detik terakhir sebelum berlangsungnya ''qisas'' secara mundur'','' tiba-tiba Ameneh berubah pikiran. Ia memaafkan Majid karena merasa tak sanggup membalas perbuatannya. Majid pun terkejut. Seketika ia berlutut di kaki Ameneh namun Ameneh mengatakan kepadanya untuk pergi dan jangan memanggil namanya lagi seumur hidup.<ref name=":3" /><ref name=":2" />
Amaneh menyatakan bahwa ada dua orang yang pernah menolongnya yang menjadi alasan kenapa ia mengubah pikirannya. Mereka adalah seorang dokter di sebuah klinik di Spanyol dan Amir Sabouri, seorang pria Iran yang membantunya dalam mendapatkan perhatian medis. Sabouri bahkan sempat mengatakan kepada Ameneh agar ia memaafkan Majid untuk membuktikan kepada dunia bahwa orang-orang Iran itu baik dan punya sikap saling memaafkan.<ref name=":4" />
Keputusan Ameneh dalam memaafkan Majid disambut dengan hangat oleh masyarakat Iran. Dalam waktu beberapa bulan kemudian, sebuah patung yang menyerupai dirinya dipajang di sebuah pameran di Tehran. Kendati Majid tidak jadi dibutakan, bukan berarti Majid bebas dari hukuman. Sebagai gantinya, Majid dihukum dipenjara dan keluarganya wajib uang kompensasi untuk menjalani perawatan. Namun saat Ayatollah Ali Khamenei berkuasa sebagai presiden, harapan tidak sesuai kenyataan. Pada 2014 Majid justru dibebaskan dari penjara dan kompensasi yang mesti dibayarkan seolah terlupakan. Pada titik itu, Amaneh merasa telah dikhianati.<ref name=":2" />
== Referensi ==
<references />
[[Kategori:Korban kekerasan di Iran]]
[[Kategori:Kekerasan di Iran]]
[[Kategori:Korban serangan cairan asam]]
[[Kategori:Orang tuna netra]]
[[Kategori:Hak Asasi Manusia]]
|