Abdul Manaf Mukhayyar: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (- jaman + zaman) |
k →Membangun Gedung Madrasah Di Ulujami: Typo fixing, replaced: disana → di sana |
||
(15 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{rapikan}}
{{Infobox_Person
| name = KH Abdul Manaf Mukhayyar
| birth_date = [[29 Juni]] [[1922]]
| birth_place = [[Jakarta]]
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| weight =
}}
'''K.H. Abdul Manaf Mukhayyar''' ({{lahirmati|[[Jakarta]]|29|6|1922|[[Jakarta]]|21|9|2005}})adalah wakif yaitu orang yang telah
Baris 32 ⟶ 33:
Di awal tahun 2011 Yayasan [[Darunnajah]] sudah memiliki 14 Pesantren di
seluruh Indonesia dengan ribuan santri yang menuntut ilmu agama Islam
di dalamnya.
K.H.
pada Kamis 29 Juni 1922 dari pasangan Haji Mukhayyar dan Hj. Hamidah,
Ia adalah anak ke-4 dari 11 bersaudara.
Baris 42 ⟶ 43:
Membayangkan [[Jakarta]] tahun 1900-an tentu sangat berbeda dengan saat
ini. Tidak ada Monas, jembatan Semanggi, gedung-gedung bertingkat
apalagi mal dan kemacetan. Jakarta saat itu adalah
Belanda yang luasnya tak sampai separuh dari wilayah kota saat ini.
Sebagai
fasilitas umum. Kereta api, mobil angkutan, sekolah, pasar, tangsi
tentara dan kantor-kantor perwakilan dagang. Pusat kota ada di
Baris 92 ⟶ 93:
tembakau. Uang hasil penjualannya, dipercayakan kepada anak-anaknya
untuk digunakan. H. Mukhayyar juga menceritakan kepada anak-anaknya
pengalaman
Hal itu sebagai bentuk contoh dan semangat yang diberikan H. Mukhayyar
agar anak-anaknya tak malu bekerja kasar sekalipun asalkan halal.
Baris 103 ⟶ 104:
membiayai pendidikannya sejak kecil.
Setamat dari Vervolegschool, Abdul Manaf meminta izin kepada orang
Baris 178 ⟶ 179:
di Jamiatul Khair yang selalu diingatnya. Pesan itu antara lain agar
Abdul Manaf menjadi orang jujur, tidak mengesampingkan pendidikan,
selalu salat
saat masih duduk di bangku Jamiatul Khair, Abdul Manaf pernah menulis
kata-kata dalam bahasa Arab pada salah satu kitab dengan bunyi idza
Baris 185 ⟶ 186:
yang tidak mampu.
Sebelum Madrasah Islamiyah didirikan, Abdul Manaf sebenarnya sudah
Baris 245 ⟶ 246:
membeli tanah di Petunduhan. ”Saya ingat sekali cincin berliannya
saya ambil, saya minta dengan ikhlas, diserahkan, saya jual, saya beli
itu tanah.” Begitu penuturan
Bersama beberapa pemuka-pemuka masyarakat setempat, Abdul Manaf
membangun madrasah dengan ukuran 11 x 25 meter. Kondisinya lebih baik
tua. Madrasah Islamiyah di Petunduhan ini berlantai ubin, menggunakan
atap genteng, dan dindingnya memakai tembok.
Baris 276 ⟶ 277:
bertindak sebagai bendahara dan Kamaruzzaman sebagai sekretarisnya.
Majalah Pesan pada tahun 1989, memuat profil Abdul Manaf dalam salah
Baris 284 ⟶ 285:
Lama dan Palmerah.
Semasa mengasuh Madrasah Islamiyah di Petunduhan Palmerah, Abdul Manaf
Baris 300 ⟶ 301:
selama 35 tahun.
Bakat dagang Abdul Manaf tidak bisa
usaha ayahnya H. Mukhayyar. Sejak muda, H. Mukhayyar sudah dikenal
sebagai orang kaya di kampungnya. H. Mukhayyar sebenarnya berprofesi
Baris 320 ⟶ 321:
Selain dari bertani, H. Mukhayyar juga berdagang sapi. Usahanya maju.
