Wanita hilang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Muhammad Afif (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Aggi Elsa Nelle (bicara | kontrib)
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan.
 
(28 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{inuse}}
Istilah "'''Wanita Hilang'''" atau "perempuan yang hilang'''"''' menunjukkan berkurangnya jumlah perempuan karena berbagai sebab di suatu wilayah atau negara. Hal ini diukur berdasarkan perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan. Menurut teori yang berkembang, hal ini disebabkan oleh [[Aborsi selektif jenis kelamin|seks-selektif aborsi]], pembunuhan bayi perempuan, kesehatan dan gizi buruk bagi anak-anak perempuan. Para ahli berpendapat bahwa teknologi yang memungkinkan memilih jenis kelamin sebelum kelahiran bayi yang telah diperdagangkan sejak tahun 1970-an, adalah penyebab terbesar menurunnya jumlah anak-anak perempuan.<ref>{{Cite journal|last=Sen|first=A|year=2003|title=Missing women--revisited: reduction in female mortality has been counterbalanced by sex selective abortions|journal=British Medical Journal|volume=327|issue=7427|pages=1297–1299|doi=10.1136/bmj.327.7427.1297|pmc=286281|pmid=14656808}}</ref>
 
Baris 7 ⟶ 6:
Aid/IDRC</ref> Selain untuk kesehatan dan kesejahteraan perempuan, fenomena perempuan hilang telah menyebabkan jumlah laki-laki jauh lebih banyak dalam masyarakat dan pola pernikahan yang tidak seimbang.
 
Para peneliti berpendapat bahwa meningkatkan kesempatan pendidikan dan kesempatan kerja pada perempuan dapat membantu mengurangi jumlah wanita yang hilang. Namun dampak dari solusi kebijakan ini sangat berbeda antar negara karena tingkat perbedaan seksualitas antara budaya. Berbagai langkah-langkah internasional telah dilakukan untuk memerangi masalah perempuan yang hilang. Misalnya, untuk menyadarkan publik terhadap masalah perempuan yang hilang, [[Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi|OECD]] mengukur jumlah perempuan yang hilang melalui parameter "Son preference"  atau "pilihan anak" di indeks [[SIGI.]]
 
== Latar Belakang ==
Menurut Sen, meskipun wanita merupakan mayoritas dari populasi dunia, proporsi populasi perempuan di masing-masing negara bervariasi. Beberapa negara memiliki jumlah perempuan lebih sedikit daripada laki-laki. Hal Ini bertentangan dengan penelitian yang menyatakan bahwa perempuan cenderung memiliki tingkat kelangsungan hidup lebih baik daripada laki-laki meskipun memiliki jumlah nutrisi dan perhatian medis yang sama.<ref name=":0">{{cite journal|last=Waldron|first=Ingrid|year=1983|title=Sex differences in human mortality: The role of genetic factors|url=http://www.sciencedirect.com/science?_ob=ArticleURL&_udi=B6VBF-4665DFS-NT&_user=1047253&_coverDate=12%2F31%2F1983&_rdoc=1&_fmt=high&_orig=gateway&_origin=gateway&_sort=d&_docanchor=&view=c&_searchStrId=1708949007&_rerunOrigin=google&_acct=C000050919&_version=1&_urlVersion=0&_userid=1047253&md5=8bc4a448ab82f1c5a46dad1c803f2e00&searchtype=a|journal=Social Science & Medicine|volume=17|issue=6|pages=321–333|doi=10.1016/0277-9536(83)90234-4|accessdate=7 April 2011|archive-date=2020-04-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20200414043656/https://www.sciencedirect.com/science?_ob=ArticleURL&_udi=B6VBF-4665DFS-NT&_user=1047253&_coverDate=12%2F31%2F1983&_rdoc=1&_fmt=high&_orig=gateway&_origin=gateway&_sort=d&_docanchor=&view=c&_searchStrId=1708949007&_rerunOrigin=google&_acct=C000050919&_version=1&_urlVersion=0&_userid=1047253&md5=8bc4a448ab82f1c5a46dad1c803f2e00&searchtype=a|dead-url=yes}}</ref> Untuk mengetahui perbedaan ini dari rasio seks alami, hitungan "wanita hilang" diukur sebagai perbandingan jenis kelamin pria ke wanita atau sebaliknya dibandingkan dengan rasio jenis kelamin alami. Tidak seperti tingkat kematian perempuan, perkiraan "wanita yang hilang" mencakup jumlah aborsi, yang menurut Sen sebagai faktor besar yang berkontribusi terhadap perbedaan rasio jenis kelamin di berbagai negara. Selanjutnya, tingkat kematian perempuan gagal memperhitungkan efek antargenerasi dari diskriminasi perempuan, sementara perbandingan rasio jenis kelamin suatu negara dengan rasio seks alami akan meningkat.<ref name=":1">{{Cite journal|last=Klasen|first=Stephan|last2=Wink|first2=Claudia|date=2003|title=Missing women: Revisiting the Debate|url=|journal=Feminist Economics|issue=9(2-3)|pages=263–299|doi=|pmid=}}</ref>
 
Penelitian asli Sen menemukan bahwa walaupun ada lebih banyak wanita daripada laki-laki di negara-negara Eropa dan Amerika Utara (sekitar 0,98 pria sampai 1 wanita di sebagian besar negara), rasio jenis kelamin negara-negara berkembang di Asia, dan juga Timur Tengah, jauh lebih tinggi (dalam jumlah laki-laki untuk masing-masing perempuan). Misalnya, di China, perbandingan pria terhadap wanita adalah 1,06, jauh lebih tinggi daripada negara lainnya. Perbandingan ini jauh lebih tinggi daripada yang lahir setelah tahun 1985, ketika [[Ultrasonik|usgUSG]] teknologi tersedia secara luas. Dengan menggunakan data termutakhir, menunjukkan bahwa di China terdapat 50 juta wanita "hilang" - yang seharusnya ada tapi tidak ada. Ditambahkan dengan jumlah yang sama dari [[Asia Selatan]] dan Barat menghasilkan sejumlah wanita "hilang" lebih dari 100 juta orang. Menurut Sen, "Angka-angka ini memberi tahu kita, secara diam-diam, sebuah kisah mengerikan tentang ketidaksetaraan dan kelalaian yang menyebabkan kematian manusia secara berlebihan."
 
=== Prediksi Jumlah Wanita Hilang ===
Sejak penelitian asli Sen, penelitian lanjutan di lapangan telah menghasilkan perkiraan yang bervariasi mengenai jumlah total wanita yang hilang. Sebagian besar variasi ini disebabkan oleh asumsi yang mendasari rasio kelahiran bayi "normal" dan tingkat kematian pasca melahirkan.
 
Perhitungan Sen menggunakan data tahun 1980-an dan 1990-an untuk wanita hilang dengan rasio jenis kelamin rata-rata di Eropa Barat dan Amerika Utara sebagai rasio jenis kelamin alami. Dengan mengasumsikan bahwa di negara-negara ini, pria dan wanita mendapat perawatan yang sama. Setelah penelitian lebih lanjut, dia memperbarui angka-angka ini dengan rasio seks Afrika Sub-Sahara. Dengan menggunakan rasio seks di negara-negara ini sebagai data dasar dan populasi pria-wanita dari negara lain sebagai data, dia menyimpulkan bahwa lebih dari 100 juta wanita hilang, terutama di Asia.<ref>{{Cite journal|last=Sen|first=Amartya|year=1990|title=More than 100 million women are missing.|journal=The New York Review of Books|volume=37}}</ref> Namun, belakangan menunjukkan bahwa Eropa cenderung memiliki tingkat mortalitas laki-laki yang lebih tinggi karena banyak perang dan umumnya merupakan perilaku berisiko. Hal ini disebabkan oleh pekerja laki-laki bermigrasi dari daerah pedesaan ke perkotaan, ke luar negeri, dan perang dunia. Budaya "maskulinitas tinggi" ada di negara-negara ini, sementara di sisi lain, negara seperti India, tradisi mengenai perlakuan diskriminatif terhadap anak perempuan lebih kuat dari akhir 1950 sampai pertengahan 1980-an.<ref name=":2">{{cite journal|last=Coale|first=Ansley|year=1991|title=Excess Female Mortality and the Balance of the Sexes in the Population: An Estimate of the Number of "Missing Females|url=https://archive.org/details/sim_population-and-development-review_1991-09_17_3/page/517|journal=Population and Development review|series=3|volume=17|pages=517–523|doi=10.2307/1971953}}</ref>
 
