Operasi Sophia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Nasrie (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler
 
(9 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 4:
| scope = Manajemen krisis militer
| location = Laut [[Laut Tengah|Mediterania]]{{sfnp|EEAS|2018a}}
| image = [[FileBerkas:CSDP Medal SOPHIA (EUNAVFOR Med) ribbon bar.svg|300px]]
| caption =
| planned =
Baris 17:
| casualties =
}}
{{Politik Uni Eropa}}
{{Politics of the European Union}}
'''Operasi Sophia''' ({{lang-en|Operation Sophia}}) atau secara resmi disebut juga '''Angkatan Laut Uni Eropa Mediterania''' (''{{lang|en|European Union Naval Force Mediterranean''}}, disingkat ''{{lang|en|EUNAVFOR Med}}'' atau ''{{lang|en|ENFM}}'') adalah [[operasi militer]] yang dilancarkan [[Uni Eropa]] (UE) untuk memerangi model bisnis penyelundupan [[pengungsi]] dan jaringan [[perdagangan manusia]], mengembalikan stabilitas dan keamanan di [[Libya]] serta kawasan [[Laut Tengah|Mediterania]] Tengah. Operasi Sophia merupakan operasi Kebijakan Keamanan dan Pertahanan Bersama (''{{lang|en|Common Security and Defence Policy/CSDP}}''),{{sfnpsfnmp|EUNAVFORMED|2018}}{{sfnp|Legrand|2017|ps2ps=: Kebijakan Keamanan dan Pertahanan Bersama (''{{lang|en|CSDP}}'') merupakan bagian integral dari [[Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Bersama]] (''{{lang|en|CFSP}}'') UE. ''{{lang|en|CSDP}}'' termuat dalam [[Perjanjian Uni Eropa]] (''{{lang|en|TEU}}'') Pasal 41-46.<br /> ''{{lang|en|CSDP}}'' menetapkan kerangka kerja untuk struktur politik dan militer UE serta misi-misi dan operasi militer atau sipil di luar negeri.}} dan kekuatan [[Laut|maritim]] UE pertama yang mengadakan pengamanan laut di Mediterania Tengah dan bekerja sama dengan organisasi-organisasi [[Bangsa|nasional]], [[Mancanegara|internasional]], [[pemerintah]] atau non-pemerintah, warga sipil, serta [[militer]].{{sfnp|EUNAVFORMED|2018}} Operasi ini bermarkas di [[Roma]], [[Italia]] dengan [[Laksamana Muda]] [[Enrico Credendino]] sebagai Komandan Operasi.{{sfnp|Council of the European Union|2015a|loc=Keputusan Dewan (CFSP) 2015/778|ps=:
* Laksamana Muda Enrico Credendino dengan ini ditunjuk sebagai Komandan Operasi Uni Eropa ''EUNAVFOR MED'' (Pasal 3).
* Markas Operasi ''EUNAVFOR MED'' akan berlokasi di Roma, Italia (Pasal 4).}} Selama operasi berlangsung telah diamankan 143 tersangka penyelundup maupun pedagang, 545 kapal serta telah membantu menyelamatkan 44.251 jiwa manusia.{{sfnp|Council of the European Union|2018a}}
 
