Kami, Perempoean: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
buat halaman baru |
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.2 |
||
(20 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox play
| name = Kami, Perempoean
| image = Armijn Pane, around 1953.jpg
| image_size = 200px
| image_alt =
| caption = [[Armijn Pane]]
| writer =
| chorus =
| characters = {{plainlist|
Baris 29:
| theatricalia_id =
}}
'''''Kami, Perempoean'''''
Sandiwara ini ditulis pada [[Masa Pendudukan Jepang]] di [[Hindia Belanda]] (sekarang [[Indonesia]]), saat Pane adalah seorang karyawan dari Pusat Kebudayaan di [[Jakarta]], ''Kami,
== Alur ==
Mahmud sedang duduk melamun di ruang tamu sambil memegang koran terbalik. Istrinya, Aminah, datang dan bertanya apa yang sedang dilakukannya. Setelah Mahmud menjawab ia sedang membaca koran, Aminah membalikkan posisinya dan mengejeknya. Karena Aminah mengganggunya lagi, Mahmud meninggalkan rumah.
Orang tua Aminah datang dan menanyakan keberadaan Mahmud, lalu dijawab Aminah "keluar". Percakapan mereka berhenti ketika adik Aminah, Sri, datang dan memberitahu mereka bahwa ia baru saja putus hubungan dengan tunangannya, Supono. Setelah ditanyai lebih lanjut, keluarganya mengetahui bahwa Pono juga dipaksa bergabung dengan [[Pembela Tanah Air]] (PETA) namun ditolaknya. Sri memutuskan pertunangan mereka karena tidak mau menikahi seorang pecundang. Ia berkata bahwa seandainya ia laki-laki, ia pasti langsung bergabung. Aminah mengira Mahmud juga menolak bergabung.
Aminah dan ibunya pergi melihat anak Aminah, sementara Sri ditinggalkan di ruang tamu dan ayahnya terus membaca koran. Mahmud datang dan diam-diam meminta Sri membantunya. Mahmud mengungkapkan bahwa ia telah mendaftar di PETA beberapa minggu sebelumnya dan akan ikut latihan malam itu juga, tetapi tidak yakin dengan sikap Aminah. Sri mengatakan akan memberitahu kakaknya dan menyembunyikan Mahmud di lemari. Setelah Sri meninggalkan ruangan, Supono dan Aminah masuk dari pintu yang lain. Supono tidak menyadari bahwa ia punya masalah yang sama dengan Mahmud dan Aminah meyakinkannya untuk bersembunyi di bawah meja. Aminah pun hendak menanyai Sri.
Aminah dan Sri bertemu di ruang tamu dan membicarakan bagaimana perasaan mereka seandainya kekasihnya ikut latihan PETA. Sri mencemooh keberanian Supono dan mengatakan ia takkan mau melakukannya. Aminah merasakan hal yang sama pada Mahmud. Pada akhirnya mereka memutuskan setuju. Mendengar hal itu, Mahmud dan Supono keluar dari persembunyian dan berteriak, "Hiduplah, Srikandi Indonesia!". Mereka semua terkejut senang. Sri dan Supono pun menyiapkan pernikahan dalam waktu singkat. Namun orang tua Aminah dan Sri khawatir setelah mendengar kedua pria ini akan bergabung dengan PETA.{{efn|Ringkasan alur ini berasal dari lakon yang telah diterbitkan.}}
== Tokoh ==
* Mahmud, suami Aminah
* Aminah, istri Mahmud dan kakak Sri
* Sri, adik Aminah dan tunangan Supono
* Supono, tunangan Sri
* Orang tua Aminah dan Sri
== Penulisan dan penerbitan ==