Sebagai hasil dari perbedaan antara negara-negara ini, demograf Amerika, Coale kembali memperkirakan jumlah asli wanita yang hilang dari Sen menggunakan metodologi yang berbeda. Dengan menggunakan data dari Tabel Kehidupan Model Regional (Regional Model Life Tables) yang merupakan metode buatannya. Coale menemukan bahwa rasio jenis kelamin pria ke wanita alami, yang memperhitungkan tingkat kesuburan dan keadaan negara yang berbeda, memiliki nilai yang diharapkan sebesar 1,059. Dengan menggunakan nomor tersebut, dia kemudian mencapai perkiraan 60 juta wanita hilang, jauh lebih rendah dari perkiraan asli Sen. Namun, beberapa tahun kemudian, [http://wiki-goettingen.de/index.php?title=Stephan_Klasen Klasen] menghitung ulang jumlah perempuan yang hilang menggunakan metode Coale dengan data yang diperbarui. Ia menemukan 69.3 juta perempuan yang hilang. Lebih tinggi dari Coale ini perkiraan semula.<ref>{{Cite journal|last=Klasen|first=Stephan|date=1994|title="Missing Women" reconsidered|journal=Word Development|issue=22(7)|pages=1061–1071}}</ref> Dia juga mencatat masalah dengan Model Model Life Tables; didasari pada negara-negara dengan tingkat kematian perempuan yang lebih tinggi, yang membuat Coale kehilangan jumlah wanita hilang lebih sedikit. Klasen dan Wink mencatat bahwa metodologi Sen dan Coale cacat karena Sen dan Coale berasumsi bahwa rasio seks yang optimal konstan sepanjang waktu dan ruang, yang seringkalisering kali tidak mereka rasakan.
 
Klasen dan Wink melakukan penelitian pada tahun 2003 dengan data sensus yang diperbarui. Dengan menggunakan harapan hidup untuk instrumen rasio seks saat lahir (yang memperhitungkan rasio seks non-konstan serta bias dari Tabel Kehidupan Model Regional), mereka memperkirakan 101 juta wanita hilang di seluruh dunia. Kesimpulannya, mereka menemukan tren yang menunjukkan bahwa Asia Barat, Afrika Utara dan sebagian besar Asia Selatan memiliki rasio seks yang setara, sedangkan rasio China dan Korea Selatan memburuk. Faktanya, Klasen dan Wink mencatat bahwa China bertanggungjawab atas 80% kenaikan perempuan yang hilang antara tahun 1994 dan 2003. Aborsi selektif digunakan sebagai alasan karena ketiadaan perbaikan di India dan China, sementara peluang pendidikan dan ketenagakerjaan perempuan meningkat sebagai alasan untuk peningkatan rasio di negara-negara dengan rasio rendah lainnya seperti Sri Lanka.<ref>{{Cite journal|last=Klasen|first=Stephan|last2=Claudia Wink|date=2002|title=A turning point in gender bias in mortality? An update on the number of missing women|url=https://archive.org/details/sim_population-and-development-review_2002-06_28_2/page/285|journal=Population and Development Review|series=2|volume=28|pages=285–312|doi=10.1111/j.1728-4457.2002.00285.x}}</ref> Klasen dan Wink juga mencatat bahwa ada hal yang serupa dengan hasil Sen dan Coale, Pakistan memiliki persentase perempuan hilang terbanyak di dunia dibandingkan dengan total populasi wanita pra-dewasa.<ref>{{Cite journal|last=Klausen|first=Stephan|last2=Wink|first2=Claudia|year=2003|title=Missing Women: Revisiting the Debate|journal=Feminist Economics|volume=9|page=270|doi=10.1080/1354570022000077999}}</ref>
 
Perkiraan selanjutnya cenderung memiliki jumlah wanita hilang yang lebih banyak. Sebagai contoh, sebuah penelitian dipada tahun 2005 memperkirakan bahwa lebih dari 90 juta perempuan "hilang" dari populasi yang diharapkan di [[Afganistan|Afghanistan]], [[Bangladesh]], [[Republik Rakyat Tiongkok|Cina]], [[India]], [[Pakistan]], [[Korea Selatan]] dan [[Republik Tiongkok|Taiwan]].<ref name="hudsonboer">VALERIE M. HUDSON and ANDREA M. DEN BOER [http://kar.kent.ac.uk/11409/1/WW-missingwomen-05.pdf Missing Women and Bare Branches: Gender Balance and Conflict] ECSP Report, Issue 11</ref> Di sisi lain, Guilmoto dalam laporannya tahun 2010 menggunakan data terbaru (kecuali untuk Pakistan), dan memperkirakan jumlah gadis hilang yang jauh lebih rendah di negara-negara Asia dan non-Asia, namuntetapi mencatat bahwa rasio seks yang lebih tinggi di banyak negara telah menciptakan gender kesenjangan (kekurangan anak perempuan) pada kelompok usia 0-19 tahun. Tabel di bawah ini merupakan hasilnya:
{| class="wikitable sortable" style="margin-bottom: 10px;"
! '''Negara'''
! '''Kesenjangan Gender'''<br>
0-19 kelompok umur (tahun 2010)<ref name="czg">Christophe Z Guilmoto, [https://www.unfpa.org/webdav/site/global/shared/documents/Guilmoto_Revised_presentation_Hanoi_Oct2011.pdf Sex imbalances at birth Trends, consequences and policy implications] {{Webarchive|url=https://wayback.archive-it.org/all/20120604063319/https://www.unfpa.org/webdav/site/global/shared/documents/Guilmoto_Revised_presentation_Hanoi_Oct2011.pdf |date=2012-06-04 }} Error in webarchive template: Check <code style="color:inherit; border:inherit; padding:inherit;">&#x7C;url=</code> value. Empty.
United Nations Population Fund, Hanoi (October 2011)</ref>
! %<br>
Baris 70 ⟶ 69:
 
=== Perbedaan di berbagai negara ===
Bahkan di dalam negara, perempuan yang hilang dapat bervariasi secara drastis. Das Gupta mengamati bahwa anak laki-laki dan kekurangan anak perempuan yang dihasilkan lebih terasa di daerah seperti [[Haryana]] dan [[Punjab (India)|Punjab]], India yang lebih maju dibandingkan daerah-daerah miskin lainnya. Prasangka ini paling banyak terjadi di kalangan wanita dan ibu berpendidikan dan makmur di dua wilayah tersebut. Di wilayah Punjab, anak perempuan tidak mendapat perlindungan ketat jika seorang gadis lahir sebagai anak pertama di keluarga tertentu. Pada saat itu orangtuaorang tua masih memiliki harapan tinggi untuk mendapatkan anak laki-laki. Namun, kelahiran anak perempuan berikutnya tidak disukai, karena setiap kelahiran tersebut mengurangi kesempatan keluarga memiliki anak laki-laki. Karena lebih banyak wanita kaya dan berpendidikan akan memiliki keturunan lebih sedikit. Sejak munculnya USG dan teknik lainnya semakin memungkinkan memprediksi lebih awal jenis kelamin anak, keluarga yang lebih makmur memilih aborsi jika perkiraan menunjukkan anaknya perempuan. Bahkan ketika anak perempuan itu lahir, keluarga tersebut akan mengurangi kesempatan bertahannya dengan tidak menyediakan perawatan medis atau gizi yang memadai. Akibatnya, di India ada lebih banyak perempuan hilang di daerah perkotaan yang sedang berkembang, daripada di daerah pedesaan.<ref name="Rosenberg">[https://www.nytimes.com/2009/08/23/magazine/23FOB-idealab-t.html?_r=1&scp=1&sq=The%20Daughter%20Deficit&st=cse "The Daughter Deficit"] by Tina Rosenberg, The New York Times Magazine, August 23, 2009.</ref><ref>{{Cite journal|last=Das Gupta|first=Monica|date=2005|title=Explaining Asia's "Missing Women": A New Look at the Data|journal=Population and development review|issue=31(3)|pages=529–535}}</ref>
 
Di sisi lain, daerah pedesaan di China memiliki masalah perempuan yang hilang lebih besar daripada di daerah perkotaan. hal itu juga didukung oleh program Pemerintah China atas kebijakan satu anak. Daerah perkotaan telah terbukti lebih mudah untuk menerapkan kebijakan tersebut karena sistem Danwei, populasi perkotaan umumnya berpendidikan - memahami bahwa satu anak lebih mudah dirawat dan tetap sehat daripada dua. Di daerah pedesaan dimana pertanian dan pasangan bergantung pada keturunan laki-laki untuk merawatnya di usia tua, anak laki-laki lebih disukai perempuan.
 