== Latar Belakangbelakang ==
 
=== Krisis pengungsi Eropa ===
{{Utama|Krisis pengungsi di Eropa}}
Sejak tahun 2011 hingga 2013, arus migrasi masuk dari laut sudah terdeteksi di negara-negara pantai Eropa Selatan, khususnya [[Yunani]] dan [[Italia]]. Selain alasan ekonomi untuk mencari kehidupan yang lebih baik, sebagian besar migrasi terjadi terjadi akibat kecamuk perang dan teror di negara asal para pengungsi.{{sfnp|European Union|2017}}{{sfnp|Zichi|2018|p=140|ps=: Pergolakan politik di kawasan [[Timur Tengah]] dan [[Afrika Utara]] serta [[Perang Saudara Suriah|Perang Sipil Suriah]] jadi pemicu meningkatnya migrasi. Jumlah kedatangan di Italia pada tahun 2013 meningkat empat kali lipat dalam setahun: dari 10. 379 menjadi 40.304.}}{{sfnp|BBC|2016|loc=''Which countries are migrants from?''|ps=: Konflik di Suriah terus menjadi penggerak migrasi terbesar. Tetapi kekerasan yang berlangsung di [[Afghanistan]] dan [[Irak]], pelanggaran di [[Eritrea]], serta kemiskinan di [[Kosovo]], juga menuntun warga untuk mencari kehidupan baru di tempat lain.}} Migrasi tidak teratur ke UE melalui [[Laut Tengah|Mediterania]] meningkat sejak akhir 2013 dan mencapai tingkat arus yang lebih tinggi pada tahun 2014 dan 2015.{{sfnp|Johansen|2017|p=7}} Lonjakan migrasi pengungsi yang terjadi pada tahun 2015 memicu terjadinya [[krisis pengungsi di Eropa]], jumlah pengungsi yang mengajukan permohonan suaka di UE tercatat mencapai 1,26 juta orang.{{sfnp|European Parliament|2017}}{{sfnp|BBC|2016|ps=: Sebagian besar migran tiba melalui laut dan ada beberapa yang melalui darat, terutama lewat [[Turki]] dan [[Albania]]. Sebanyak 135.711 orang mencapai Eropa melalui laut sejak awal 2016, menurut ''[[UNHCR]]''.<br \/> Sedangkan [[Organisasi Internasional untuk Migrasi|''IOM'']] memperkirakan pada tahun 2015 lebih dari 1.011.700 pengungsi tiba melalui laut, dan sekitar 34.900 melalui darat.}}
 
Puluhan ribu pengungsi dari kawasan Afrika dan Timur Tengah mengarungi Laut Mediterania dengan impian sampai ke Eropa. Namun, sebelum mereka mempertaruhkan nyawa di lautan, mereka harus menghadapi [[gurun Sahara]] terlebih dahulu. Sebelum memulai perjalanan dengan perahu untuk menyeberangi lautan berjarak 500&nbsp;km yang memisahkan [[Libya]] dengan [[Sisilia]], mereka harus melalui [[gurun Libya]] yang berjarak 1.000&nbsp;km hingga ke pinggir pantai.{{sfnp|BBC|2017a}} Tiga rute utama yang digunakan para pengungsi untuk mencapai Eropa yaitu:{{sfnp|House of Lords|2016|p=8}}
Baris 32:
* Rute Mediterania timur. Rute perjalanan dari Turki ke Yunani melintasi [[Laut Aegea]]. Setelah kedatangan lewat laut di Yunani, para pengungsi sering bergerak melalui Balkan Barat untuk mencapai tujuan akhir yang mereka inginkan di negara anggota UE (rute Balkan Barat).
* Rute Mediterania tengah. Rute melintasi Afrika Utara ke Italia. Libya adalah titik keberangkatan utama untuk rute ini, di mana para penyelundup mengeksploitasi ketidakstabilan politik dan ketidakmampuan negara tersebut untuk mengontrol wilayah dan perbatasannya
* Rute Mediterania barat. Para pengungsi transit di Maroko atau Aljazair untuk mencapai Spanyol.
 
Libya telah menjadi titik tolak utama bagi orang-orang yang ingin menyeberangi Mediterania dengan perahu menuju Eropa.{{sfnp|Aminuddin|2017}} Krisis migrasi saat ini diperparah oleh konflik di [[Timur Tengah]] dan kekosongan keamanan di Libya, tetapi juga merupakan bagian dari fenomena migrasi massa yang lebih luas dari negara berkembang ke negara maju.{{sfnp|House of Lords|2016|p=10}} Selain rute yang berbahaya, penyeberangan tersebut juga menjadi ladang bisnis jaringan kriminal penyelundup manusia.{{sfnp|BBC|2017a}}
 
