Pengguna:Pradana26/Bak pasir: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pradana26 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: menambah kata-kata yang berlebihan atau hiperbolis VisualEditor
Pradana26 (bicara | kontrib)
←Mengosongkan halaman
Tag: Mengosongkan Pengembalian manual VisualEditor
 
(10 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Aktivitas Pelayaran di Pelabuhan Surabaya Tahun 1817–1829'''
 
 
Muhammad Rizky Pradana
 
Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga
 
Jl. Dharmawangsa Dalam, Gubeng, Surabaya 60286
 
 
'''ABSTRAK'''
 
Pelabuhan adalah tempat bersandarnya kapal-kapal untuk keperluan pelayaran, militer dan perdagangan. Pelayaran dan perdagangan adalah hal yang paling penting untuk membuka akses suatu daerah bagi daerah lain utamanya dari era peradaban manusia telah dapat menyebrangi kepulauan bahkan hingga kini.
 
Kata kunci: ''pelabuhan, pelayaran, perdagangan.''
 
 
'''PENDAHULUAN'''
 
 
Indonesia merupakan negara kepulauan yang bertumpu kepada transportasi laut utamanya kapal dalam mengakomodasi pulau-pulau yang tersebar di seluruh pelosok nusantara.
 
 
'''METODE'''
 
 
 
Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode penelitian sejarah. Metode tersebut terbagi atas beberapa tahap, yaitu pemilihan topik, heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi (Kuntowijoyo, 2013, p. 69). Pemilihan topik menjadi langkah awal yang penting karena menjadi inti pokok pembahasan makalah ini. Topik yang dipilih berdasarkan kedekatan intelektual.
 
Heuristik adalah proses pencarian dan pemilahan sumber-sumber sejarah yang nantinya dijadikan referensi dalam penulisan makalah. Pada rentang periode 1800—1830, sumber primer yang digunakan adalah koran dan arsip pemerintahan Hindia Belanda pasca VOC. Koran ''Java Government Gazette'' dan ''Bataviasche Courant'' menjadi titik berat dalam sumber sejarah yang digunakan dalam tulisan ini. Berdasarkan klasifikasi dari Gotschalk, ''Java Government Gazette'' termasuk ke dalam jenis sumber primer, yaitu laporan-laporan umum (Wasino & Hartatik, 2020, pp. 38–39).
 
''Bataviasche Courant'' adalah koran resmi Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Diterbitkan secara mingguan mulai dari 20 Agustus 1816 hingga 29 Desember 1827. Data kedatangan dan keberangkatan kapal di Surabaya didapatkan dari rubrik ''Zee Tyndingen'' atau ''Zee Tijndingen'' yang memiliki sub-rubrik ''Sourabaija''. Rubrik tersebut  kemudian berubah nama menjadi ''Scheepberigten''. Begitupun juga dengan ''Javasche Courant'' sebagai koran resmi pemerintah yang diterbitkan secara berkala mulai dari . Rubrik ''Scheepberigten'' menyediakan data kedatangan dan keberangkatan kapal di Surabaya.
 
Verifikasi adalah tahapan untuk mengecek keaslian sumber sejarah yang telah ditemukan melalui proses heuristik. Verifikasi dibagi menjadi otentisitas atau kritik eksternal dan kredibilitas atau kritik internal (Kuntowijoyo, 2013, p. 77). Koran ''Java Government Gazette'' dan ''Bataviasche Courant'' secara otentisitas dapat dikatakan asli karena tersimpan secara daring dalam basis data koran ''Delpher'' milik Belanda. Rekam jejak ''Delpher'' sebagai penyedia sumber heuristik secara daring sangat bisa dikatakan sebagai penyedia yang kredibel. Secara kredibilitas, koran tersebut memiliki tingkat kredibilitas tinggi karena diterbitkan oleh Pemerintahan Kolonial Inggris di Hindia Belanda.
 
