Lulongganda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 0 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.9.2
 
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Yatim|Oktober 2022}}
'''Lulongganda''' atau '''Lulo Ngganda''' adalah sebuah tradisi masyarakat [[suku Tolaki]], desa [[Benua, Benua, Konawe Selatan|Benua]], kecamatan [[Benua, Konawe Selatan|Benua]], kabupaten [[Kabupaten Konawe Selatan|Konawe Selatan]], [[Sulawesi Tenggara]] yang merupakan warisan dari budaya leluhur mereka. ''Lulo'' berarti goyang dan ''Ngganda'' berasal dari kata kanda, sehingga Lulo Ngganda artinya goyang ''lulo'' yang diancang-ancang ke atas sambil mengikuti irama gendang. Masyarakat suku Tolaki di kecamatan Benua mempercayai bahwa tradisi ini telah ada sejak dunia pertama (atau sezaman dengan zaman sebelum [[Firaun]]).
 
Baris 9 ⟶ 10:
# Lulongganda Leseahoa sudah tidak digunakan karena sudah tidak ada yang tau bagaimana prosesinya.
 
Pada 2021, tradisi ini dilakukan dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat mengingat status kabupaten Konawe selatan masih memberlakukan pembatasan keramaian akibat pandemi Covid. Tradisi lisan seperti ''Moanggo, Metaenango, Tolea pabitara'' dan olah raga lokal seperti ''Modinggu'' dan ''Umoara'' juga akan dilaksanakan untuk memeriahkan tradisi tahunan ini. <ref>{{Cite web|last=Muhamad|first=R. M.|date=2021-11-15|title=Festival Budaya Tolaki Lulongganda Dihelat pada November di Konsel|url=https://www.sarabanews.com/festival-budaya-tolaki-lulongganda-dihelat-pada-november-di-konsel/|website=Saatnya Rakyat Bicara|language=id-ID|access-date=2022-08-19}}</ref>
 
Pada tahun yang sama pula, tradisi ini mendapat label sebagai [[Warisan budaya takbenda|Warisan Budaya Tak Benda]] oleh [[Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia|Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi]] (Kemendikbudristek) RI bersama dengan 10 lainnya yang diusulkan. <ref>{{Cite web|last=RRI 2022|first=LPP|title=24 Warisan Budaya Tak Benda Sultra Dilabelkan Kemendikbudristek|url=https://rri.co.id/kendari/kesra/budaya/1286063/24-warisan-budaya-tak-benda-sultra-dilabelkan-kemendikbudristek|website=rri.co.id|language=en|access-date=2022-08-19}}{{Pranala mati|date=Desember 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> <ref>{{Cite web|last=Senong|first=Abdul|last2=|title=Pemprov Sultra 2021 terima 11 warisan budaya tak benda|url=https://sultra.antaranews.com/berita/402441/pemprov-sultra-2021-terima-11-warisan-budaya-tak-benda|website=Antara News Sultra|access-date=2022-08-19|last3=|first3=|last4=|last5=|last6=|last7=|first7=|last8=|last9=}}</ref>
 
== Sejarah ==
Baris 19 ⟶ 20:
 
== Prosesi ==
Ritual diadakan antara akhir september atau akhir oktober, dimana panen yang telah selesai di bulan agustus dan september. Kemudian pembukaan ladang berikutnya akan dilaksanakan pada bulan november tepat setelah lulongganda selesai dilakukan. Prosesi ini dilakukan selama tiga malam, yakni malam pertama adalah malam ke-13 bulan di langit, atau orang tolaki menyebut ''Tombaralenggea'', malam kedua disebut ''Matamolambu'' dan malam ketiga adalah ''Mataumehe'' atau bulan purnama.<ref name=":0" /> Lulo akan dilaksanakan pada malam hari sejak matahari terbenam hingga tengah malam. <ref>{{Cite web|title=Warisan Budaya Takbenda {{!}} Beranda|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=6327|website=warisanbudaya.kemdikbud.go.id|access-date=2022-08-19}}</ref>
 
Hari pertama adalah prosesi diturunkannya ''kanda'' (sejenis tambur) pada sore hari menjelang matahari terbenam. Prosesi Lulonggada dimulai dengan berdoa kepada tuhan terkait harapan akan panen di tahun berikutnya yang akan dipimpin oleh ''Mbusehe''. Malam kedua dan malam ketiga, ketiga jenis gerakan lulo akan silih berganti ditarikan.
 
Setelah tiga malam melakukan Lolongganda, selanjutnya adalah puncak dari ritual ini yaitu akan dilakukan ''Mosehe'' (upacara pensucian) sebagai upacara syukuran atas hasil panen melimpah yang didapat di tahun ini sekaligus membuang kesalahan yang kita perbuat di tahun-tahun lalu dan juga dengan maksud agar tanaman yang tidak menguntungkan di tahun-tahun lalu kita ganti dengan tanaman baru dengan harapan akan memberikan hasil panen terbaik. Pada hari ke-4 tersebut akan diturunkan ''Kanda'' dari rumah di pagi hari pada pukul 06.30, dilanjutkan dengan ritual Mosehe dan kemudian dilanjutkan dengan berbagai kesenian dan olahraga tradisional. <ref>{{Cite book|last=Koodoh|first=Erens|date=2012|url=https://www.pustaka-bpnbkalbar.org/pustaka/ritual-lulongganda#:~:text=Lulongganda%20merupakan%20ritual%20yang%20muncul,kata%20yakni%20lulo%20dan%20ngganda.|title=RITUAL LULONGGANDA|location=Makassar|publisher=BPNB Makassar|url-status=live}}</ref>
 
Kesenian yang ditampilkan adalah ''Ore-ore nggae'' atau ''Ore-ore nggawuna'' atau [[harmonika]] tangan yang terbuat dari bambu, ''Wuwuho'' yakni sejenis seruling dan ''Modinggu'' yakni menumbuk padi di [[lesung]] secara berdiri (''Wohu tundoro'') dengan menggunaka [[alu]]. Sedangkan olahraga tradisionalnya adalah ''Mehule'' atau bermain gasing, ''Kandau'' atau pencak silat, ''Metinggo'' atau egrang dan ''Mebiti'' atau adu betis. Setelah seluruh rangkaian acara ini selesai, kemudian dilaksanakan doa syukur dan diakhiri dengan makan bersama.