=== Penyelundupan dan perdagangan manusia ===
Pengungsi yang mempertaruhkan segalanya untuk mencari kehidupan yang lebih baik merupakan mangsa empuk bagi para penyelundup, aksi yang mereka lakukan telah menciptakan industri kriminal senilai miliaran.{{sfnp|Chonghaile |2015}} Keputusasaan yang dialami para pengungsi dimanfaatkan oleh jaringan kriminal.{{sfnp|EEAS|2018b}} Para penyelundup memfasilitasi dan menyediakan sarana bagi pengungsi untuk menyeberang ke Eropa melalui rute yang berbahaya di laut Mediterania.{{sfnp|Maher|2018|pp=36-37}}{{sfnp|House of Lords|2016|p=11|ps=: Lebih dari 90% pengungsi yang menuju UE menggunakan layanan fasilitasi yang disediakan oleh penyelundup. Dalam banyak kasus, layanan ini ditawarkan dan disediakan oleh kelompok-kelompok kriminal. Frontex menemukan bahwa kelompok-kelompok kriminal ini, dalam beberapa kasus, terkait dengan ekonomi kriminal lainnya, termasuk perdagangan narkoba, perdagangan manusia, dan kejahatan properti.}}
 
Sementara migrasi menyiratkan tingkat pilihan individu, para pengungsi terkadang ditahan dan bahkan disiksa oleh orang-orang yang mereka bayar untuk menuntun mereka melintasi perbatasan.{{sfnp|Chonghaile |2015}} Para penyelundup ini sering menyiksa, melecehkan dan menelantarkan orang-orang di gurun Sahara atau Mediterania.{{sfnp|Maher|2018|pp=36-37}} Jaringan tersebut bahkan mampu menangani 20 rute perjalanan selama seminggu.{{sfnp|Kingsley|2015a}}[[Berkas:Lampedusa-map.svg|kiri|jmpl|350x350px|[[Zuwarah|Zuwara]] dan Garabulli adalah dua pelabuhan penyelundupan di Libya.{{sfnp|Kingsley|2015b}}]]
Baris 48:
Persaingan harga antara para penyelundup dan kondisi 'pasar' yang jenuh, menyebabkan harga 'kursi' untuk penyeberangan laut menurun, tetapi harga kapal naik karena tingginya permintaan dan langka. Dengan alasan untuk mengurangi biaya para penyelundup sering mengisi kapal pengungsi melebihi kapasitas seharusnya.{{sfnp|Kingsley|2015b}} Banyak pengungsi yang mau menaiki perahu tersebut, walaupun perahu yang digunakan kadang tidak memenuhi prosedur keselamatan,{{sfnp|Kingsley|2015a}} bahkan reyot atau rusak.{{sfnp|Osman|2015}} Tindakan yang malah mengarahkan mereka ke dalam marabahaya.
 
[[Berkas:Libya shipwreck.svg|jmpl|350x350px|Karamnya kapal yang membawa sekitar 700 pengungsi pada April 2015, mengakibatkan kematian hampir semua penumpangnya. Tragedi ini memicu reaksi UE untuk melancarkan Operasi Sophia{{sfnp|Kingsley|2015a}}]]
=== Tragedi April 2015 ===
Selama tahun 2015 diperkirakan sekitar 3.771 korban jiwa di Mediterania,{{sfnp|European Parliament|2017}} lebih tinggi dari tahun 2014 yang sebanyak 3.500 korban.{{sfnp|Johansen|2017|p=7}} Untuk melancarkan kapasitasnya dalam penyelamatan nyawa di laut, UE meningkatkan kehadiran maritimnya dengan memperbanyak sumber daya dan aset yang tersedia untuk Operasi Gabungan Frontex, [[Operasi Poseidon|Poseidon]] dan [[Operasi Triton|Triton]].{{sfnp|EEAS|2016}}
Baris 62 ⟶ 61:
Sederhananya operasi ini adalah misi pencarian dan penyelamatan yang dimaksudkan untuk menghambat aliran imigran gelap dari Libya dan negara-negara tetangganya ke Italia, sehingga mengurangi penyelundupan manusia dan peristiwa kematian di laut. Dilakukan dengan patroli, mengumpulkan informasi, menyelamatkan para pengungsi dan mengamankan kapal yang digunakan oleh penyelundup.{{sfnp|Pricopi|2016|p=122}}
=== Sophia ===
Pada 24 Agustus 2015 seorang wanita asal [[Mogadishu]] [[Somalia]] yang sedang hamil diselamatkan bersama 453 orang lainnya dari kapal pengungsi oleh ''{{Lang|en|HMS Enterprise}}'' dan pada pukul 04.15 dini hari ia melahirkan di atas kapal [[fregat]] [[Jerman]] [[Schleswig-Holstein]] (bagian dari Gugus Tugas ''{{Lang|en|EUNAVFOR MED}}''). Atas saran petugas medis yang hadir, anak itu diberi nama Sophia.{{sfnp|Bundeswehr|2015}}{{sfnp|Osman|2015}} Nama ini merujuk pada kapal perang ''{{Lang|en|SMS Schleswig-Holstein}}'' yang dipersembahkan untuk Putri [[Prusia]] yaitu Louise Sophie dari Schleswig-Holstein (''{{Lang|en|Princess Louise Sophie of Schleswig-Holstein-Sonderburg-Augustenburg}}'', 8 April 1866 - 28 April 1952).{{sfnp|EEAS|2018a}} ''{{Lang|en|EUNAVFOR MED}}'' kemudian berganti nama menjadi "Operasi Sophia", setelah kelahiran bayi di atas kapal ''{{Lang|en|Schleswig-Holstein}}'' tersebut atas saran [[Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan|Perwakilan Tinggi]].
 