Bahkan [[negara maju]] menghadapi masalah dengan wanita yang hilang. Bias terhadap anak perempuan sangat nyata di kalangan negara-negara yang didominasi kelas menengah yang relatif maju ([[Republik Tiongkok|Taiwan]], [[Korea Selatan]], [[Singapura]], [[Armenia]], [[Azerbaijan]], [[Georgia]]) dan imigran masyarakat Asia di [[Amerika Serikat]] dan [[Britania Raya|Inggris]]. Hanya baru-baru ini dan di beberapa negara (terutama Korea Selatan) memiliki kampanye pengembangan dan pengajaran mulai berubah arah, menghasilkan rasio gender yang lebih normal.
 
=== Upaya Mengelabui Data ===
Beberapa bukti menunjukkan bahwa di Asia, terutama di Cina dengan [[Kebijakan satu anak|kebijakan satu-anak]], perilaku kesuburan, kematian bayi, dan informasi kelahiran perempuan mungkin disembunyikan atau tidak dilaporkan. Alih-alih kebijakan memperluas kesempatan perempuan untuk mendapatkan kebijakan ketenagakerjaan yang menguntungkan, dari tahun 1979 dan seterusnya, kebijakan satu anak telah menambahkan preferensi anak laki-laki yang menyebabkan jumlah perempuan hilang terbanyak di negara manapun.<ref>{{Cite journal|last=Bulte|first=Erwin|last2=Nico Heenrink|last3=Xiaobo Zhang|date=2011|title=China's One‐Child Policy and ‘the Mystery of Missing Women': Ethnic Minorities and Male‐Biased Sex Ratios*.|journal=Oxford Bulletin of Economics and Statistics|series=1|volume=73|pages=21–39|doi=10.1111/j.1468-0084.2010.00601.x}}</ref>
Karena orang tua sangat ingin memiliki anak laki-laki dan hanya diperbolehkan satu anak, beberapa wanita kelahiran pertama tidak dilaporkan dengan harapan anak mereka berikutnya akan menjadi anak laki-laki.<ref>{{Cite journal|last=Merli|first=Giovanna|last2=Adrian E. Raftery|year=2000|title=Are births underreported in rural China? Manipulation of statistical records in response to China's population policies.|url=https://archive.org/details/sim_demography_2000-02_37_1/page/109|journal=Demography|series=1|volume=37|issue=1|pages=109–126|doi=10.2307/2648100|pmid=10748993}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Goodkind|first=Daniel|year=2011|title=Child underreporting, fertility, and [[sex ratio]] imbalance in [[China]].|journal=Demography|series=1|volume=48|pages=291–316|doi=10.1007/s13524-010-0007-y}}</ref> Anak-anak yang bertahan hidup yang tidak dilaporkan menderita karena tidak memiliki akses terhadap [[asuransi kesehatan]], kesempatan menerima dan pendidikan yang lebih rendah dan sering hidup dengan perasaan bahwa mereka membebani keluarga mereka.
 
== Perbedaan Argumen ==
Baris 87 ⟶ 86:
 
==== Menurunnya jumlah wanita ====
[[Berkas:Sex_ratio_over_65_per_country_smooth_2.png|jmpl|450x450px|Rasio jenis kelamin oleh negara untuk penduduk berusia di bawahatas 1565 tahun. Warna merah merupakan negara-negara yang memiliki penduduk mayoritas perempuan, sedangkan warna biru merupakan negara-negara yang memiliki penduduk laki-laki.]]
Menurut model konflik kooperatif Sen,<ref name="Model">{{Cite journal|last=Sen|first=Amartya|year=1987|title=Gender and cooperative conflicts.|journal=Helsinki: World Institute for Development Economics Research}}</ref> hubungan dalam rumah tangga dicirikan oleh kerjasama dan konflik: kerja sama dalam penambahan sumber daya dan konflik dalam pembagian sumber daya di antara rumah tangga. Proses intra-rumah tangga ini dipengaruhi oleh persepsi kepentingan, kontribusi dan kesejahteraan seseorang.
 
Biasanya, laki-laki yang memiliki hak kepemilikan tanah, lebih berpeluang dalam hal ekonomi dan tidak banyak bersentuhan dalam mengurus anak. Posisi ini lebih baik daripada posisi wanita yang bergantung pada suaminya untuk mendapatkan tanah dan pendapatan. Menurut kerangka kerja ini, ketika perempuan tidak memiliki persepsi akan kepentingan pribadi dan memiliki kepedulian yang lebih besar terhadap ketidaksetaraan gender keluarga mereka dipertahankan. Menurut kerangka kerja ini, perempuan tidak memiliki persepsi akan kepentingan pribadi dan tidak memiliki kepedulian terhadap [[kesetaraan gender]] dalam keluarga mereka. Sen berpendapat bahwa rendahnya daya tawar perempuan dalam keputusan rumah tangga berpengaruh terhadap kekurangan populasi perempuan di Asia Timur..
 
==== Hilangnya anak-anak perempuan ====
[[Berkas:Sex_ratio_below_15_per_country_smooth_2.png|jmpl|450x450px|Rasio jenis kelamin oleh negara untuk penduduk berusia di bawah 15 tahun. MerahWarna merah mewakili lebih banyak perempuan, Warna biru mewakili lebih banyak laki-laki daripada rata-rata dunia 1.06 laki-laki/perempuan.]]
Sen menyarankan bahwa di daerah dengan proporsi wanita hilang yang tinggi, perawatan dan gizi pada anak perempuan selalu berhubungan dengan pandangan masyarakat. Orang tua, bahkan ibu, sering menghindari anak perempuan karena budaya patriarki tradisional di negara-negara dimana penghapusan perempuan berlangsung. Anak laki-laki lebih dihargai di daerah ini karena mereka dipandang memiliki masa depan yang produktif secara ekonomi sedangkan perempuan tidak. Seiring bertambahnya usia orangtuaorang tua, mereka dapat mengharapkan lebih banyak bantuan dan dukungan dari putra mereka daripada anak perempuan. Bahkan jika anak perempuandididik dan menghasilkan pendapatan yang signifikan, mereka tetap memiliki kemampuan terbatas untuk berinteraksi dengan keluarga mereka. Wanita juga seringkalisering kali tidak mendapatkan warisan.
 
Karena penilaian orang tua yang selektif terhadap anak perempuan, meskipun wanita mampu memperoleh kesehatan dan peluang ekonomi yang lebih baik di luar rumah, masalah wanita tetap ada. Khususnya, teknologi ultrasound telah memperburuk masalah kehilangan anak perempuan. Perawatan ultrasound memungkinkan orang tua untuk menyaring janin wanita yang tidak diinginkan sebelum mereka terlahir. Sen menyimpulkan bahwa bias terhadap wanita begitu "mengakar" sehingga perbaikan ekonomi dalam kehidupan rumah tangga hanya memungkinkan jika orangtuaorang tua menolak memiliki anak perempuan. Sen kemudian berpendapat bahwa alih-alih hanya meningkatkan hak ekonomi perempuan dan kesempatan dapat berkembang di luar rumah, upaya untuk meningkatkan kesadaran dan menghapuskan ketidaksetaraan gender terhadap anak perempuan perlu digalakkan.
 
==== Peran kesuburan ====
Rasio jenis kelamin alami saat lahir adalah sekitar 105 laki-laki berbanding 100 wanita.<ref>{{Cite journal|last=Guilmoto|first=C. Z.|year=2012|title=Skewed sex ratios at birth and future marriage squeeze in China and India, 2005–2100|url=https://archive.org/details/sim_demography_2012-02_49_1/page/77|journal=Demography|volume=49|issue=1|pages=77–100|doi=10.1007/s13524-011-0083-7}}</ref> Namun, karena aborsi, rasio jenis kelamin saat lahir di negara-negara dengan proporsi kehilangan wanita berkisar antara 108,5 di India hingga 121,2 di China. Karenanya, jumlah wanita yang hilang seringkalisering kali karena kehilangan anak perempuan.
 