''Kami, Perempoean'' ditulis oleh [[Armijn Pane]], jurnalis dan penulis kelahiran [[Sumatra]]. Sebelum [[Sejarah Nusantara (1942-1945)|pendudukan Jepang]] di [[Hindia Belanda]] dimulai tahun 194, Pane sudah duluan tenar melalui pendirian majalah ''[[Poedjangga Baroe]]'' tahun 1933 dan penerbitan novel ''[[Belenggu (novel)|Belenggu]]'' tahun 1940.{{sfn|JCG, Armijn Pane}} [[Lakon panggung]] pertamanya, ''Lukisan Masa'', dipentaskan dan diterbitkan bulan Mei 1937.{{sfn|Oemarjati|1971|pp=110–11}}
Pada tahun 1942, Pane, El Hakim (pseud. Aboe Hanifah), dan [[Usmar Ismail]] adalah para penulis lakon paling berpengaruh di Jawa. Karya-karya mereka bercerita tentang politik, rasa nasionalisme, dan pengaruh lingkungan, terutama tradisi, etika, dan agama.{{sfn|Oemarjati|1971|pp=110–11}} Seperti halnya ''Kami, Perempoean'', karya-karya ini didasarkan pada peristiwa sehari-hari dan menampilkan rakyat jelata, berbeda dengan cerita-cerita sebelumnya yang didasarkan pada mitologi dan kisah dewa-dewi.{{sfn|Soemanto|1999|p=40}}
Setelah dibuka tanggal 1 April 1943, Pane menjabat sebagai kepala departemen sastra di Poesat Keboedajaan ([[bahasa Jepang]]: {{nihongo|''Keimin Bunka Shidōsho''|啓民文化指導所}}) yang terletak di [[Jakarta]]. Lembaga ini bertugas menyebarkan paham pro-Jepang dan pro-[[Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya|Asia Raya]]. Sejumlah lakon panggung ditulis untuk mempromosikan ide-ide [[Kekaisaran Jepang]], termasuk ''Ratoe Asia'' karangan [[Rd. Ariffien]] dan beberapa karya Hinatsu Eitaro dan D. Suradji.{{sfn|Sumardjo|1992|pp=135–136}}
''Kami, Perempoean'' dipentaskan perdana tahun 1943 di Jakarta. Lakon ini juga dipentaskan berkali-kali pada tahun yang sama di Jakarta dan daerah lain di Jawa.{{sfn|Pane|1950b|p=119}} Pada tahun 1950, Pane memasukkan ''Kami, Perempoean'' ke buku ''Djinak-Djinak Merpati dengan Tjerita<sup>2</sup> Sandiwara Lain'', koleksi lakon panggung karyanya.{{sfn|Pane|1950b|p=119}} Di buku ini, Pane menghapus adegan dua tetangga mengunjungi keluarga beserta seluruh percakapannya. Pane menganggap adegan ini anti-klimaks dan judul lakon ini lebih layak digunakan tanpa adegan tersebut.{{sfn|Pane|1950b|p=3}} Perubahan kecil lainnya adalah penghilangan nama-nama musuh Jepang saat Perang Dunia II.{{sfn|Pane|1950a|p=4}}
== Tema ==
Kritikus sastra Indonesia Boen Sri Oemarjati menyebut ''Kami, Perempoean'' sebagai kisah romansa yang menunjukkan keteguhan dan kejantanan bangsa Indonesia. Meski begitu, ia menyimpulkan bahwa karya ini adalah propaganda dan meringkas pesannya menjadi, "wanita-wanita yang bersemangat [[Srikandi]], dengan sendirinya menginginkan suaminya pun sejantan hati mereka",{{efn|Teks asli: "''Wanita-wanita jang bersemangat Srikandi, dengan sendirinja menginginkan suaminjapun sedjantan hati mereka.''"}} sehingga mereka harus bergabung dengan PETA.{{sfn|Oemarjati|1971|pp=131–32}} M. Yoesoef dari [[Universitas Indonesia]] mengelompokkan lakon ini sebagai kendaraan propaganda yang menekankan tema wanita yang merelakan orang-orang yang dicintainya bergabung dengan PETA demi kepentingan bangsa.{{sfn|Yoesoef|2010|p=14}}