{{Quote
Baris 74 ⟶ 73:
# Tahap pertama, fokus pada upaya pengumpulan informasi mengenai [[modus operandi]] perdagangan ilegal dan penyelundupan manusia. Tahap ini berakhir pada 7 Oktober 2015.
# Tahap kedua, dimulai sejak 7 Oktober 2015 di mana aset-aset Satuan Tugas dikerahkan, dan sepenuhnya harus mematuhi hukum internasional, melakukan penahanan, pemeriksaan, penyitaan, dan mengalihkan kapal yang dicurigai terlibat dalam perdagangan manusia. Tahap ini dibagi menjadi dua pelaksanaan:{{sfnp|Johansen|2017|p=8-9}}
#* Tahap 2 ''{{Lang|en|Alpha}}'' dilangsungkan di laut lepas.
#* Tahap 2 ''{{Lang|en|Bravo}}'' akan berlangsung di perairan wilayah [[Libya]] menyusul [[Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa|Resolusi Dewan Keamanan PBB]] dan undangan dari Libya sendiri.
# Tahap ketiga akan fokus pada netralisasi kapal dan infrastruktur logistik yang digunakan para penyelundup dan pedagang di lautan maupun di darat, untuk mendukung upaya masyarakat internasional untuk menghentikan operasi para penyelundup dan pedagang. Tahap ini juga akan bergantung pada Resolusi Dewan Keamanan PBB dan kerjasama Libya.
# Tahap keempat, penarikan pasukan dan penyelesaian operasi.
Baris 81 ⟶ 80:
Dewan Eropa bertanggung jawab untuk menilai apakah keadaan untuk transisi antara tahapan operasi telah dipenuhi.{{sfnp|Council of the European Union|2015b}} Di sisi hukum, semua kegiatan yang dilakukan pada setiap tahapan harus mematuhi hukum internasional, termasuk hak asasi manusia, kemanusiaan dan aturan pengungsi serta prinsip “''{{Lang|en|non refoulement}}''” artinya orang yang diselamatkan tidak boleh diturunkan di negara ketiga.{{sfn|EEAS}}
 