Berbagai peneliti berpendapat bahwa menurunnya kesuburan juga berpengaruh terhadap masalah perempuan yang hilang secara intensif.<ref name=":8">Klasen, S. 2008. Missing Women: Some Recent Controversies on Levels and Trends in Gender Bias in Mortality. Ibero America Institute Discussion Paper No. 168. Forthcoming in Basu, K. and R. Kanbur (eds.) Arguments for a better world: Essays in honour of Amartya Sen. Oxford: Oxford University Press (forthcoming).</ref> Hal ini karena keluarga lebih menginginkan anak laki-laki. Penurunan kesuburan berarti keluarga tidak ingin memiliki anak dengan banyak jenis kelamin, namuntetapi hanya anak laki-laki tunggal. Meskipun demikian, penelitian Klasen telah menemukan bahwa selain di negara-negara yang mendukung keluarga berencana (yaitu China akibat [[Kebijakan satu anak|Kebijakan Satu Anak]]), kesuburan jarang dikaitkan dengan prevalensi yang lebih tinggi dari perempuan yang hilang. Klasen mencatat bahwa "di negara-negara di mana terjadi penurunan kesuburan yang sangat besar berarti telah menghilangkan wanita."
 
Selanjutnya, dalam sebuah penelitian yang membandingkan India dan Bangladesh, para peneliti menemukan bahwa kesuburan India yang menurun menyebabkan intensifikasi yang besar pada preferensi anak laki-laki. Hal tersebut meningkatkan jumlah wanita yang hilang, sementara penurunan kesuburan di Bangladesh menyebabkan penurunan perempuan yang hilang.
 
=== Hubungan Virus Hepatitis B dalam penurunan jumlah perempuan ===
Dalam disertasinya di [[Universitas Harvard|Harvard]], Emily Oster berpendapat bahwa hipotesis Sen tidak memperhitungkan tingkat prevalensi yang berbeda dari virus Hepatitis B antara Asia dan bagian lain dunia.<ref name="phd">{{Cite journal|last=Oster|first=Emily|year=2005|title=Hepatitis B and the Case of the Missing Women|url=http://home.uchicago.edu/~eoster/hepb.pdf|journal=Journal of Political Economy|volume=113|issue=6|pages=1163&ndash;12161163–1216|doi=10.1086/498588|access-date=2007-08-01|archive-date=2007-07-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20070703224905/http://home.uchicago.edu/~eoster/hepb.pdf|dead-url=yes}}</ref> Kawasan dengan tingkat infeksi Hepatitis B yang lebih tinggi cenderung memiliki rasio kelahiran laki-laki dan perempuan yang lebih tinggi karena alasan biologis yang belum dipahami dengan baik namun telah dipublikasikan secara luas.
 
Penyakit ini cukup jarang terjadi di AS dan Eropa. Penyakit ini mewabah di China dan sangat umum terjadi di wilayah lain di Asia. Oster berpendapat bahwa perbedaan prevalensi penyakit ini dapat mencapai sekitar 45% dari perkiraan "wanita yang hilang", dan bahkan mencapai 75% di China.
 
==== Pembantahan Teori Oster ====
Beberapa peneliti membantah teori Oster. Diantaranya Avraham Ebenstein, Skewness, dan Das Gupta.<ref name="avi">{{Cite journal|last=Ebenstein|first=Avraham Y.|date=February 2007|title=Fertility Choices and Sex Selection in Asia: Analysis and Policy|url=http://www.demog.berkeley.edu/~ebenstei/Ebenstein_Avraham_JM1.pdf|access-date=19 May 2009|journal=|archive-date=2007-07-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20070708071949/http://www.demog.berkeley.edu/~ebenstei/Ebenstein_Avraham_JM1.pdf|dead-url=yes}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Oster|first=Emily|author-link=Emily Oster|date=September 2005|title=Explaining Asia's "Missing Women": A New Look at the Data &ndash; Comment|url=http://home.uchicago.edu/~eoster/dasgupta.pdf|journal=Population and Development Review|volume=31|issue=3|pages=529, 535|doi=10.1111/j.1728-4457.2005.00082.x|access-date=19 May 2009|archive-date=2008-08-30|archive-url=https://web.archive.org/web/20080830045057/http://home.uchicago.edu/~eoster/dasgupta.pdf|dead-url=yes}}</ref> Namun, dalam sebuah penelitian tahun 2008 yang dipublikasikan di ''The American Economic Review'', Lin dan Luoh menggunakan data mengenai hampir 3 juta kelahiran di Taiwan dalam jangka waktu yang lama dan menemukan bahwa kemungkinan efek infeksi Hepatitis B pada kelahiran laki-laki sangat kecil. Hanya 0,25%.<ref>{{Cite journal|last=Lin|first=Ming-Jen|last2=Luoh|first2=Ming-Ching|year=2008|title=Can Hepatitis B Mothers Account for the Number of Missing Women? Evidence from Three Million Newborns in Taiwan|url=https://archive.org/details/sim_american-economic-review_2008-12_98_5/page/2259|journal=American Economic Review|volume=98|issue=5|pages=2259&ndash;732259–73|doi=10.1257/aer.98.5.2259}}</ref> Hal ini menunjukkan bahwa tingkat infeksi Hepatitis B pada ibu-ibu hamil tidak dapat menjelaskan menurunnya jumlah wanita.
 
Lin dan Luoh berpendapat bahwa infeksi yang terjadi pada para suami adalah penyebab tingginya perbedaan rasio kelahiran antara anak laki-laki dan perempuan. Data tersebut membuat Oester melakukan kolaborasi penelitian lanjutan bersama Lin dan Luoh. Mereka memeriksa 67.000 data kelahiran. 15% di antaranya mengalami penyakit Hepatitis B namun tidak menemukan adanay efek dari infeksi yang ditularkan oleh ayah maupun ibu dari para bayi tersebut. Akhirnya Oster menarik hipotesisnya.<ref name="revision">{{Cite web|url=http://home.uchicago.edu/~eoster/hbvnotecon.pdf|title=Hepatitis B Does Not Explain Male-Biased Sex Ratios in China|last=Oster|first=Emily|authorlink=Emily Oster|last2=Chen|first2=Gang|year=2008|access-date=19 May 2009|last3=Yu|first3=Xinsen|last4=Lin|first4=Wenyao|archive-date=2010-01-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20100118130724/http://home.uchicago.edu/~eoster/hbvnotecon.pdf|dead-url=yes}}</ref>
 
=== Penyakit lainnya ===
Dalam sebuah penelitian dipada tahun 2008, Anderson dan Ray mengklaim bahwa ada penyakit lain yang dapat menjelaskan "pelonjakan kematian perempuan" di Asia dan sub-Sahara Afrika.<ref name="Diseases">{{Cite journal|last=Anderson|first=Siwan|last2=Debraj Ray|year=2010|title=Missing women: age and disease.|url=http://restud.oxfordjournals.org/content/77/4/1262.short|journal=The Review of Economic Studies|series=4|volume=77|issue=4|pages=1262–1300|doi=10.1111/j.1467-937x.2010.00609.x}}</ref> Dengan membandingkan tingkat kematian relatif perempuan dengan laki-laki di negara maju ke negara yang bersangkutan, Anderson dan Ray menemukan bahwa 37% hingga 45% wanita yang hilang di China dapat dilacak pada faktor penghentian kelahiran dan pada saat kelahiran, sedangkan hanya sekitar 11 % wanita India yang hilang disebabkan oleh faktor yang sama. Mereka menemukan bahwa pada umumnya penyebab utama kematian perempuan di India adalah [[penyakit kardiovaskular]]. "Cedera" adalah nomor dua penyebab kematian perempuan di India. Kedua penyebab ini jauh lebih besar daripada angka kematian ibu melahirkan dan [[Gugur kandungan|aborsi]] janin.
 
Temuan mereka di China juga menghubungkan wanita usia tua yang meninggal dengan penyakit kardiovaskular dan penyakit tidak menular lainnya, yang menyebabkan melonjaknya kematian wanita. Namun, kelompok terbesar kematian perempuan adalah kelompok usia 0 hingga 4 tahun. Hal ini sesuai dengan Teori Sen.
 
