Candi Kedulan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kembangraps (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Bot5958 (bicara | kontrib)
k Perbarui referensi situs berita Indonesia
 
(30 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Historic building
|image=2019 Kedulan panorama Pj DSC 6162min.jpg
|caption=Pemandangan Candi Kedulan
|name= Candi Kedulan<br>{{nobold|ꦕꦤ꧀ꦝꦶꦏꦺꦝꦸꦭꦤ꧀}}
|map_type=Jawa
|map_size=258
|latitude=-7.742774
|longitude=110.469772
|location_town=[[Tirtomartani, Kalasan, Sleman|Desa Tirtomartani]], [[Kalasan, Sleman|Kecamatan Kalasan]], [[Kabupaten Sleman]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta]]
|location_country={{flag|Indonesia}}
|architect=
|client= [[Kerajaan Mataram Kuno]]
|engineer=
|construction_start_date=
|completion_date= kira-kira abad ke-8 atau ke-9
|date_demolished=
|cost=
|structural_system=
|style=[[candi]]
|size=
}}
 
[[Berkas:Candi Kedulan.JPG|jmpl|250px|Candi Kedulan yang masih dalam perbaikan.]]
 
'''Candi Kedulan''' ({{lang-jv|ꦕꦤ꧀ꦝꦶꦏꦺꦝꦸꦭꦤ꧀|Candhi Kédhulan}}) adalah situs purbakala bercorak agama [[Hindu]] yang terletak di Dusun Kedulan, Kelurahan [[Tirtomartani, Kalasan, Sleman|Dusun Kedulan, Desa Tirtomartani]], Kecamatan [[Kalasan, Sleman|Kecamatan Kalasan]], [[Kabupaten Sleman]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta]]. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-8 dan ke-9 pada saat zaman [[Kerajaan Mataram Kuno]]. Seperti halnya dengan [[Candi Sambisari]] yang berjarak tidak jauh, candi ini ditemukan terletak tiga sampai tujuh meter di bawah permukaan tanah; kemungkinan besar karena tertimbun [[lahar]] [[gunung Merapi]] yang diduga kuat meletus secara besar-besaran pada awal abad ke-11 (kira-kira tahun [[1006]]). Karena jenis tanah yang berada di sekitar candi terdiri dari 13 lapisan yang berbeda, maka kemungkinan besar bahwa candi ini tertimbun lahar dalam beberapa kali letusan (13 kali).
 
== Penemuan ==
Pada tahun 2003 di lokasi penggalian tersebut ditemukan dua buah [[prasasti]] yang ditulis dalam [[Aksara Kawi|aksara Jawa kuna]] dan [[Bahasa Jawa Kuno|bahasa Jawa kuna]]. Isi tulisan mengenai pembebasan pajak tanah di "Desa Pananggaran" dan "Desa Parhyangan" untuk pembuatan [[bendungan]] dan [[irigasi]] serta pendirian bangunan suci bernama "Tigaharyyan" oleh penguasa [[Kerajaan Medang|Kerajaan Mataram Kuno]]. Pada tahun 2015 ditemukan kembali satu buah prasasti yang ditulis dengan aksara Jawa Kuna dan bahasa Jawa Kuna yang berangka tahun 900 Masehi. isinya tentang perbaikan bendungan dan tanah perdikan bagi bangunan suci "Tiga Ron".
Seperti halnya dengan [[Candi Sambisari]] yang berjarak tidak jauh, candi ini ditemukan terletak tiga sampai tujuh meter di bawah permukaan tanah; kemungkinan besar karena tertimbun [[lahar]] [[gunung Merapi]] yang diduga kuat meletus secara besar-besaran pada awal abad ke-11 (kira-kira tahun [[1006]]). Karena jenis tanah yang berada di sekitar candi terdiri dari 13 lapisan yang berbeda, maka kemungkinan besar bahwa candi ini tertimbun lahar dalam beberapa kali letusan (13 kali).
 
