Sorga Ka Toedjoe: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
What a joke (bicara | kontrib) |
k →Perilisan dan tanggapan: clean up |
||
(44 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox film
|
|
|
|
|
|
|
|narrator =
}}▼
|
▲| screenplay =
▲| narrator =
*[[Roekiah]]
*[[Djoemala]]
Baris 19 ⟶ 16:
*[[Kartolo]]
}}
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
}}
'''''Sorga Ka Toedjoe'''''{{efn|Dalam sejumlah sumber, baik itu kontemporer dan modern, menggunakan berbagai
== Alur ==▼
Rasminah ([[Roekiah]]) tinggal dengan bibinya yang tuna netra bernama Hadidjah ([[Annie Landouw]]) di [[Puncak]], sebuah desa yang berada di tenggara [[Bogor|Buitenzorg]] (sekarang Bogor). Hadidjah telah berpisah dari suaminya, Kasimin, selama beberapa tahun, sejak dia dituduh telah ber[[zina]] olehnya. Meskipun ia segera menyesali insiden itu, sudah terlambat; mayat menyerupai Kasimin ditemukan mengambang di sungai, dan Hadidjah ditabrak oleh sebuah mobil, yang membuat dirinya buta, ketika ia buru-buru ingin melihat jenazah tersebut. Sekarang dia menyanyikan lagu ''[[kroncong]]'' "Sorga Ka Toedjoe", yang dinyatakan Kasimin sebagai simbol cintanya, pada pukul 5 sore setiap hari. Tanpa diketahui Hadidjah, Kasimin ([[Kartolo]]) masih hidup dan sehat; ia juga menyanyikan "Sorga Ka Toedjoe" setiap hari pada waktu yang sama.
Setelah bertemu dengan orang kaya dan dibenci masyarakat bernama Parta, yang berniat untuk membawanya sebagai [[poligami|istri keduanya]], Rasminah pergi ke kota terdekat dari Batavia (sekarang [[Jakarta]]) untuk mencari pekerjaan. Beberapa hari kemudian, setelah menemukan pekerjaan, ia kembali ke Puncak untuk mengambil Hadidjah dan membawanya ke Batavia. Namun, Parta dan pengikutnya Doel mengejar-ngejarnya. Ketika kereta Rasminah yang terjebak dalam liang, kedua mulai mengejarnya. Rasminah berjalan ke hutan, dan setelah beberapa berjumpa dengan sejumlah orang, ia menemukan tempat berlindung di sebuah rumah kecil. Di sana ia beristirahat pada malam hari, tanpa melihat pemiliknya.
▲==Alur==
Keesokan paginya, Rasminah terbangun oleh suara gitar yang dimainkan oleh pemilik rumah itu, Hoesin ([[Djoemala]]). Takut bahwa ia bekerja sama dengan Parta, ia menyelinap ke luar, hanya untuk berhadapan dengan Parta dan Doel. Mundur, dia dikejar oleh keduanya. Hoesin campur tangan, dan setelah pertarungan sengit, mengalahkan dua dan mengusir mereka pergi. Dia kemudian meyakinkan Rasminah dan mengantarkan ke rumahnya.