Di sub-Sahara Afrika, Anderson dan Ray memiliki perbedaan data dengan Sen dalam menemukan sejumlah besar perempuan yang hilang. Sen menggunakan rasio jenis kelamin dari 1.022 orang di sub-Sahara Afrika. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2001. Sama seperti yang diyakini Sen, dalam penelitian itu mereka mereka tidak menemukan bukti yang menunjukkan bahwa wanita yang hilang tersebut melakukan aborsi. Untuk menghitung tingginya jumlah wanita muda yang hilang mereka menemukan bahwa [[AIDS|HIV/AIDS]] adalah penyebab utamanya, melebihi [[malaria]] dan kematian ibu. Anderson dan Ray memperkirakan tingkat kematian perempuan setiap tahunnya sebanyak 600.000 karena HIV / AIDS saja. Kelompok usia dengan jumlah wanita hilang terbanyak adalah rentang usia 20 tahun hingga 24 tahun dan 25 tahun hingga 29 tahun. Tingginya prevalensi HIV / AIDS tampaknya menunjukkan ketidakseimbangan akses perempuan terhadap perawatan kesehatan serta perbedaan sikap tentang norma seksual dan budaya..
 
Dalam sebuah artikel dipada tahun 2008, Eileen Stillwaggon, menunjukkan bahwa tingkat HIV / AIDS yang lebih tinggi adalah konsekuensi dari ketidaksetaraan gender yang mengakar di sub-Sahara Afrika. Di negara-negara di mana wanita tidak dapat memiliki hak properti, mereka berada dalam posisi lemah yang lebih genting, memiliki kekuatan tawar-menawar yang lebih sedikit untuk "bersikeras melakukan seks yang aman tanpa adanya bahaya ditinggalkan" oleh suami mereka.<ref name="Stillwaggon">{{Cite journal|last=Stillwaggon|first=Eileen|date=2008|title=Race, sex, and the neglected risks for women and girls in sub-Saharan Africa.|journal=Feminist Economics|series=4|volume=14|pages=67–86|doi=10.1080/13545700802262923}}</ref> Stillwaggon berpendapat bahwa wanita di sub-Sahara Afrika harus fokus meningkatkan sanitasi dan gizi bukan hanya memikirkan seks yang aman. Dengan demikian, perempuan menjadi lebih sehat serta kemungkinan terinfeksi HIV dan menularkan HIV ke pasangan pria menurun secara signifikan.
 
=== Penyebab alami perbedaan rasio jenis kelamin ===
Baris 130 ⟶ 129:
James memperingatkan bahwa bukti ilmiah yang ada bertentangan dengan asumsi dan kesimpulan di atas. Dia melaporkan bahwa ada kelebihan laki-laki saat lahir pada hampir semua populasi manusia dan rasio jenis kelamin alami saat lahir biasanya antara 102 berbanding 108. Namun, rasio tersebut dapat menyimpang secara signifikan dari kisaran ini dengan alasan alami seperti pernikahan dini dan kesuburan, ibu usia remaja, usia ibu rata-rata saat lahir, usia ayah, perbedaan usia antara ayah dan ibu, kelahiran akhir, etnisitas, stres sosial dan ekonomi, peperangan, efek lingkungan dan hormonal.<ref name="rjhmam">R. Jacobsen, H. Møller and A. Mouritsen, Natural variation in the human sex ratio, Hum. Reprod. (1999) 14 (12), pp 3120-3125</ref><ref name="tvlkjt">{{Cite journal|last=T Vartiainen|last2=L Kartovaara|last3=J Tuomisto|last-author-amp=yes|year=1999|title=Environmental chemicals and changes in sex ratio: analysis over 250 years in finland|journal=Environmental Health Perspectives|volume=107|issue=10|pages=813–815|doi=10.1289/ehp.99107813|pmc=1566625|pmid=10504147}}</ref> Mereka menyarankan agar data-data aborsi dikumpulkan dan dipelajari, mereka justru tidak menarik kesimpulan dari rasio jenis kelamin seperti yang dilakukan Sen dan yang lainnya.
 
Hipotesis James didukung oleh data rasio kelahiran berdasarkan sejarah sebelum penemuan teknologi untuk skrining kelamin menggunakan ultrasonografi yang diperdagangkan pada tahun 1960-an dan 1970-an, juga oleh rasio seks terbalik yang saat ini diamati di Afrika. Michel Garenne melaporkan bahwa banyak negara Afrika telah menyaksikan perbandingan kelahiran menurut jenis kelami antara anak laki-laki dna anak perempuan adalah di bawah 100 dengan jumlah anak perempuan lebih banyakdaripada anak laki-laki.<ref>Michel Garenne, Southern African Journal of Demography, Vol. 9, No. 1 (June 2004), pp. 91-96</ref> [[Angola]], [[Botswana]] dan [[Namibia]] telah melaporkan rasio seks kelahiran berkisar antara 94 : 99 yang awalnya diperkirakan 104 : 106 sebagai rasio jenis kelamin manusia alami.<ref>Michel Garenne, Southern African Journal of Demography, Vol. 9, No. 1 (June 2004), page 95</ref> John Graunt mencatat bahwa di London lebih dari 35 tahun pada abad ke-17 (1628-1662),<ref>RB Campbell, [https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11512687 John Graunt, John Arbuthnott, and the human sex ratio], Hum Biol. 2001 Aug;73(4):605-610</ref> kelahiran rasio jenis kelamin adalah 1.07; sementara catatan sejarah Korea menunjukkan rasio kelahiran seks 1,13, berdasarkan 5 juta kelahiran, pada tahun 1920 selama periode 10 tahun.<ref>Ciocco, A. (1938), Variations in the ratio at birth in USA, Human Biology, 10:36–64</ref>
 
=== Penculikan dan penjualan perempuan ===
Bukti lain yang menunjukkan bahwa jumlah wanita yang hilang mungkin karena alasan lain selain aborsi atau pekerjaan migran perempuan. Secara khusus, bayi perempuan, anak perempuan dan wanita telah menjadi mangsa dalam [[perdagangan manusia]]. Di Cina, keluarga kurang bersedia untuk menjual bayi laki-laki meskipun mereka membawa harga yang lebih tinggi dalam perdagangan. Wanita yang lahir melebihi kebijakan satu anak dapat dijual ke keluarga yang lebih kaya sementara orang tua mengklaim menjual bayi perempuan mereka lebih baik daripada alternatif lainnya.<ref name="N1">{{Cite book|title="A Broken Compact." China's Deep Reform: Domestic Politics in Transition|last=Pearson|first=Veronica|date=2006|page=431}}</ref>
 
Bahkan layanan adopsi di luar negeri untuk anak-anak China telah terlibat dalam perdagangan bayi berusaha mendapatkan keuntungan dari pengadopsian ini.<ref name="N3">{{Cite journal|last=Meier|first=Patricia J.|last2=Xiaole Zhang|date=2008|title=Sold into adoption: the Hunan baby trafficking scandal exposes vulnerabilities in Chinese adoptions to the United States|url=http://www.childtrafficking.com/Docs/meier_08_sold_adoption_1009.pdf|journal=Cumberland Law Review|volume=39|issue=87|access-date=2017-11-29|archive-date=2014-04-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20140413145141/http://www.childtrafficking.com/Docs/meier_08_sold_adoption_1009.pdf|dead-url=yes}}</ref> Suatu studi mencatat bahwa antara tahun 2002 hingga 2005 sekitar 1000 bayi yang diperdagangkan dalam bentuk adopsi, masing-masing bayi dijual seharga $ 3.000.00.<ref name="N2">{{Cite news|url=https://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2006/03/11/AR2006031100942.html|title=Stealing Babies for Adoption: With U.S. Couples Eager to Adopt, Some Infants Are Abducted and Sold in China|last=Goodman|first=Peter S.|date=Mar 12, 2006|work=Washington Post|newspaper=Washington Post|access-date=4/11/14}}More than one of <code style="color:inherit; border:inherit; padding:inherit;">&#x7C;work=</code> dan <code style="color:inherit; border:inherit; padding:inherit;">&#x7C;newspaper=</code> specified ([[Bantuan:CS1 errors#redundant parameters|bantuan]])
</ref> Untuk menjaga pasokan pengadopsian anak yatim tetap tersedia, panti asuhan dan rumah jompo mempekerjakan wanita sebagai pedagang bayi.
 
