Kaliurip, Bener, Purworejo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tankinira (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k →‎Pranala luar: clean up, removed stub tag
 
(3 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 35:
Suatu ketika terjadi kemarau yang cukup panjang, sehingga banyak tumbuh-tumbuhan ternak yang mati. Sawah ladang mengering tak lagi bisa ditanami. Sehingga warga dan penduduk harus berjalan jauh untuk mengambil air untuk keperluan hidup, bahkan sungai kodil yang menjadi andalan airnya pun telah mengecil dan kotor akibat saking banyaknya penduduk yang beraktivitas disana.
 
Keadaan ini tentu menjadi keprihatinan beberapa tokoh (sesepuh) waktu itu. Berbagai cara dilakukan untuk bisa mendapatkan air, termasuk menggali batu besar yang menutupi mata air. namun tetap saja hasilnya nihil. Hingga suatu ketika seorang dari prajurit Mataram tersebut melakukan ritual semadi memohon petunjuk dari yang Maha Kuasa selama tujuh hari tujuh malam. Dalam semedinyasemadinya ia mendapatkan petunjuk agar memecah sebuah batu di dekat sumber air. Setelah batu berhasil di-pecah-kan keluarlah air (Muncar) terus menerus (Ora Leren) hingga membentuk aliran sungai kecil yang dinamai Kalen Caren (Muncar Ora Leren). Atas jasanya tersebut masyarakat memanggilnya Mbah Kyai Pecaren. Makamnya di Pemakaman Dusun Krajan Kaliurip.
 
Setelah peristiwa itu masyarakat menyebut daerah ini kaliurip yang terdiri dari dua kosakata kali dan urip. Kali yang berarti aliran air dan Urip yang berarti selalu mengalir. Menurut kiroto boso (kepanjangan kata) yang pernah diucapkan oleh Simbah Glondhong Karsosoediro (menjabat lurah selama 40 tahun dimasa penjajahan Belanda) waktu itu, menyebutkan bahwa Kaliurip berasal dari bahasa jawa Kaleurip (akale urip) (akalnya hidup – penuh ide) maksudnya bahwa karakter masyarakat Desa Kaliurip selalu mempunyai inisiatif, kreatif dan inovatif untuk menjaga, mengembangkan sekaligus menggapai jalan kehidupannya. Hal ini sesuai dengan berbagai peristiwa yang menyertai sejarahnya penuh dengan inovasi dan ide kreatif. bila ditulis menggunakan huruf ejaan lama berbunyi “Kale – Oerip” yang kemudian dilafalkan secara sederhana menjadi Kaliurip.
Baris 48:
{{Bener, Purworejo}}
 
{{Authority control}}
 
{{kelurahan-stub}}