Operasi Sophia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler |
k →Penyelundupan dan perdagangan manusia: clean up |
||
(9 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 4:
| scope = Manajemen krisis militer
| location = Laut [[Laut Tengah|Mediterania]]{{sfnp|EEAS|2018a}}
| image = [[
| caption =
| planned =
Baris 17:
| casualties =
}}
{{Politik Uni Eropa}}
'''Operasi Sophia''' ({{lang-en|Operation Sophia}}) atau secara resmi disebut juga '''Angkatan Laut Uni Eropa Mediterania''' (''{{lang|en|European Union Naval Force Mediterranean''}}, disingkat ''{{lang|en|EUNAVFOR Med}}'' atau ''{{lang|en|ENFM}}'') adalah [[operasi militer]] yang dilancarkan [[Uni Eropa]] (UE) untuk memerangi model bisnis penyelundupan [[pengungsi]] dan jaringan [[perdagangan manusia]], mengembalikan stabilitas dan keamanan di [[Libya]] serta kawasan [[Laut Tengah|Mediterania]] Tengah. Operasi Sophia merupakan operasi Kebijakan Keamanan dan Pertahanan Bersama (''{{lang|en|Common Security and Defence Policy/CSDP}}''),{{
* Laksamana Muda Enrico Credendino dengan ini ditunjuk sebagai Komandan Operasi Uni Eropa ''EUNAVFOR MED'' (Pasal 3).
* Markas Operasi ''EUNAVFOR MED'' akan berlokasi di Roma, Italia (Pasal 4).}} Selama operasi berlangsung telah diamankan 143 tersangka penyelundup maupun pedagang, 545 kapal serta telah membantu menyelamatkan 44.251 jiwa manusia.{{sfnp|Council of the European Union|2018a}}
== Latar
=== Krisis pengungsi Eropa ===
{{Utama|Krisis pengungsi di Eropa}}
Sejak tahun 2011 hingga 2013, arus migrasi masuk dari laut sudah terdeteksi di negara-negara pantai Eropa Selatan, khususnya [[Yunani]] dan [[Italia]]. Selain alasan ekonomi untuk mencari kehidupan yang lebih baik, sebagian besar migrasi
Puluhan ribu pengungsi dari kawasan Afrika dan Timur Tengah mengarungi Laut Mediterania dengan impian sampai ke Eropa. Namun, sebelum mereka mempertaruhkan nyawa di lautan, mereka harus menghadapi [[gurun Sahara]] terlebih dahulu. Sebelum memulai perjalanan dengan perahu untuk menyeberangi lautan berjarak 500 km yang memisahkan [[Libya]] dengan [[Sisilia]], mereka harus melalui [[gurun Libya]] yang berjarak 1.000 km hingga ke pinggir pantai.{{sfnp|BBC|2017a}} Tiga rute utama yang digunakan para pengungsi untuk mencapai Eropa yaitu:{{sfnp|House of Lords|2016|p=8}}
Baris 32:
* Rute Mediterania timur. Rute perjalanan dari Turki ke Yunani melintasi [[Laut Aegea]]. Setelah kedatangan lewat laut di Yunani, para pengungsi sering bergerak melalui Balkan Barat untuk mencapai tujuan akhir yang mereka inginkan di negara anggota UE (rute Balkan Barat).
* Rute Mediterania tengah. Rute melintasi Afrika Utara ke Italia. Libya adalah titik keberangkatan utama untuk rute ini, di mana para penyelundup mengeksploitasi ketidakstabilan politik dan ketidakmampuan negara tersebut untuk mengontrol wilayah dan perbatasannya
* Rute Mediterania barat. Para pengungsi transit di Maroko atau Aljazair untuk mencapai Spanyol.