Secara keseluruhan, pelaporan dan perdagangan mungkin terlalu kecil untuk memperhitungkan jumlah mengejutkan dari wanita hilang di Asia Tenggara dan Afrika sub-Sahara meskipun hal ini mungkin saja terkait dalam berbagai faktor penyebab.
 
== Berbagai efek yang muncul ==
== Akibat ==
Beberapa penelitian juga mencatat bahwa pada pertengahan 1990-an, tren sebaliknya terjadi di wilayah Asia dimana rasio laki-laki terhadap perempuan pada awalnya tinggi. Namun perlahan jumlah perbandingan laki-laki menurun terhadap perempuan. Hal ini sejalan dengan penelitian Das Gupta.
 
=== Kesehatan masyarakat ===
Diskriminasi dan pengabaian perempuan tidak hanya mempengaruhi para perempuan. Sen menggambarkan efek [[Malagizi|malnutrisi]] perempuan dan bentuk diskriminasi lainnya terhadap kesehatan pria. Karena wanita hamil menderita kelalaian gizi, janin menderita, menyebabkan berat lahir rendah untuk bayi laki-laki dan perempuan. Studi medis telah menemukan hubungan yang dekat dengan berat lahir rendah dan [[penyakit kardiovaskular]] pada tahap selanjutnya dalam kehidupan. Sementara bayi perempuan dengan berat badan rendah berisiko mengalami kekurangan gizi. Ironisnya, Sen menunjukkan bahwa dalam beberapa dekade setelah kelahiran pria menderita penyakit kardiovaskular yang tidak proporsional.
 
Dengan pertumbuhan pendapatan per kapita yang tinggi di banyak bagian di India dan China selama akhir 1990an dan 2000an, rasio laki-laki / perempuan telah mulai beralih ke tingkat "normal".<ref>{{Cite journal|last=Dyson|first=Tim|year=2001|title=The Preliminary Demography of the 2001 Census of India|url=https://archive.org/details/sim_population-and-development-review_2001-06_27_2/page/341|journal=Population and Development Review|volume=27|issue=2|pages=341&ndash;356341–356|doi=10.1111/j.1728-4457.2001.00341.x}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Klasen|first=Stephan|last2=Wink|first2=Claudia|year=2002|title=A Turning Point in Gender Bias in Mortality? an update on the number of missing women|url=https://archive.org/details/sim_population-and-development-review_2002-06_28_2/page/285|journal=Population and Development Review|volume=28|issue=2|pages=285&ndash;312285–312|doi=10.1111/j.1728-4457.2002.00285.x}}</ref> Namun, untuk India dan China, ini tampaknya disebabkan oleh penurunan tingkat kematian perempuan dewasa, relatif terhadap orang dewasa laki-laki, dan bukan perubahan rasio jenis kelamin di antara anak-anak dan bayi yang baru lahir.
 
Secara umum, kondisi ini berarti meluasnya perampasan wanita di Asia Timur dan Selatan. Menurut Nussbaum's Capabilities Approach, karena jutaan perempuan didiskriminasikan mereka seperti kehilangan kemampuan penting mereka antara lain kehidupan, kesehatan tubuh dan integritas tubuh. Menurut kerangka kerja ini, kebijakan harus berfokus pada peningkatan kemampuan perempuan bahkan dengan biaya untukharus mengubah tradisi lama yang dipegang teguh.<ref name="nussbaum">{{Cite journal|last=Nussbaum|first=Martha|year=1999|title=Women and equality: the capabilities approach.|url=http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1564-913X.1999.tb00386.x/pdf|journal=International Labour Review|series=3|volume=138|pages=227–245|doi=10.1111/j.1564-913X.1999.tb00386.x}}</ref>
 
=== Pengantin yang hilang ===
Beberapa telahorang berspekulasi bahwa perbedaan dalam rasio jenis kelamin dapat mempengaruhi pernikahan pasar perkawinan sedemikian rupa sehingga dapatbisa mengubah air pasang dariarus perempuan yang hilang..<ref name="brides">{{Cite journal|last=d'Albis|first=Hippolyte|last2=David De La Croix|year=2012|title=Missing daughters, missing brides?.|journal=Economics Letters|series=3|volume=116|pages=358–360|doi=10.1016/j.econlet.2012.03.032}}</ref> David De La Croix dan Hippolyte d'albis dikembangkanmengembangkan PengantinMissing HilangBride IndeksIndex dan model matematika yang menunjukkan bahwa dariseiring waktu keberjalannya waktu, seperti yangkeluarga-keluarga kaya dan keluarga kaya melanjutkanmakmur untukterus menggugurkan bayi perempuan dan membesarkan anak laki-laki. danMereka kurangberanggapan dari keluarga kayabahwa memiliki anak perempuan, lebih banyak anak laki-laki akan lebihmembuat makmurmereka danlebih prospekkaya bagilagi perempuan untuk menikah akan meningkat. Mereka memprediksi bahwa prospek untuk anak perempuan di pasar pernikahan dapat menjadi sangat menguntungkan bahwa bearing anak-anak perempuan dapat dilihat sebagai positif daripadake negatifdepannya.<ref>{{Cite journal|last=Kaur|first=Ravinder|year=2008|title=Missing women and brides from faraway: Social consequences of the skewed sex ratio in India.|journal=AAS (Austrian Academy of Sciences) Working Papers in Social Anthropology, Approbated|pages=1–13}}</ref>
 
=== KelebihanMeningkatnya rasio laki-laki ===
Sejak munculnya seks-aborsi selektif aborsiseks melalui prosedur [[Ultrasonik|usgUSG]] dan prosedur medis lainnya dipada tahun 1980-an, diskriminasi gender yang telah menyebabkan "perempuanwanita yang hilang" telah secara bersamaan yang dihasilkanmenghasilkan kohort kelebihan laki-lakipria. Banyak yang berspekulasimenduga bahwa kelompok inipria kelebihanberlebih laki-lakiini akan menyebabkan gangguan sosial seperti [[Pidana|kejahatan]] dan perilaku seksual yang abnormaltidak normal tanpa kesempatan untuk menikah. Dalam sebuah studi tahun 2011, Hesketh ditemukanmenemukan tingkat [[Pidana|kejahatan]] tarif tidak berbeda secara signifikan dari areadaerah dengan populasi yang lebih tinggi dari kelebihan laki-laki yang berlebihan. DiaHesketh menemukan bahwa alihorang-alih menjadi rentan terhadap agresiorang ini laki-laki lebih mungkin untukcenderung merasa terbuang dan menderita darikarena perasaan kegagalangagal, kesepian dan terkait masalah psikologis yang terkait.<ref name="Hesketh">{{Cite journal|last=Hesketh|first=Therese|date=2011|title=Selecting sex: The effect of preferring sons.|journal=Early human development|volume=87|issue=11|pages=759–761|doi=10.1016/j.earlhumdev.2011.08.016}}</ref> orangUntuk Lainmengatasi menggunakandisparitas [[emigrasi]]rasio kejenis negara-negarakelamin lainyang sepertimengalami Amerikakelainan serikatini, Hesketh merekomendasikan kebijakan pemerintah untuk melakukan intervensi dengan melakukan aborsi selektif jenis kelamin ilegal dan mempromosikan kesadaran untuk ataumelawan Rusiaparadigma sebagaipreferensi solusianak.
 
Untuk memerangi pelarian seks-rasio kesenjangan, Hesketh merekomendasikan kebijakan pemerintah untuk campur tangan dengan membuat seks selektif aborsi ilegal dan mempromosikan kesadaran untuk melawan anak preferensi paradigma.
 
=== Efek lain ===
Berbagai perkembangan yang terjadi di [[Korea Selatan]] yang pada awal 1990-an memiliki salah satu yang tertinggirasio laki-laki untukdan perempuan rasiotertinggi di dunia. Pada tahun 2007 namun, Korea Selatan, laki-lakimemiliki untukrasio perempuanpria rasioterhadap wanita yang sebanding dengan yang ditemukan di Eropa Barat, ASAmerika Serikat dan [[Afrika Sub-Sahara|Afrika sub-Sahara]].
 