Tantangan operasi adalah para penyelundup sering menggunakan pengungsi sebagai awak kapal, sehingga sulit mengidentifikasi pelaku sebenarnya. Pengungsi sendiri yang dijadikan kapten kapal untuk mengarungi laut sementara penyelundup utama sebagian besar tetap di pantai.{{sfnp|Kingsley|2015b}} Berbeda dengan [[Operasi Atalanta]] yang anti bajak laut, Operasi Sophia yang anti penyelundup hanya bisa efektif jika mendapat mandat hukum untuk beroperasi di wilayah Libya.{{sfnp|Johansen|2017|p=11|ps=: "''Sometimes people want to make a parallel to EUNAVFOR Atalanta but from a military perspective, the two operations are not comparable. When a pirate is kidnapping someone, he does not get his money right away. He needs to negotiate first. In the case of migrants, once they have left the shore or the coast of Libya, the smugglers have already won because they have gotten their money. [...] The smuggler wins his war when he is in Libya, not at sea. At sea, it is already over for him. He has made his business, so he is fine. So that is why, when we identified the different steps of the operation, we identified that at the end, if we want to have an effective action, we need to be in Libya. That is why it is the third phase of the operation.''"}} Pada 20 Juni 2016 , Dewan memperpanjang operasi hingga 27 Juli 2017 dan menambahkan dua tugas pendukung:{{sfnp|EEAS|2016}}
 
* Pelatihan penjaga pantai dan angkatan laut Libya, dalam rangka meningkatkan kemampuan mereka melawan jaringan penyelundup dan perdagangan manusia di Libya, serta melakukan kegiatan pencarian dan penyelamatan.
* Kontribusi untuk berbagi informasi dan mendukung pelaksanaan embargo senjata PBB di Laut Tinggi di lepas pantai Libya, atas dasar ''{{lang|en|UNSCR}}'' 2292 (2016). Ini akan meningkatkan kesadaran situasi maritim dan membatasi aliran senjata ke [[Negara Islam Irak dan Syam|Da'esh]] dan kelompok teroris lainnya
 
Pada 25 Juli 2017, Dewan Uni Eropa kembali memperpanjang mandat Operasi Sophia hingga 31 Desember 2018, juga mengamandemenmengamendemen mandatnya untuk:{{sfnp|Council of the European Union|2017}}
 
* membentuk mekanisme pemantauan efisiensi jangka panjang dalam pelatihan Penjaga Pantai dan Angkatan Laut Libya;
* melakukan kegiatan pengawasan baru dan mengumpulkan informasi tentang perdagangan ekspor minyak ilegal dari Libya sesuai ''{{lang|en|UNSCR}}'' 2146 (2014) dan 2362 (2017);
* meningkatkan kemungkinan untuk berbagi informasi tentang perdagangan manusia dengan lembaga penegak hukum negara-negara anggota, ''{{lang|en|FRONTEX}}'' dan ''{{lang|en|EUROPOL}}''.
 
== Aset ==
Kontribusi militer dari negara anggota dalam operasi bersifat sukarela dengan biaya sendiri. Namun operasi militer dilakukan di bawah komando gabungan UE.{{sfnp|Riddervold|2018|p=59}} Negara anggota yang ikut serta dalam operasi sebanyak 27 negara:{{sfnp|EEAS|2018a}}
{| style="text-align:top"
|
Baris 127 ⟶ 126:
|}
 
[[FileBerkas:ITS San Giusto.jpg|jmpl|280x280px|''{{Lang|en|ITS San Giusto Flagship}}'' dari Italia]]
[[FileBerkas:HMS Echo (H87) 2015.jpg|jmpl|280x280px|Kapal ''{{Lang|en|HMS ECHO}}'' milik Britania Raya]]
Komposisi aset bervariasi tergantung pada frekuensi rotasi dan formasi kapal dan aset lainnya yang dikerahkan untuk operasi. Aset yang dikerahkan saat ini sebagai berikut:{{sfnp|EEAS|2018a}}
 
Baris 156 ⟶ 155:
|}
 
== Sel informasi kejahatan ==
Pada 14 Mei 2018 Dewan mengadopsi keputusan yang membentuk sel informasi kejahatan dalam Operasi Sophia. Sel informasi ini terdiri dari 10 anggota staf otoritas penegak hukum terkait dari negara-negara anggota dan dari lembaga UE ''FRONTEX'' dan ''EUROPOL'' dalam rangka meningkatkan pembagian informasi di antara mereka. Sel ini bertugas untuk memfasilitasi penerimaan, pengumpulan dan pengiriman informasi mengenai penyelundupan dan perdagangan manusia, pelaksanaan embargo senjata PBB terhadap Libya, perdagangan ilegal, serta kejahatan yang terkait dengan keamanan operasi itu sendiri.{{sfnp|Council of the European Union|2018b}}
 