Libya telah menjadi titik tolak utama bagi orang-orang yang ingin menyeberangi Mediterania dengan perahu menuju Eropa.{{sfnp|Aminuddin|2017}} Krisis migrasi saat ini diperparah oleh konflik di [[Timur Tengah]] dan kekosongan keamanan di Libya, tetapi juga merupakan bagian dari fenomena migrasi massa yang lebih luas dari negara berkembang ke negara maju.{{sfnp|House of Lords|2016|p=10}} Selain rute yang berbahaya, penyeberangan tersebut juga menjadi ladang bisnis jaringan kriminal penyelundup manusia.{{sfnp|BBC|2017a}}
=== Penyelundupan dan perdagangan manusia ===
Pengungsi yang mempertaruhkan segalanya untuk mencari kehidupan yang lebih baik merupakan mangsa empuk bagi para penyelundup, aksi yang mereka lakukan telah menciptakan industri kriminal senilai miliaran.{{sfnp|Chonghaile |2015}} Keputusasaan yang dialami para pengungsi dimanfaatkan oleh jaringan kriminal.{{sfnp|EEAS|2018b}} Para penyelundup memfasilitasi dan menyediakan sarana bagi pengungsi untuk menyeberang ke Eropa melalui rute yang berbahaya di laut Mediterania.{{sfnp|Maher|2018|pp=36-37}}{{sfnp|House of Lords|2016|p=11|ps=: Lebih dari 90% pengungsi yang menuju UE menggunakan layanan fasilitasi yang disediakan oleh penyelundup. Dalam banyak kasus, layanan ini ditawarkan dan disediakan oleh kelompok-kelompok kriminal. Frontex menemukan bahwa kelompok-kelompok kriminal ini, dalam beberapa kasus, terkait dengan ekonomi kriminal lainnya, termasuk perdagangan narkoba, perdagangan manusia, dan kejahatan properti.}}
Sementara migrasi menyiratkan tingkat pilihan individu, para pengungsi terkadang ditahan dan bahkan disiksa oleh orang-orang yang mereka bayar untuk menuntun mereka melintasi perbatasan.{{sfnp|Chonghaile |2015}} Para penyelundup ini sering menyiksa, melecehkan dan menelantarkan orang-orang di gurun Sahara atau Mediterania.{{sfnp|Maher|2018|pp=36-37}} Jaringan tersebut bahkan mampu menangani 20 rute perjalanan selama seminggu.{{sfnp|Kingsley|2015a}}[[Berkas:Lampedusa-map.svg|kiri|jmpl|350x350px|[[Zuwarah|Zuwara]] dan Garabulli adalah dua pelabuhan penyelundupan di Libya.{{sfnp|Kingsley|2015b}}]]
Baris 48:
Persaingan harga antara para penyelundup dan kondisi 'pasar' yang jenuh, menyebabkan harga 'kursi' untuk penyeberangan laut menurun, tetapi harga kapal naik karena tingginya permintaan dan langka. Dengan alasan untuk mengurangi biaya para penyelundup sering mengisi kapal pengungsi melebihi kapasitas seharusnya.{{sfnp|Kingsley|2015b}} Banyak pengungsi yang mau menaiki perahu tersebut, walaupun perahu yang digunakan kadang tidak memenuhi prosedur keselamatan,{{sfnp|Kingsley|2015a}} bahkan reyot atau rusak.{{sfnp|Osman|2015}} Tindakan yang malah mengarahkan mereka ke dalam marabahaya.
=== Tragedi April 2015 ===
Selama tahun 2015 diperkirakan sekitar 3.771 korban jiwa di Mediterania,{{sfnp|European Parliament|2017}} lebih tinggi dari tahun 2014 yang sebanyak 3.500 korban.{{sfnp|Johansen|2017|p=7}} Untuk melancarkan kapasitasnya dalam penyelamatan nyawa di laut, UE meningkatkan kehadiran maritimnya dengan memperbanyak sumber daya dan aset yang tersedia untuk Operasi Gabungan Frontex, [[Operasi Poseidon|Poseidon]] dan [[Operasi Triton|Triton]].{{sfnp|EEAS|2016}}
Baris 62 ⟶ 61:
Sederhananya operasi ini adalah misi pencarian dan penyelamatan yang dimaksudkan untuk menghambat aliran imigran gelap dari Libya dan negara-negara tetangganya ke Italia, sehingga mengurangi penyelundupan manusia dan peristiwa kematian di laut. Dilakukan dengan patroli, mengumpulkan informasi, menyelamatkan para pengungsi dan mengamankan kapal yang digunakan oleh penyelundup.{{sfnp|Pricopi|2016|p=122}}
=== Sophia ===
Pada
{{Quote
Baris 74 ⟶ 73:
# Tahap pertama, fokus pada upaya pengumpulan informasi mengenai [[modus operandi]] perdagangan ilegal dan penyelundupan manusia. Tahap ini berakhir pada 7 Oktober 2015.