Perkembangan ini ditandai dewasa rasio serta rasio antara kelahiran baru. Menurut Chung dan Das Gupta pesatnya pertumbuhan ekonomi yang pesat dan pembangunan di Korea Selatan telah menyebabkan perubahan besar dalam sikap sosial dan mengurangi preferensi untuk anak laki-anaklaki.<ref>{{Cite journal|last=Chung|first=Woojin|last2=Das Gupta|first2=Monica|year=2007|title=The Decline of Son Preference in South Korea: the roles of development and public policy|url=https://archive.org/details/sim_population-and-development-review_2007-12_33_4/page/757|journal=Population and Development Review|volume=33|issue=4|pages=757&ndash;783757–783|doi=10.1111/j.1728-4457.2007.00196.x}}</ref> Das Gupta, Chung, dan Shuzhuo menyimpulkan bahwa itu adalahada kemungkinan bahwa CinaChina dan India akan mengalami serupaperbaikan pembalikanserupa dalam tren menuju normalterhadap rasio jenis kelamin dinormal dalam masawaktu depandekat jika mereka pembangunanperkembangan ekonomi mereka yang cepat, dikombinasikan dengan kebijakan yang berusaha untuk mempromosikan kesetaraan gender, terus berlanjut.<ref>{{Cite journal|last=Das Gupta|first=Monica|last2=Chung, Woojin|last3=Shuzhuo, Li|date=February 2009|title=Is There an Incipient Turnaround in Asia's 'Missing Girls' Phenomenon?|journal=World Bank Policy Research Working Paper|volume=4846|doi=10.1596/1813-9450-4846|ssrn=1354952}}</ref> pembalikanPembalikan Iniini telah ditafsirkan sebagai fase terbaru dari siklus yang lebih kompleks siklus yang disebut "transisi rasio jenis kelamin transisi.".<ref>{{Cite journal|last=Guilmoto|first=Christophe Z.|year=2009|title=The Sex Ratio Transition in Asia|url=http://www.ceped.org/biblio/files/guilmoto/2009/95_Guilmoto2009.pdf|journal=CEPED Working Paper|volume=5|access-date=2009-11-19|archive-date=2011-07-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20110725152329/http://www.ceped.org/biblio/files/guilmoto/2009/95_Guilmoto2009.pdf|dead-url=yes}}</ref>
 
== Solusi dan kebijakan ==
Solusi kebijakanuntuk yangpermasalahan ini rumitdiperumit oleh faktakenyataan bahwa pola "perempuan yangwanita hilang" yang tidak seragamsama di semuasetiap bagian dari negara-negara berkembang. StudiPenelitian menemukan variasi yang besar antara perempuanwanita yang hilang.<ref>{{Cite web|url=http://www.nybooks.com/articles/1990/12/20/more-than-100-million-women-are-missing/|title=More Than 100 Million Women Are Missing|last=Sen|first=Amartya|date=20 December 1990|website=The New York Review|access-date=21 April 2016}}</ref> sebagai contohMisalnya, ada sebuah "kelebihan" perempuan di Afrika Sub-Sahara Afrika daripada defisit: rasio perempuan terhadap laki-laki adalah 1.,02. Di sisi lain, ada tidak proporsionalsejumlah besar jumlah perempuan yang"wanita hilang" di India dan China tidak proporsional. PenelitiPara peneliti berpendapat bahwa prevalensi "perempuan yangwanita hilang" ini sering terkaitkali dikaitkan dengan budaya masyarakat dan sejarah, danmasyarakat. sebagai hasilnya, itu adalahAkibatnya sulit untuk membuatmenciptakan solusi kebijakan yang luas solusi. Misalnya, Jafri berpendapat bahwa degradasi dariperempuan wanita untukke posisi inferior dalam masyarakat Muslim melanggengkanmelestarikan isu "perempuan yang hilang" masalah.<ref>Jafri, S. M. (2007). Missing Women: Trends, Protraction and Economic Development in Muslim Countries. Pakistan Horizon, 60(4), 1-25.</ref> Di sisi lain, ada bukti yang menunjukkan bahwa bahkan padadi abad xvikeenam melaluibelas hingga abad kesembilan belas abad, negara-negara Eropa Barat tidak menghadapi rasio seks seperti yang miringtinggi seperti yang kitaterjadi lihat hari inisekarang di berbagai negara berkembang.<ref>Lynch, K. A. (2011). Why weren't (many) European women ‘missing’?. The History of the Family,16(3), 250-266.</ref> Bahkan di antara India dan Bangladesh, dua negara dengan tingkat pendidikan dan jenisperbedaan kelamingender perbedaanyang sama harisaat ini, ada perbedaan dalampada wanitaperempuan yang hilang:. langkah-langkahTindakan yang sama untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan di Bangladesh melakukanIndia jauh lebih buruk didibandingkan IndiaBangladesh.<ref name=":3">{{cite journal|last1=Kabeer|first1=N.|last2=Huq|first2=L.|last3=Mahmud|first3=S.|year=2014|title=Diverging stories of "missing women" in South Asia: Is son preference weakening in Bangladesh?|url=|journal=Feminist Economics|volume=20|issue=4|pages=138–163|doi=10.1080/13545701.2013.857423}}</ref> Kabeer berpendapat bahwa hal ini terjadi karenadisebabkan India adalah stratified olehmemiliki kasta sosial, sementarasedangkan Bangladesh lebih homogen;. sebagai akibatnyaAkibatnya, ide-idegagasan progresif seperti meningkatkan kesejahteraan perempuan dapat lebih mudah melakukantersebar sosialisasiluas di Bangladesh.
 
=== Pendidikan ===
Temuan dari Sensus India pada tahun 2001 menunjukkan bahwa perempuan meningkat tingkatpeningkatan pendidikan yangperempuan dikaitkanberkaitan dengan kenaikan perempuanrasio jenis kelamin wanita-ke-laki-laki sex ratio ofdi India. Demikian pula, penelitian Dito penelitian di Ethiopia menunjukkan bahwa dalam sebuah keluarga di mana perempuan yangwanita berpendidikan tinggi, memiliki banyak saudara, laki-laki dan menutupsudah didekat usiadengan kesuami suamimereka, wanita cenderung lebih baik-offkaya, yangmenyebabkan mengarahjumlah kewanita jumlahhilang yang lebih rendah dari perempuan yang hilang.<ref>{{Cite journal|last=Dito|first=B. B.|year=2015|title=Women's Intrahousehold Decision-Making Power and Their Health Status: Evidence from Rural Ethiopia|journal=Feminist Economics|volume=21|issue=3|pages=168–190|doi=10.1080/13545701.2015.1007073}}</ref> denganDengan Demikiandemikian, di beberapa negara, meningkatkanpeningkatan akses terhadap pendidikan telahdi beberapa negara cukup membantu.
 
Di sisi lain, kemudian studipenelitian di India menunjukkan bahwa peningkatan pendidikan benar-benar dapat memperburuk perempuanfenomena wanita yang hilang fenomena. MeningkatkanPeningkatan pendidikan perempuan benar-benarsebenarnya dapat meningkatkan tingkat seks-aborsi selektif aborsiseks dan dengan demikianselanjutnya meningkatkan rasio jenis kelamin laki-laki untukdan perempuan. rasioHal jenisini kelamin,disebabkan karenaorang semakindewasa terdidikberpendidikan wanitalebih dewasabaik menyadari bahwa peluang di mata masyarakat mereka, peluang untuk mereka anak laki-laki yang jauh lebih baik daripada kesempatan bagi anak-anak perempuan mereka. selainSelain itu, anak-anak perempuan dipandang sebagai biaya padabeban keluarga karena kurangnya kesempatan kerja, membayar masgaji, kawinmaskawin, dan kemampuan mereka yang terbatas untuk memiliki lahan dan properti. Mukherjee berpendapat bahwa hal ini lebihsemakin diperparahdiperburuk oleh kenyataan bahwa meskipun lebih tinggiada pendidikan wanitaperempuan yang lebih tinggi di India, ada kelangkaan lapangan pekerjaan bagiuntuk perempuan yangwanita berpendidikan tinggi,. yangHal ini menunjukkan bahwa bahkanmeskipun denganmemiliki pendidikan tinggi, tempat perempuan di masyarakat tidak berkembang banyak berkembang.<ref name=":4">{{cite journal|last1=Mukherjee|first1=S. S.|year=2013|title=Women's empowerment and gender bias in the birth and survival of girls in urban India|url=|journal=Feminist Economics|volume=19|issue=1|pages=1–28|doi=10.1080/13545701.2012.752312}}</ref>
 