==Produksi==▼
[[File:Sorga ka Toedjoe film still 04.JPG|thumb|alt=Dua wanita looking forward|[[Roekiah]] (kiri) dan [[Annie Landouw]] dalam cuplikan dari film tersebut]]▼
Selama hari-hari berikutnya Hoesin berulang kali mengunjungi Rasminah, dan perlahan-lahan keduanya mulai jatuh cinta. Hoesin ikut Rasminah mengunjungi bibinya di Batavia untuk tinggal bersamanya. Mereka mulai membahas masa depan mereka bersama-sama, tapi Rasminah menegaskan bahwa dia hanya akan menikah jika bibinya kembali dengan Kasimin. Setelah pencarian panjang, ketika ia hampir putus harapan, Hoesin menemukan Kasimin di sebuah perkebunan kecil di perbukitan di luar kota - suami lama Hadidjah yang hilang yang sebelumnya mengolah kebunnya sendiri, tetapi kemudian digusur oleh pemilik licik dan serakah sehari sebelumnya. Akhirnya Kasimin dan Hadidjah bertemu kembali, memungkinkan Hoesin dan Rasminah untuk memulai persiapan mereka sendiri.{{efn|Berasal dari versi novel karya L., yang diterbitkan oleh Kolff-Buning.}}
▲== Produksi ==
▲[[
''Sorga Ka Toedjoe'' disutradarai oleh [[Wong bersaudara|Joshua dan Othniel Wong]] bersaudara dari [[Tan's Film]], sebuah perusahaan yang dimiliki oleh dua bersaudara ber[[Tionghoa-Indonesia|etnis Tionghoa]] bernama Khoen Yauw dan Khoen Hian.{{sfn|Filmindonesia.or.id, Sorga Ka Toedjoe}} Tan bersaudara, yang memproduksi sejumlah film, telah aktif dalam industri sejak ''[[Njai Dasima (film 1929)|Njai Dasima]]'' pada tahun 1929.{{sfn|Biran|2009|p=174}} Wong bekerja dengan Tan sejak 1938, ketika mereka menyutradarai film hit ''[[Fatima (film 1938)|Fatima]]'', membantu pembangunan ulang perusahaan tersebut setelah perusahaan tersebut belum menyelesaikannya pada tahun 1932.{{sfn|Biran|2009|pp=98, 174}} ''Sorga Ka Toedjoe'' direkam menggunakan [[hitam putih]], dengan beberapa latar film di Telaga Warna, dekat Buitenzorg.<ref>{{harvnb|Filmindonesia.or.id, Sorga Ka Toedjoe}}; {{harvnb|De Indische Courant 1940, Sampoerna}}</ref>
Film tersebut dibintangi oleh Roekiah, Rd Djoemala, Kartolo, dan Annie Landouw dan menampilkan Titing, Ismail, dan Ramli.{{sfn|Filmindonesia.or.id, Sorga Ka Toedjoe}} Dalam syuting film, Roekiah selalu dipasangkan dengan [[Rd. Mochtar]] – meskipun pada akhirnya ia menikah dengan Kartolo – sejak berperan dalam film ''Terang Boelan''. Pada tahun 1938, ketiganya bekerja dengan Tan, di mana mereka berakting bersama dalam tiga film sejak berperan dalam film ''Fatima''. Namun, setelah sengketa upah pada film ''[[Siti Akbari]]'' (1940), Mochtar keluar dari perusahaan tersebut. Sebagai penggantinya, Tan menunjuk penjahit Djoemala sebagai lawan main Roekiah.{{sfn|Biran|2009|pp=175, 241}} ''Sorga Ka Toedjoe'' adalah film pertama mereka.{{sfn|Filmindonesia.or.id, Sorga Ka Toedjoe}}
Kartolo menangani musik film tersebut, dan kebanyakan pemeran telah berpengalaman menyanyikan ''kroncong'' (musik tradisional dengan pengaruh [[Bangsa Portugis di Indonesia|Portugis]]).{{sfn|Soerabaijasch Handelsblad 1940, Sampoerna}} Sebelum membuat film pilihan mereka debut dalam ''[[Terang Boelan]]'' (''Terang Bulan''; 1937) karya [[Albert Balink]], Roekiah dan Kartolo telah membangun popularitas dengan rombongan musikal panggung Palestina.{{sfn|Filmindonesia.or.id, Roekiah}} Landouw telah menjadi penyanyi ''kroncong'' dengan orkestra [[Lief Java]] buatan Hugo Dumas,{{sfn|Esha|Alhaziri|Fauzi|Donald W.|2005|p=28}} dan Titing juga seorang penyanyi yang mapan.{{sfn|Lontar Foundation|2006|p=iv}}
== Perilisan dan tanggapan ==
