Suku Sahu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
k Perbarui referensi situs berita Indonesia |
||
(17 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox ethnic group
|group = Suku Sahu
|image =
|image_caption =
|poptime = '''
|popplace = [[Maluku Utara]] ([[Kabupaten Halmahera Barat]]){{br}}
|langs = [[Bahasa Sahu]] dan [[bahasa Indonesia]]
|rels = [[Kristen]] 65%, [[Islam]] 35%<ref name=
|related = [[Suku Tobelo]], [[Suku Tidore]]
}}
'''Suku Sahu''' adalah suku asli pulau halmahera [[Indonesia]] yang kebanyakan bermukim wilayah kota Jailolo, kecamatan Sahu dan kecamatan Sahu Timur, [[Kabupaten Halmahera Barat]], provinsi [[Maluku Utara]]. Wilayah sahu awal nya bernama Ji'o japung malamo(daerah cekungan besar).
Suku Sahu memiliki struktur masyarakat yang terdiri
dari struktur masyarakat pada masa kesultanan dan pada masa kini. Struktur masyarakat pada masa
kesultanan Ternate yaitu: Walasae: Marga pimpinan; hanya dari rumpun Walasae yang menjadi pimpinan
dalam masyarakat suku Sahu. Kapita: Sebagai panglima perang. Walangatom: Marga prajurit. Jou/Olan
ma bala: Pegawai kesultanan; tugasnya mengumpulkan upeti. Jou guru / Gomater: Bertugas dalam
bidang keagamaan (pemimpin ritual). Khalifa: Pendamping Gomater; tugasnya mempersiapkan berbagai
perlengkapan dalam setiap upacara di bidang keagamaan. Ngoarepe: Masyarakat.
Sedangkan struktur masyarakat Suku Sahu saat ini yaitu: Fomanyira: Pemimpin Gam (desa) atau
pemimpin masyarakat. Gam Makale: Merupakan institusi masyarakat yang anggotanya terdiri dari
Walasae dan Walangatom; tugasnya adalah mengatur dan menegakkan hukum-hukum adat. Babamasohi:
Tua-tua kampung; Mereka mendampingi dan memberikan legitimasi kepada Gam Makale dalam
mengatur dan menegakkan hukum adat. Ngoarepe: Masyarakat.
Konon menurut cerita warga Sahu, nama Sahu diberikan oleh [[Kesultanan Ternate]]. Nama itu diberikan karena pada saat itu seorang utusan dari sahu sangaji, orang yang memimpin daerah sahu dlm bidang pemerintahan kesultanan saat itu/kepala camat untuk saat ini menemui sang Sultan tepat diwaktu Sahur,sultan pun berkata dalam bahasa ternate " hara kane si jou sahur, jadi kane suku ngana si golo ngana jiko sahu" sehingga Sultan memanggil mereka sebagai Orang Sahu.<ref name=SAHU1>{{Cite news|url=https://www.m.kumparan.com/amp/@kumparantravel/berkenalan-dengan-suku-sahu-penduduk-asli-jailolo-di-halmahera-barat|title=Berkenalan Dengan Suku Sahu, Penduduk Asli Jailolo di Halmahera Barat|last=|first=|work=[[Kumparan (situs web)|Kumparan]]|accessdate=8 April 2019}}{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
== Kebudayaan ==
Baris 15 ⟶ 29:
Rumah adat menjadi bangunan utama dalam sebuah suku. Rumah adat suku Sahu disebut '''Sasadu'''. Rumah adat yang cukup sederhana ini menjadi simbol kebersamaan antar sesama suku Sahu. Pembuatannya yang tidak menggunakan paku, didalamnya terkandung makna dimana suku Sahu sangat menghargai kaum perempuan.<ref name=SASADU>{{cite web|url=https://www.situsbudaya.id/amp/rumah-adat-sasadu-maluku-utara/|title=Rumah Adat Sasadu Maluku Utara|last=|first=|website=www.situsbudaya.id|accessdate=8 April 2019}}</ref> Di dalam ruangan rumah Sasadu terdapat dua buah meja, satu untuk kaum perempuan diposisi paling depan, sedangkan satu lagi untuk kaum laki-laki diposisi paling belakang. Posisi meja kaum perempuan paling depan sebagai makna bahwa kaum perempuan lebih diutamakan dan kaum pria siap untuk selalu melindungi dari belakang.<ref name=SASADU/>
Didalam rumah Sasadu ini diadakan berbagai kegiatan adat. Salah satunya acara '''
=== Pemasangan Bumbungan Sasadu ===
Banyak budaya di Indonesia yang menjadikan Indonesia salah satu negara yang kaya akan keberagaman adat budaya yang tidak dimiliki negara lain. Salah satu diantaranya ialah '''Pemasangan Bumbungan Sasadu''' dalam suku Sahu. Kegiatan ini sesuatu yang sakral karena sangat jarang dilakukan sehingga dalam pelaksanaannya sangat dihargai oleh warga suku Sahu. Ini merupakan pemasangan bumbungan di atap rumah adat suku Sahu yakni di Sasadu, dalam [[bahasa Sahu]] disebut ''Sibere Wanat Sasadu''.<ref name=WANAT>{{
Sedangkan penyangga rumah Sasadu terbuat dari kayu Gofasa. Kayu ini cukup kuat dan tahan lama, dan diambil dari pedalaman pulau [[Halmahera]] sehingga untuk rumah Sasadu yang terlihat sangat sederhana namun harganya bisa mencapai Rp 150 juta. Rumah Sasadu tidak memiliki pintu dan jendela,
Pada kesempatan langka, pada tahun 1 Mei 2018 lalu, dilakukan peresmian rumah adat Sasadu di desa Akelamo, [[Jailolo, Halmahera Barat|kecamatan Jailolo]], [[Kabupaten Halmahera Barat]] bertepatan diadakannya [[Festival Teluk Jailolo]] 2018. Peresmian ini memikat warga Sahu dan warga sekitar.<ref name=SASADU1/>
Baris 26 ⟶ 40:
Untuk memulai acara ini, salah seorang tokoh adat akan memimpin dalam doa, supaya acara dapat berjalan dengan baik.<ref name=WANAT/> Selanjutnya, bumbungan atap Sasadu siap untuk dinaikan dan di atas beberapa orang pria terpilih bersiap untuk menarik dan menaikkan bumbungan atau wanat tersebut.<ref name=WANAT/>
Petugas penarik wanat menggunakan tali dan menarik wanat dengan mengikuti rel buatan yang terdiri dari dua batang pohon bambu supaya wanat mudah ditarik. Selama Prosesi pengangkatan hingga terpasangnya wanat, akan diiringi oleh lantunan gong dan musik Tifa yang berlangsung sekitar 30 menit. Momen sakral acara ini ditandai dengan terpasangnya Wanat
== Kepercayaan ==
Baris 37 ⟶ 51:
== Pekerjaan ==
Kebanyakan warga suku Sahu bekerja sebagai petani, khususnya bertani sawah. Hal ini dibuktikan adanya acara adat suku Sahu yakni "''
== Referensi ==
Baris 45 ⟶ 59:
[[Kategori:Kabupaten Halmahera Barat]]
[[Kategori:Suku bangsa di Maluku Utara|Sahu]]
|