=== Peluang kerja ===
Sen berpendapat bahwa wanita kesempatan seorang wanita untuk berpartisipasi dalam angkatan kerja memberikanmemberi diadaya tawar lebih banyak daya tawardi dalam rumah. Di Sub-Sahara Afrika, di mana adaterdaat lebih sedikit perempuan yang hilang, seorang wanita inipada umumnya mampu untukdapat mendapatkanmemperoleh penghasilan dari luar rumah, meningkatkan kontribusi diakontribusinya ke rumahnyarumah tangganya dan memberikan kontribusipandangan untuklain yang berbeda pandangan keseluruhanmengenai nilai perempuan dibandingkan dengan yang darimasyarakat Asia Tenggara dan Asia Timur. Namun, Senpendapat perselisihanSen tentang pekerjaan yang menguntungkan bekerja di luar rumah telah menyebabkanmenghasilkan beberapa perdebatan. Berik dan Bilginsoy ditelitimeneliti Senbahwa premismeningkatkan bahwa peningkatanpeluang ekonomi wanita peluangperempuan di luar rumah akan mengurangi disparitas rasio jenis kelamin di Turki. Mereka menemukan bahwa wanitasaat lebihperempuan berpartisipasi lebih banyak dalam angkatan kerja dan mempertahankan tenagapersalinan kerjamereka yang tidak dibayar, rasio jenis kelamin perbedaan tumbuhmeningkat, bertentangan dengan prediksi Sen asli prediksi.<ref>{{Cite journal|last=Berik|first=Günseli|last2=Cihan Bilginsoy|year=2000|title=Type of work matters: women's labor force participation and the child sex ratio in Turkey.|url=http://ac.els-cdn.com/S0305750X99001643/1-s2.0-S0305750X99001643-main.pdf?_tid=def80c20-b55c-11e3-80dc-00000aab0f26&acdnat=1395889803_3baae17ace5d3ad69903f49b1a6a904c|journal=World Development|series=5|volume=28|pages=861–878|doi=10.1016/s0305-750x(99)00164-3}}</ref> Di sisi lain, Sen mencatat bahwa di Narsapur, India, renda-pembuat kurangrenda memiliki daya tawar lebih sedikit dari kerjapekerjaan mereka karena renda-pembuatan renda dilakukan di rumah dan dianggap sebagai tambahan,pekerjaan daripada menguntungkan, tenaga kerjasampingan. Namun, wanita yang membuat rokok di Allahabad, India, yang dipandang sebagai memiliki posisi yang menguntungkan tenagadan kerja,tentu yangsaja membantu meningkatkan pandangan masyarakat tentangterhadap perempuanwanita. SebagaiHal ini sesuai dengan pendapat Sen berpendapat,bahwa hanya menguntungkan tenaga kerja iniyang bergunabermanfaat untukyang dapat membongkar fenomena perempuanwanita yang hilang.
 
Qian menambahmenambahkan analisis ini dengan mencatat bahwa kenaikan laki-lakipendapatan pendapatanperempuan tidak cukup untuk memecahkan masalah perempuan yang hilang masalah; sebaliknyaSebaliknya, kenaikan pendapatan perempuan harus relatif terhadap pendapatan laki-laki. Dalam penelitianstudinya dipada tahun 2008, Qian menunjukkan bahwa ketika perempuanwanita di CinaChina mendapatkan 10% peningkatankenaikan pendapatan rumah tangga sebesar 10% sementara pendapatan laki-laki pendapatantetap konstan, kelahiran laki-laki kelahiran turun sebesar 1,2 poin persentase. Perempuan ini-spesifikPeningkatan upah dorongankhusus orangperempuan tuaini juga meningkatkan investasi diorang tua pada anak-anak perempuan,. dengan anak-anakAnak perempuan mendapatkanmemperoleh 0.25 tahunpendidikan lebih banyak pendidikandini. Akibatnya, peningkatan perempuan-spesifik produktivitas ekonomi spesifik perempuan membantu meningkatkan kelangsungan hidup dan investasi dipada anak-anak perempuan.<ref>{{Cite journal|last=Qian|first=N|year=2008|title=Missing women and the price of tea in China: The effect of sex-specific earnings on sex imbalance|url=https://archive.org/details/sim_quarterly-journal-of-economics_2008-08_123_3/page/1251|journal=The Quarterly Journal of Economics|volume=123|issue=3|pages=1251–1285|doi=10.1162/qjec.2008.123.3.1251}}</ref> dengan DemikianJadi, jika wanita menjadiperempuan lebih ekonomis produktif sendirisecara ekonomi, hal iniitu dapat mengubah pandangan anak-anak perempuan karena secara ekonomis tidak produktif jugasecara ekonomi. Hal ini dapat meningkatkan girls' kemungkinan bertahananak perempuan untuk kelahiranbertahan hidup hingga kelahirannya dan menerima perawatan dan perhatian selama masa kanak-kanakkecil yang mereka butuhkan.
 
=== Dukungan Organisasi-organisasi internasional dan saat ini menerapkan kebijakanInternasional ===
Meskipun variasiterdapat banyak perbedaan dalam studi padatentang kebijakan yang membantu mengurangi jumlah perempuan yang hilang, beberapa organisasi internasional dan negara-negara merdekamaju telah mengambil langkah-langkah untuk mencobamembantu untukmengatasi membantumasalah masalahtersebut. OECDsalagh meliputisatunya "perempuanadalah yang[[Organisasi hilang"untuk sebagaiKerja ukuranSama didan bawahPembangunan AnakEkonomi|OECD]] preferensiyang parametermerupakan dariorganisasi Inklusidi Sosialbidang danekonomi Genderjuga Index,memasukkan membawa"wanita kesadaranyang untukhilang" itudalam sebagaiagenda masalahutamanya.<ref name=":6">“Social Institutions & Gender Index”. OECD Development Center. http://www.genderindex.org/data</ref><ref name=":7">Boris Branisa, Stephan Klasen, Maria Ziegler, Denis Drechsler, and Johannes Jütting (2013): The institutional basis of gender inequality: the Social Institutions and Gender Index (SIGI). Feminist Economics, Published online: 11 Dec 2013.</ref> Selain ituSelanjutnya, 1989 Konvensi hak-Hak Anak tahun 1989 mencatat pentingnya anak-anak dalam mengukur suatu masyarakat tingkat kesetaraan, sementarasuatu Keempatmasyarakat. Dalam Konferensi PBB untuk Perempuan pada tahun 1995 mengembangkan platform Beijing platform, yang mengakui hak-hak anak perempuan.<ref name=":5">Croll, E. J. (2001). Amartya Sen's 100 Million Missing Women. Oxford Development Studies,29(3), 225-244.</ref> selainSelain itu, karena tekanan internasional, India, dan China memiliki keduasama-sama melarang penggunaan ultrasoundUSG untuk tujuan seks-aborsi selektif aborsiseks.
 
Pada tahun 2014, Kabeer, Huq, dan Mahmud digunakanmenggunakan perbandingan dari India dan Bangladesh untuk berpendapatmemperdebatkan bahwa budaya penyebaran ide-ide progresif meningkatkan tempat perempuan dalam masyarakat adalah kunci untuk memecahkan masalah perempuan yang hilang adalah penyebaran gagasan progresif. Mereka menunjukkan bahwa LSM di Bangladesh, yang hadir di lebih dari tujuh puluh persen daridesa di Bangladesh desa, dapat menjadi alat yang bergunasangat membantu untuk memobilisasi perubahan dan budaya. Di sisi lain, mereka berpendapat bahwa budayaketidakadilan dilembagakanyang ketidakadilandiatur sepertisecara Indiakultural seperti sistem kasta India, yang stratifiesmemberi masyarakat,stratifikasi pada masyarakatnya telah mencegah penyebaran lebihgagasan lanjutyang ide-idelebih progresif, dan sebagai akibatnya, menyebabkan prevalensi perempuan hilang yang lebih tinggi dari perempuan yang hilang.
 
== Lihat juga ==
* [[Demografi Asia]]
* Perempuan yang hilang dari Cina
* Seksisme di India
 
== Referensi ==
{{reflist|2}}
 
[[Kategori:WebarchiveHalaman templatedengan errorsrujukan yang memiliki parameter duplikat]]
[[Kategori:Pages with citations having redundant parametersGender]]
[[Kategori:Pages with citations having redundant parametersPerempuan]]
[[Kategori:Penduduk]]
[[Kategori:Budaya]]
[[Kategori:Demografi]]