Bagian bangunan induk Candi Kedulan ditemukan pada tanggal 24 November 1993 secara tidak sengaja oleh penambang pasir di lahan gersang yang merupakan [[tanah bengkok]] di Desa Tirtomartani.<ref>{{Cite web|last=Sularso|first=Priyo|date=2014|title=Candi Kedulan|url=https://candi.perpusnas.go.id/temples/deskripsi-yogyakarta-candi_kedulan_34|website=Kepustakaan Candi. Perpusnas RI|access-date=10 September 2020}}</ref><ref>{{Cite web|last=Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY|first=|date=31 Juli 2020|title=Candi Kedulan|url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/candi-kedulan/|website=Indonesiana. Platform Kebudayaan|access-date=10 September 2020}}</ref> Setelah dilakukan pemeriksaan oleh pihak [[Balai Pelestarian Cagar Budaya|SPSP]] Prambanan (sekarang BPCB DIY) diketahui bahwa 85% batuan candi asli masih dapat ditemukan meskipun dalam kondisi berserakan. Hal ini mendorong pihak berwenang untuk segera melakukan pemugaran (restorasi).
Arsitektur dari candi ini terlihat mirip seperti gaya Candi Sambisari dan [[Candi Ijo]]. Candi yang mempunyai hiasan berupa relief mulut [[kala]] (raksasa) dengan taring bawah ini pertama kali ditemukan di tengah [[sawah]] pada tahun 1993 oleh para pencari pasir yang mengeduk pasir untuk bahan bangunan. Serupa dengan candi Sambisari, candi utama menghadap ke timur, dengan tiga candi perwara (pengawal) di hadapannya. Pintu masuk berada di sisi timur. Di dalam bangunan candi terdapat [[yoni]] dan [[Lingga (arca)|lingga]] yang masih utuh. Dinding sisi selatan, barat, dan utara masing-masing dihiasi dengan patung figur Dewi [[Tara (Hindu)|Tara]], Dewa [[Ganesa|Ganesha]], dan Rsi [[Agastya]], berturut-turut.
 
== Restorasi ==
Pada tahun 2003 di lokasi penggalian ditemukan dua [[prasasti]] yang ditulis dalam [[Aksara Kawi|aksara Jawa kuna]] dan [[Bahasa Jawa Kuno|bahasa Jawa kuna]], yang masing-masing kemudian dinamakan [[prasasti Pananggaran]] dan [[prasasti Sumundul]].<ref name=":0">{{Cite web|last=Bernadetta|first=|date=|title=Parahyangan i Tigaharyyan – Tlo Ron, Negeri Tiga Daun Hidup Lagi|url=https://kekunoan.com/parahyangan-i-tigaharyyan-tlo-ron-negeri-tiga-daun-hidup-lagi/|website=kekunoan.com|access-date=10 September 2020}}</ref> Keduanya bertanggal 15 Agustus 868. Isi tulisan keduanya mengenai pembebasan pajak tanah di "Desa Pananggaran" dan "Desa Parhyangan" untuk pembuatan [[bendungan]] dan [[irigasi]] serta pendirian bangunan suci bernama "Tigaharyyan" oleh penguasa [[Kerajaan Medang|Kerajaan Mataram Kuno]]. Pada tahun 2015 ditemukan kembali satu buah prasasti yang ditulis dengan aksara Jawa Kuno dan bahasa Jawa Kuno yang berangka tahun 900 Masehi. Prasasti yang bertanggal 30 Maret 900 ini kemudian dinamakan [[Prasasti Tiga Ron|prasasti Tlu Ron]] ("Tiga Daun").<ref name=":0" /> Isinya tentang perbaikan bendungan dan tanah perdikan bagi bangunan suci "Tiga Ron". Dari sini, dapat diduga bahwa nama bangunan ini pada masanya adalah ''Parhyanan i Tigaharyyan'' ("tempat suci di Tigadaun", menurut prasasti Pananggaran) atau ''Parahyanan Haji i Tlu Ron'' ("tempat suci kerajaan di Tigadaun", menurut prasasti Tlu Ron).<ref>{{Cite news|title=Misteri Prasasti ke-3 Candi Kedulan Akhirnya Terkuak|url=https://jogja.tribunnews.com/2018/03/06/misteri-prasasti-ke-3-candi-kedulan-akhirnya-terkuak|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id|access-date=2021-01-15|last=Sumargo|first=Setya Krisna}}</ref><ref>{{Cite web|last=Yogyakarta|first=Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi D. I.|date=2019-03-08|title=Menguak Jati Diri Candi Kedulan yang Sebenarnya|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/menguak-jati-diri-candi-kedulan/|website=Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta|language=en-US|access-date=2021-01-15}}</ref>
 
