'''Herry Lamongan''' atau yang bernama asli '''Djuhaeri''' (lahir di Bondowoso, [[Jawa Timur]] tanggal 8 Mei 1959) adalah salah seorang penulis sastra di Indonesia. Herry Lamongan merupakan anak pertama dari sembilan bersaudara. Ia memulai menulis puisi [[Indonesia]] dan [[Jawa]] pada tahun 1983.
== Riwayat Hidup ==
Herry Lamongan memiliki nama asli Djuhaeri lahir pada tanggal 8 Mei 1959 di [[Kabupaten Bondowoso|Bondowoso]], Jawa Timur. BeliauIa merupakan anak sulung dari pasangan Ismail, seorang POLRI asal Lamongan dan istrinya Sukarsih asal [[Kabupaten Jember|Jember]]. Herry Lamongan memiliki delapan orang adik yakni S. Widodo, Hendrik Ispamudji, W. Astuti, Unang HP, Hariyadi, Hariyanto, Mariono, dan Nurhayati.<ref name=":0">{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/224862919|title=Antologi biografi pengarang sastra Jawa modern|date=2006|publisher=Adiwacana|others=Suwondo, Tirto.|isbn=9799960487|edition=Cet. 1|location=Yogyakarta|oclc=224862919}}</ref>
Pada tahun 1972, ia menyelesaikan pendidikan [[Sekolah dasar|Sekolah Dasar]] (SD) di [[Kabupaten Bondowoso|Bondowoso]]. Lalu melanjutkan pendidikannya di SLTP Lamongan tahun 1975 dan SPG di [[Kabupaten Tuban|Tuban]] pada tahun 1979. Ia diangkat menjadi guru tetap SD di Lamongan. Sedang pada tahiuntahun 2000, ia melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi, namun tidak diketahui ia telah lulus atau tidak. Herry Lamongan menikah dengan Ashabul Maimanah dan dikaruniai tiga orang anak, yakni Radite Erlangga Adiplaguna (1988), Nur Jannati Kallista Putri (1990), dan Sazma Aulia AL-Kautsar (1998).
== KarirKarier ==
KarirKarier menulis Herry dimulai pada tahun 1983 dengan menulis puisi Indonesia dan Jawa pada sebuah media massa cetak. Karya pertama yang ditulis yakni berupa puisi yang kemudian didimuat muat dalandalam koran mingguan Eksponen di [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]]. Ia tidak mengharap imbalan atas pemuatan puisinya tersebut, begitu juga puisi yang di muat pada koran Karya Bakti, [[Kota Denpasar|Denpasar]]. Meskipun pemuatan puisi-puisinya tidak menghasilkan dalam bentuk finansial, ia tak berhenti menulis terutama puisi dan guritan. Bisa dikatan ia tidak begitu produktif, tetapi tetap berkarya hingga kini. Awalnya ia ingin menjadi seorang pelukis, namun cita-cita itu harus kandas karena ia terlalu suntuk menekuni dunia penulisan. Beberapa pengarang yang membangkitakn semangatnya untuk menulis guritan jawa yakni Suripan Sadi Hutomo, Diah Hadaning, Setyo Yuwono Sudikan, dan Jayus Pete. Sedang pengarang Indonesia yang menjadi tokoh inspiratifnya, yakni [[Putu Arya Tirtawirya]], Redi Panuju, [[Isbedy Stiawan ZS|Isbedy Setiawan ZS]], dan Wahyu Prasetya. Dunia tulis-menulis merupakan profesi sampingan karena utamanya adalah sebagai seorang guru. Selain menulis puisi dan guritan, ia juga menulis cerpen, drama, dan esai.<ref name=":0" />
== Karya ==
== Referensi ==
{{reflist}}
[[Kategori:Sastrawan Indonesia]]
{{Bio-stub}}
|