Chris Woodrich dari [[Universitas Gadjah Mada]] berpendapat bahwa lakon ini adalah peringatan terselubung yang menolak klaim PETA sebagai organisasi nasionalis. Melihat posisi Pane di Poesat Keboedajaan, Woodrich berpendapat Pane sudah menyadari tujuan utama pemerintah pendudukan Jepang untuk PETA, yaitu membantu melindungi kepulauan Indonesia dari [[Sekutu pada Perang Dunia II|Sekutu]] jika diperlukan, pesan yang harus disampaikan secara diam-diam dikarenakan posisi Pane dan penyensoran ketat oleh pemerintah pendudukan Jepang.{{sfn|Woodrich|2013|p=15}} Woodrich merujuk pada ayah Aminah, mantan karyawan pemerintah kolonial Belanda, dan menganggap penolakan tokoh tersebut untuk bergabung dengan PETA agar bisa hidup aman dan nyaman di rumah sebenarnya didasarkan pada pemahaman pola pikir kolonial dan disampaikan dengan cara lain melihat ketakutan sang ayah terhadap pemerintah Jepang.{{sfn|Woodrich|2013|p=19}}
== Catatan penjelas ==
{{notelist}}
== Referensi ==
{{refs|30em}}
== Sumber ==
{{refbegin|40em}}
* {{Cite web
|title=Armijn Pane
|language=Indonesia
|work=Encyclopedia of Jakarta
|publisher=Pemerintah Kota Jakarta
|url=http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/780/Armijn-Pane
|archivedate=2013-11-10
|archiveurl=https://web.archive.org/web/20131110052259/http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/780/Armijn-Pane
|accessdate=11 November 2013
|ref={{sfnRef|JCG, Armijn Pane}}
|dead-url=yes
}}
* {{Cite book
|last=Oemarjati
|first=Boen Sri
|title=Bentuk Lakon dalam Sastra Indonesia
|language=Indonesia
|year=1971
|ref=harv
|oclc=2521044
|publisher=Gunung Agung
|location=Jakarta
}}
* {{Cite book
|chapter=Kata Pendahuluan
|language=Indonesia
|last=Pane
|first=Armijn
|title=Djinak-Djinak Merpati dengan Tjerita<sup>2</sup> Sandiwara Lain
|publisher=Balai Pustaka
|location=Jakarta
|year=1950a
|oclc=30063049
|ref=harv
|pages=3–5
}}
* {{Cite book
|chapter=Kami, Perempuan
|last=Pane
|language=Indonesia
|first=Armijn
|title=Djinak-Djinak Merpati dengan Tjerita<sup>2</sup> Sandiwara Lain
|publisher=Balai Pustaka
|location=Jakarta
|year=1950b
|oclc=30063049
|ref=harv
|pages=119–32
}}
* {{Cite journal
|title=Realisme dalam Jagat Teater
|language=Indonesia
|journal=Humaniora
|issue=11
|month=Mei–Agustus
|year=1999
|last=Soemanto
|first=Bakdi
|pages=34–51
|ref=harv
}}
* {{cite book
|title=Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama Indonesia
|language=Indonesia
|last=Sumardjo
|first=Jakob
|year=1992
|location=Bandung
|publisher=Citra Aditya Bakti
|ref=harv
|isbn=978-979-414-615-6
}}
* {{cite journal
|title=Nilai Nasionalisme yang Terkandung dalam ''Kami, Perempuan'' Karya Armijn Pane: Kajian Poskolonial
|language=Indonesia
|work=Sintesis
|volume=7
|issue=1
|year=2013
|month=Maret
|pages=14–21
|last=Woodrich
|first=Chris
|ref=harv
}}
* {{Cite journal
|title=Drama di Masa Pendudukan Jepang (1942–1945): Sebuah Catatan tentang Manusia Indonesia di Zaman Perang
|language=Indonesia
|journal=Makara
|issue=1
|volume=14
|month=Juli
|year=2010
|last=Yoesoef
|first=M.
|pages=11–16
|ref=harv
|url=http://journal.ui.ac.id/index.php/humanities/article/viewFile/566/562
|access-date=2013-11-12
|archive-date=2018-07-28
|archive-url=https://web.archive.org/web/20180728101704/https://media.neliti.com/media/publications/4276-ID-plays-in-japanese-occupation-period-19421945-some-notes-about-indonesian-people.pdf
|dead-url=yes
}}
{{refend}}
[[Kategori:Lakon Indonesia]]
[[Kategori:Lakon tahun 1943]]
|