Pemugaran candi utama diselesaikan tanggal 1 November 2019 dengan memakan anggaran sekitar 1,5 milyar rupiah dan ditandai dengan peletakan kemuncak candi oleh Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI [[Hilmar Farid]], Bupati Sleman [[Sri Purnomo]], dengan disaksikan oleh Kepala BPCB DIY, Ari Setyastuti.<ref>{{Cite news|last=Hapsari|first=Amelia|date=2 November 2018|title=Pemugaran Candi Induk Kedulan Selesai - Suara Merdeka|url=https://www.suaramerdeka.com/news/baca/141145/pemugaran-candi-induk-kedulan-selesai|work=[[Suara Merdeka|Suara Merdeka Online]]|access-date=10 September 2020|language=id}}</ref> Pemugaran candi perwara dilakukan pada tahun 2020.
 
== Arsitektur Candi ==
Arsitektur dari candi ini terlihat mirip seperti gaya Candi Sambisari dan [[Candi Ijo]]. Candi yang mempunyai hiasan berupa relief mulut [[kala]] (raksasa) dengan taring bawah ini pertama kali ditemukan di tengah [[sawah]] pada tahun 1993 oleh para pencari pasir yang mengeduk pasir untuk bahan bangunan. SerupaBerkebalikan dengan candi Sambisari, candi utama menghadap ke timur (tangga masuk pada sisi timur), dengan tiga candi perwara (pengawal) di hadapannya. Pintu masuk berada di sisi timur. Di dalam bangunan candi terdapat [[yoni]] dan [[Lingga (arca)|lingga]] berukuran cukup besar yang masih utuh. Dinding sisi selatan, barat, dan utara masingberturut-masingturut dihiasimemiliki denganrelung patungyang figurditempati Dewiarca Rsi [[Tara (Hindu)|TaraAgastya]], Dewa [[Ganesa|Ganesha]], dan RsiBatari [[AgastyaDurga]], berturut-turut.
 
Dalam kaitan dengan rencana pembuatan jalan bebas hambatan ([[Jalan Tol Yogyakarta–Solo|Jalan Tol Yogya-Solo]]), sempat muncul kekhawatiran bahwa trase (''jalur'') lebuh raya tersebut akan berdampak pada kompleks candi.<ref>{{Cite news|last=Gunadha|first=Reza|date=24 Agustus 2019|title=5 Situs Sejarah Terancam Tol Jogja - Solo, Salah Satunya Candi Kedulan|url=https://jogja.suara.com/read/2019/08/24/134524/5-situs-sejarah-terancam-tol-jogja-solo-salah-satunya-candi-kedulan?page=all|work=Suara.com|access-date=10 September 2020|language=id}}</ref>
 
{{wide image|2019 Kedulan panorama Pj DSC 6162min.jpg|800px|Panorama Candi Kedulan, diambil dari sudut barat laut (keadaan Februari 2019).}}
 
== Lihat pula ==
* [[Candi]]
{{coord|-7.742774|110.469772|display=title}}
 
==Rujukan==
{{reflist}}
 
{{commonscat|Candi Kedulan}}
 
{{Topik Yogyakarta}}
{{Candi Hindu Indonesia}}
{{candi-stub}}
 
[[Kategori:Candi Hindu|Kedulan]]
[[Kategori:Candi di Daerah Istimewa Yogyakarta|Kedulan]]
[[Kategori:Kalasan, Sleman]]