# Tahap kedua, dimulai sejak 7 Oktober 2015 di mana aset-aset Satuan Tugas dikerahkan, dan sepenuhnya harus mematuhi hukum internasional, melakukan penahanan, pemeriksaan, penyitaan, dan mengalihkan kapal yang dicurigai terlibat dalam perdagangan manusia. Tahap ini dibagi menjadi dua pelaksanaan:{{sfnp|Johansen|2017|p=8-9}}
#* Tahap 2 ''{{Lang|en|Alpha}}'' dilangsungkan di laut lepas.
#* Tahap 2 ''{{Lang|en|Bravo}}'' akan berlangsung di perairan wilayah [[Libya]] menyusul [[Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa|Resolusi Dewan Keamanan PBB]] dan undangan dari Libya sendiri.
# Tahap ketiga akan fokus pada netralisasi kapal dan infrastruktur logistik yang digunakan para penyelundup dan pedagang di lautan maupun di darat, untuk mendukung upaya masyarakat internasional untuk menghentikan operasi para penyelundup dan pedagang. Tahap ini juga akan bergantung pada Resolusi Dewan Keamanan PBB dan kerjasama Libya.
# Tahap keempat, penarikan pasukan dan penyelesaian operasi.
Baris 81 ⟶ 80:
Dewan Eropa bertanggung jawab untuk menilai apakah keadaan untuk transisi antara tahapan operasi telah dipenuhi.{{sfnp|Council of the European Union|2015b}} Di sisi hukum, semua kegiatan yang dilakukan pada setiap tahapan harus mematuhi hukum internasional, termasuk hak asasi manusia, kemanusiaan dan aturan pengungsi serta prinsip “''{{Lang|en|non refoulement}}''” artinya orang yang diselamatkan tidak boleh diturunkan di negara ketiga.{{sfn|EEAS}}
Tantangan operasi adalah para penyelundup sering menggunakan pengungsi sebagai awak kapal, sehingga sulit mengidentifikasi pelaku sebenarnya. Pengungsi sendiri yang dijadikan kapten kapal untuk mengarungi laut sementara penyelundup utama sebagian besar tetap di pantai.{{sfnp|Kingsley|2015b}} Berbeda dengan [[Operasi Atalanta]] yang anti bajak laut, Operasi Sophia yang anti penyelundup hanya bisa efektif jika mendapat mandat hukum untuk beroperasi di wilayah Libya.{{sfnp|Johansen|2017|p=11|ps=: "''Sometimes people want to make a parallel to EUNAVFOR Atalanta but from a military perspective, the two operations are not comparable. When a pirate is kidnapping someone, he does not get his money right away. He needs to negotiate first. In the case of migrants, once they have left the shore or the coast of Libya, the smugglers have already won because they have gotten their money. [...] The smuggler wins his war when he is in Libya, not at sea. At sea, it is already over for him. He has made his business, so he is fine. So that is why, when we identified the different steps of the operation, we identified that at the end, if we want to have an effective action, we need to be in Libya. That is why it is the third phase of the operation.''"}} Pada 20 Juni 2016
* Pelatihan penjaga pantai dan angkatan laut Libya, dalam rangka meningkatkan kemampuan mereka melawan jaringan penyelundup dan perdagangan manusia di Libya, serta melakukan kegiatan pencarian dan penyelamatan.