Bahkan sapi-sapinya sampai dikirim ke Pakistan.
selama 7 tahun dari tahun 1936.
Baris 329 ⟶ 330:
sekolahnya di Jamiat Khair.
Perusahaan Bangunan (PB) Makmur bermula dari sebuah kios kecil.
Tanahnya dari lahan hutan yang kemudian dijadikan pangkalan andong
(delman). Letatnya strategis karena
PB Makmur dibangun oleh Abdul Manaf dari nol. Dia sendiri yang
merintis, memasang telepon hingga menjadi besar setelah mendapat
Baris 346 ⟶ 347:
sen.
usaha PB Makmur makin besar. Terbukti dari keuntungan berjualan bambu
saja, Abdul Manaf bisa membeli tanah di Sukabumi Ilir. Belakangan
terlihat Abdul Manaf memang memiliki bakat mengelola perusahaan. Ia
bisa membesarkan usahanya dan menambah
papan, pasir, batu kali, hingga akhirnya semen. PB Makmur juga membuka
pabrik bis beton dan ubin. Letaknya yang strategis karena dekat dengan
Baris 378 ⟶ 379:
dan menjual bahan material lainnya.
Di tengah kesibukannya menjalankan bisnis, Abdul Manaf tak melepas
Baris 416 ⟶ 417:
ditanami pohon jinjing.
Madrasah Islamiyah di Petunduhan, Palmerah, pada tahun 1960 dibongkar
Baris 431 ⟶ 432:
Dengan harga Rp 5 per meter persegi, uang ganti rugi tersebut tidak
mencukupi untuk membeli tanah seluas 5 hektare seperti yang
Pesantren Darunnajah saat ini. Uang Rp 90.000 tersebut hanya cukup
untuk membeli tanah kurang dari separuh yang diinginkan. Kekurangannya
kemudian ditutupi dari uang PB Makmur dan sumbangan berbagai pihak.
Sesudah membeli tanah di Ulujami, Abdul Manaf mendirikan Yayasan
Baris 468 ⟶ 469:
Pendidikan Darunnajah.
Seiring berjalannya waktu, Abdul Manaf makin mantap untuk memilih
Baris 476 ⟶ 477:
Arfan. Setelah membeli tanah di Ulujami, mantan gurunya itu ditemui.
”Apa tujuan ente membuat sekolah
Arfan. ”Saya membuat madrasah itu dengan tujuan untuk madrasah
Islamiyah ke pendidikan agama Islam, bukan untuk umum, tidak.
Baris 495 ⟶ 496:
Sekembalinya dari Mekkah pada tahun 1962, Abdul Manaf membangun sebuah
madrasah di
30x11 meter dan terdiri dari 4 lokal. Bangunan itu semi permanen,
berdinding batu dan berlantai ubin. Ternyata walaupun sudah berdiri,
Baris 525 ⟶ 526:
Sebetulnya usaha mendatangkan santri ke Ulujami sudah dicoba pada
tahun 1963-1965. Antara tahun 1963-1964, ada 9 santri mukim di
Petukangan.
murid SMP dari luar Darunnajah setiap sore hingga malam hari dibawa ke
Ulujami untuk belajar mengaji. Dibanding jumlah murid di Petukangan
Baris 553 ⟶ 554:
menjabat sebagai ketua umum YKMI.
== Pranala
* {{id}} http://darunnajah-cipining.com/biografi-pendiri-pondok-pesantren-darunnajah-k-h-abdul-manaf-mukhayyar/{{Pranala mati|date=Januari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* {{id}} http://darunnajah3.com/sekilas-perjuangan-kh-abdul-manaf-mukhayyar-pendiri-pesantren-darunnajah/{{Pranala mati|date=Januari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
[[Kategori:Tokoh Jakarta]]
[[Kategori:Kelahiran 1922]]
[[Kategori:Kematian 2005]]
|