''Sorga Ka Toedjoe'' yang tayang perdana di [[Surabaya]] pada 30 Oktober 1940,{{sfn|Soerabaijasch Handelsblad 1940, (
{{Wikisource}}
Film tersebut meraih keberhasilan secara komersial.{{sfn|Biran|2009|p=224}} Tanggapannya yang didapat pun juga positif. ''Soerabaijasch Handelsblad'' memberikan pujian yang tinggi terhadap film tersebut, menyatakan bahwa film tersebut memiliki dialog yang bagus dan musik maupun temanya "dipilih dengan baik, romantis dan tidak berlebihan"{{efn|Asli: "''... goed gekozen, romantisch en niet overdreven."}}.{{sfn|Soerabaijasch Handelsblad 1940, Sampoerna}} Menurut peninjau, ''Sorga Ka Toedjoe'' tampaknya terinspirasi dari film-film Amerika namun tetap menampilkan karakter Hindia Belanda-nya. Peninjau juga berpendapat bahwa Djoemala lebih baik seperti, kurang lebih, ketimbang Mochtar.{{sfn|Soerabaijasch Handelsblad 1940, Sampoerna}} ''[[De Indische Courant]]'' memuji pelatarannya dan menyatakan bahwa film tersebut telah mengkritik para orang kaya pemilik tanah yang menyalahgunakan kekuasaan mereka,{{sfn|De Indische Courant 1940, Sampoerna}} sementara ''[[Singapore Free Press]]'' memuji akting Roekiah.{{sfn|Singapore Free Press 1941, A Malay Film}}
== Warisan ==
[[
Setelah ''Sorga Ka Toedjoe'', Tan's Film membuat empat film lainnya yang terbilang lebih sedikit ketimbang kompetitornya seperti Film Industri Jawa [[The Teng Chun]] dan anak perusahaannya. Tiga
Film tersebut kemungkinan [[film hilang|hilang]]. Film-film di Hindia Belanda direkam menggunakan [[film nitrat]] yang sangat mudah terbakar, dan setelah kebakaran menghancurkan sebagian besar gudang [[Produksi Film Negara]] pada tahun 1952, film lama yang direkam menggunakan nitrat dihancurkan dengan sengaja.{{sfn|Biran|2012|p=291}} Namun, antropolog visual Amerika [[Karl G. Heider]] berpendapat bahwa seluruh film Indonesia yang berasal dari masa sebelum 1950 telah hilang.{{sfn|Heider|1991|p=14}} Meskipun demikian, Kristanto
== Catatan penjelas ==
Baris 73 ⟶ 77:
|ref={{sfnRef|Singapore Free Press 1941, A Malay Film}}
|accessdate=11 Juni 1941
|archive-date=2013-12-30
}}▼
|archive-url=https://web.archive.org/web/20131230234521/http://newspapers.nl.sg/Digitised/Article/singfreepressb19410310-1.2.73.aspx
|dead-url=yes
▲ }}
* {{cite web
| title = Annie Landouw
Baris 82 ⟶ 89:
| location = Jakarta
| accessdate = 11 Juni 2013
| archiveurl =
| archivedate =
| ref = {{sfnRef|Filmindonesia.or.id, Annie Landouw}}
| dead-url = no
}}
* {{cite book
}}
* {{cite book
}}
* {{cite book
}}
* {{cite web
Baris 135 ⟶ 143:
|publisher=Yayasan Konfidan
|accessdate=13 Agustus 2012
|archivedate=
|archiveurl=
|ref={{sfnRef|Filmindonesia.or.id, Roekiah}}
|dead-url=no
▲ }}
* {{Cite book
}} (book
* {{cite book
}}
* {{cite news
}}{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* {{cite news
|archive-date=2013-12-31
|archive-url=https://web.archive.org/web/20131231000045/http://kranten.kb.nl/view/article/id/ddd%3A011122214%3Ampeg21%3Ap006%3Aa0139
|dead-url=yes
}}
* {{cite web
Baris 193 ⟶ 205:
| location = Jakarta
| accessdate = 25 Juli 2012
| archiveurl =
| archivedate =
| ref = {{sfnRef|Filmindonesia.or.id, Sorga Ka Toedjoe}}
| dead-url = no
}}
* {{cite news
}}{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
{{refend}}
Baris 214 ⟶ 227:
{{Commons category|Sorga ka Toedjoe|Sorga Ka Toedjoe}}
* {{IMDb title|1852102|Sorga Ka Toedjoe}}
{{artikel pilihan}}
[[Kategori:Film hitam putih]]
[[Kategori:Film
[[Kategori:Film hilang]]
|