Ubat Ramuon Orang Rimbo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rizkynandi (bicara | kontrib)
Paragraf awal, akan dikerjakan secepatnya
Tag: tanpa kategori [ * ]
 
k Referensi: clean up
 
(7 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Ubat Ramuon Orang Rimbo''' adalah pengetahuan dari [[Suku Kubu|Orang Rimba]] dalamatau mengenalyang berbagaijuga obat-obatandikenal yangsebagai berasal[[Suku dariKubu]] atau Suku Anak Dalam dalam menggunakan tanaman sebagai ramuan obat-obatan. Orang Rimba telah lama mengetahui dan membedakan berbagai jenis tanaman, khususnya tanaman yang mempunyai khasiat mengobati orang sakit. Pengetahuan turun temurun ini juga pernah beberapa kali diteliti, khasiatsalah tanamansatunya yang termasuk Ubat Ramuon. Misalnyaadalah penelitian gabungan yang melibatkan LIPI, IPB, UI dan KKI-Warsi pada 1999.<ref>{{Cite web|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=466|title=Ubat Ramuon Orang Rimbo|last=anonim|first=|date=2017|website=warisanbudaya.kemdikbud.go.id|publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI|access-date=4 Maret 2019}}</ref>
{{sedang ditulis}}
 
'''Ubat Ramuon Orang Rimbo''' adalah pengetahuan dari Orang Rimba dalam mengenal berbagai obat-obatan yang berasal dari tanaman. Orang Rimba telah lama mengetahui dan membedakan berbagai jenis tanaman,khususnya tanaman yang mempunyai khasiat mengobati orang sakit. Pengetahuan turun temurun ini juga pernah beberapa kali diteliti khasiat tanaman yang termasuk Ubat Ramuon. Misalnya penelitian gabungan yang melibatkan LIPI, IPB, UI dan KKI-Warsi pada 1999.
Penggunaan tanaman sebagai ramuan obat-obatan tidak hanya diketahui Orang Rimba, tetapi suku besar seperti Suku Jawa juga mengenalnya. Suku Jawa mengenal jamu sebagai obat atau suplemen herbal yang sampai sekarang masih terkenal di kalangan orang Indonesia. Perbedaan yang cukup mencolok adalah cara hidup Orang Rimba yang sebagian besar masih [[nomaden]] dibandingkan suku lainnya yang sudah tinggal menetap. Tanaman obat yang mereka kenal sebagian besar masih liar, jika dibandingkan penduduk yang telah membudidayakan tanaman obatnya.
 
Pengetahuan akan tanaman obat ini tidak lepas dari sifat Orang Rimba yang tertutup dan menjauhi diri dari orang luar. Suatu ketika, pernah terjadi suatu epidemi yang mengancam keberadaan Orang Rimba karena masuknya penyakit cacar yang dibawa orang luar. Kondisi tersebut membuat mereka mencari obat dari alam dan dtambah dengan metode penyembuhan yang berasa dari nenek moyang.
 
Gustina Indriati mencatat ada 39 jenis tumbuhan yang digunakan untuk mengobati 27 jenis penyakit yang diketahui oleh Suku Anak Dalam yang tinggal di Desa Tabun, Kecamatan VII Koto, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi. 27 penyakit yang masuk ke dalam list di antaranya dari disentri, malaria, maag, sakit gigi hingga kanker.<ref>{{Cite journal|last=Indriati|first=Gustina|date=Juni 2014|title=Etnobotani Tumbuhan Obat yang Digunakan Suku Anak Dalam di Desa Tabun Kecamatan VII Koto Kabupaten Tebo Jambi|url=https://media.neliti.com/media/publications/129146-ID-etnobotani-tumbuhan-obat-yang-digunakan.pdf|journal=Sainstek|volume=VI|issue=No. 1|doi=|pmid=|access-date=4 Maret 2019}}</ref> Cara penggunaannya ada yang digunakan secara tunggal atau diurutkan. Mereka juga mengenal berbagai metode pemakaian seperti ditempelkan ke bagian tubuh yang sakit; digerus lalu direbus dan diminumairnya; dibakar atau dilayukan di atas perapian.
 
== Referensi ==
<references />
 
[[Kategori:Budaya Indonesia]]
 
 
{{budaya-stub}}