== Kemitraan ==
Operasi Sophia bekerjasama dengan beberapa mitra UE, [[Perserikatan Bangsa-Bangsa|PBB]], [[Pakta Pertahanan Atlantik Utara|NATO]], nasional dan internasional. Operasi Sophia juga menyelenggarakan forum seminar ''{{lang|en|Shared Awareness and De-confliction in the Mediterranean (SHADE MED)}}'', di mana perwakilan negara dan organisasi-organisasi, sipil maupun militer bertemu untuk berdiskusi dan berbagi pengetahuan dan berkoordinasi terkait migrasi di Mediterania. Forum ini menumbuhkan pemahaman yang lebih baik bagi kalangan sipil dan militer yang terlibat di Laut Mediterania, meningkatkan interaksi timbal balik dan membantu dalam pengembangan kerangka kerja untuk mengidentifikasi cara terbaik dalam menghadapi tantangan keamanan bersama.{{sfnp|EUNAVFORMED|2018}}
 
Operasi Sophia merupakan bagian dari pendekatan komprehensif UE untuk permasalahan migrasi, mengatasi gejala yang ada saat ini sekaligus menanggulangi akar penyebabnya seperti konflik, kemiskinan, perubahan iklim dan penganiayaan. Operasi Sophia membantu memerangi jaringan penyelundupan yang bertanggung jawab atas hilangnya nyawa di lautan. Beberapa kebijakan yang diambil antara lain:{{sfnp|EEAS|2015}}
Baris 173 ⟶ 172:
 
== Capaian ==
Sejak awal operasi (pada Oktober 2015), Operasi Sophia telah berkontribusi dalam penangkapan dan penyerahan 143 tersangka penyelundup dan pedagang ke otoritas Italia, dan telah mengamankan 545 kapal. Selain itu, operasi ini telah membantu menyelamatkan 44.251 jiwa.{{sfnp|Council of the European Union|2018a}}
 
== Catatan kaki ==
Baris 180 ⟶ 179:
== Referensi ==
{{refbegin|30em|indent=yes}}
 
* {{Cite news|url= https://dunia.tempo.co/read/843259/libya-cegat-400-pengungsi-tujuan-eropa|title=Libya Cegat 400 Pengungsi Tujuan Eropa|last=Aminuddin|first=Choirul|publisher= [[Tempo Inti Media (perusahaan)|Tempo Inti Media]]|year=2017|website=Tempo.co|language=id|url-access=|location=[[Jakarta]]|access-date=18 Mei 2018|ref=harv}}
* {{Cite news|url=http://www.bbc.com/news/world-europe-34131911|title=Migrant crisis: Migration to Europe explained in seven charts|author=BBC|publisher=[[British Broadcasting Corporation]]|year=2016|work=|language=en|url-access=|location=[[London]]|access-date=18 Mei 2018|ref=harv}}
Baris 211 ⟶ 209:
* {{Cite work|url=https://www.difesa.it/InformazioniDellaDifesa/periodico/periodico_2015/Documents/R4_2015/operation_sophia.pdf|title=Operation Sophia|last=Sonnino|first=Antonello de Renzis|publisher=European External Action Service|year=2015|work=|language=en|location=[[Brussels]]|pages=|ref=harv}}
* {{cite journal |last1=Zichi|first1=Gian Lorenzo|year=2018 |title=A European Fleet to address the Migration Challenge in the Mediterranean? The EUNAVFOR MED/Sophia between Lights and Shadows |url=|access-date= |format= |journal=Athens Journal of Mediterranean Studies |language=en |location=[[Athena]] |publisher=Athens Institute for Education and Research |publication-place= |volume=4|issue=2 |page= |pages=137-156 |doi=10.30958/ajms.4.2.4 |doi-access=free|isbn= |eissn=2407-9480 |jstor= |jstor-access= |ssrn= |ref=harv }}
 
{{refend}}
 
{{artikel pilihan}}
 
[[Kategori:Uni Eropa]]