* Kontribusi untuk berbagi informasi dan mendukung pelaksanaan embargo senjata PBB di Laut Tinggi di lepas pantai Libya, atas dasar ''{{lang|en|UNSCR}}'' 2292 (2016). Ini akan meningkatkan kesadaran situasi maritim dan membatasi aliran senjata ke [[Negara Islam Irak dan Syam|Da'esh]] dan kelompok teroris lainnya
Pada 25 Juli 2017, Dewan Uni Eropa kembali memperpanjang mandat Operasi Sophia hingga 31 Desember 2018, juga
* membentuk mekanisme pemantauan efisiensi jangka panjang dalam pelatihan Penjaga Pantai dan Angkatan Laut Libya;
* melakukan kegiatan pengawasan baru dan mengumpulkan informasi tentang perdagangan ekspor minyak ilegal dari Libya sesuai ''{{lang|en|UNSCR}}'' 2146 (2014) dan 2362 (2017);
* meningkatkan kemungkinan untuk berbagi informasi tentang perdagangan manusia dengan
== Aset ==
Kontribusi militer dari negara anggota dalam operasi bersifat sukarela dengan biaya sendiri. Namun operasi militer dilakukan di bawah komando gabungan UE.{{sfnp|Riddervold|2018|p=59}} Negara anggota yang ikut serta dalam operasi sebanyak 27 negara:{{sfnp|EEAS|2018a}}
{| style="text-align:top"
|
Baris 127 ⟶ 126:
|}
[[
[[
Komposisi aset bervariasi tergantung pada frekuensi rotasi dan formasi kapal dan aset lainnya yang dikerahkan untuk operasi. Aset yang dikerahkan saat ini sebagai berikut:{{sfnp|EEAS|2018a}}
Baris 156 ⟶ 155:
|}
== Sel informasi kejahatan ==
Pada 14 Mei 2018 Dewan mengadopsi keputusan yang membentuk sel informasi kejahatan dalam Operasi Sophia. Sel informasi ini terdiri dari 10 anggota staf otoritas penegak hukum terkait dari negara-negara anggota dan dari lembaga UE ''FRONTEX'' dan ''EUROPOL'' dalam rangka meningkatkan pembagian informasi di antara mereka. Sel ini bertugas untuk memfasilitasi penerimaan, pengumpulan dan pengiriman informasi mengenai penyelundupan dan perdagangan manusia, pelaksanaan embargo senjata PBB terhadap Libya, perdagangan ilegal, serta kejahatan yang terkait dengan keamanan operasi itu sendiri.{{sfnp|Council of the European Union|2018b}}
== Kemitraan ==
Operasi Sophia
Operasi Sophia merupakan bagian dari pendekatan komprehensif UE untuk permasalahan migrasi, mengatasi gejala yang ada saat ini sekaligus menanggulangi akar penyebabnya seperti konflik, kemiskinan, perubahan iklim dan penganiayaan. Operasi Sophia membantu memerangi jaringan penyelundupan yang bertanggung jawab atas hilangnya nyawa di lautan. Beberapa kebijakan yang diambil antara lain:{{sfnp|EEAS|2015}}
Baris 173 ⟶ 172:
== Capaian ==
Sejak awal operasi
== Catatan kaki ==
Baris 180 ⟶ 179:
== Referensi ==
{{refbegin|30em|indent=yes}}
* {{Cite news|url= https://dunia.tempo.co/read/843259/libya-cegat-400-pengungsi-tujuan-eropa|title=Libya Cegat 400 Pengungsi Tujuan Eropa|last=Aminuddin|first=Choirul|publisher= [[Tempo Inti Media (perusahaan)|Tempo Inti Media]]|year=2017|website=Tempo.co|language=id|url-access=|location=[[Jakarta]]|access-date=18 Mei 2018|ref=harv}}
* {{Cite news|url=http://www.bbc.com/news/world-europe-34131911|title=Migrant crisis: Migration to Europe explained in seven charts|author=BBC|publisher=[[British Broadcasting Corporation]]|year=2016|work=|language=en|url-access=|location=[[London]]|access-date=18 Mei 2018|ref=harv}}
Baris 211 ⟶ 209:
* {{Cite work|url=https://www.difesa.it/InformazioniDellaDifesa/periodico/periodico_2015/Documents/R4_2015/operation_sophia.pdf|title=Operation Sophia|last=Sonnino|first=Antonello de Renzis|publisher=European External Action Service|year=2015|work=|language=en|location=[[Brussels]]|pages=|ref=harv}}
* {{cite journal |last1=Zichi|first1=Gian Lorenzo|year=2018 |title=A European Fleet to address the Migration Challenge in the Mediterranean? The EUNAVFOR MED/Sophia between Lights and Shadows |url=|access-date= |format= |journal=Athens Journal of Mediterranean Studies |language=en |location=[[Athena]] |publisher=Athens Institute for Education and Research |publication-place= |volume=4|issue=2 |page= |pages=137-156 |doi=10.30958/ajms.4.2.4 |doi-access=free|isbn= |eissn=2407-9480 |jstor= |jstor-access= |ssrn= |ref=harv }}
{{refend}}
{{artikel pilihan}}
[[Kategori:Uni Eropa]]
|