Pada tahap interpretasi ini, fakta-fakta sejarah yang telah didapatkan disusun secara kronologis. Namun hal tersebut masih berupa kronik. Sehingga harus dirangkai fakta-fakta sejarah yang berceceran, berserakan, tidak teratur, dan lepas tersebut menjadi sebuah kesatuan yang harmonis dan logis. Dalam tahap ini turut pula periodisasi sejarah (Wasino & Hartatik, 2020, pp. 99–100).
 
Tahap terakhir adalah historiografi. Secara singkat historiografi adalah penulisan sejarah. Namun dalam tahap yang terakhir ini, sejarah ditulis bukan hanya sebagai rangkaian fakta-fakta saja, tetapi juga harus memiliki unsur narasi. Penulisan sejarah yang bersifat akademik harus juga berlandaskan pada teori dan metodologi sejarah, sehingga tulisan tersebut dapat diperdebatkan secara akademik. Juga perlu ditekankan bahwa penulisan sejarah seringkali memuat perspektif dan subjektivitas dari penulisnya seberapun kecilnya itu (Madjid & Wahyudhi, 2014, pp. 230–231).
 
 
'''PERDAGANGAN DAN EKONOMI DI PELABUHAN SURABAYA'''
 
 
Belanda menggunakan politik pelabuhan bebas atas desakan Inggris. Inggris memiliki kekuatan tawar dengan penawaran yang sangat menarik. Menawarkan pertukaran dan pengembalian wilayah Hindia Belanda dengan syarat pemberlakuan sistem pelabuhan bebas di setiap pelabuhan yang berada di wilayah Hindia Belanda.
 
 
'''LALU LINTAS KAPAL DI PELABUHAN SURABAYA'''
 
 
Lalu lintas kapal di Surabaya sebagian besar yang tercatat dalam pelaporan berkala di surat kabar ''Bataviasch Courant'' dan ''Javasche Courant'' sebagian besar didominasi oleh kapal penumpang. Tidak ada kapal barang yang tercatat dalam surat kabar tersebut. Namun kapal militer masih masuk ke dalam laporan berkala surat kabar tersebut.
 
Dapat diketahui jenis-jenis kapal dari laporan dalam rubrik ''Zee Tijdingen'' dan ''Scheepberigten'' antara lain .
 
 
Jumlah kedatangan dan keberangkatan kapal di Surabaya 1817–1829
{| class="wikitable"
|'''Tahun'''
|'''Kedatangan'''
|'''Keberangkatan'''
|-
|1817
|168*
|178*
|-
|1818
|249
|236
|-
|1819
|162
|127
|-
|1820
|227
|236
|-
|1821
|254
|237
|-
|1822
|253
|252
|-
|1823
|248
|233
|-
|1824
|222
|222
|-
|1825
|209
|203
|-
|1826
|213
|211
|-
|1827
|264*
|261*
|-
|1828
|238
|210
|-
|1829
|213
|216
|}
Sumber: (“Scheepberigten,” 1829; “Scheepsberigten,” 1825; “Scheepsberigten,” 1826; “Scheepsberigten,” 1827)
 
 
Lalu lintas kapal di Surabaya sebagian besar yang tercatat dalam pelaporan berkala di surat kabar ''Bataviasch Courant'' dan ''Javasche Courant'' sebagian besar didominasi oleh kapal penumpang. Tidak ada kapal barang yang tercatat dalam surat kabar tersebut. Namun kapal militer masih masuk ke dalam laporan berkala surat kabar tersebut.
 
 
'''PELABUHAN SURABAYA DALAM GENGGAMAN INGGRIS'''
 
 
Kekuasaan Inggris mencengkeram Nusantara sebagai bentuk bantuan Inggris terhadap Belanda yang dikuasai oleh Prancis. Prancis juga mengincar koloni Belanda, salah satunya adalah Hindia Belanda. Untuk itulah, Inggris mulai menduduki koloni Belanda. Mulai dari Tanjung Harapan pada 1806, Maluku pada 1810, dan terakhir yang paling diincar adalah Jawa pada 1811 (Poelinggomang, 2016, p. hlm. 45).
 
 
'''KESIMPULAN'''
 
 
Ini adalah kesimpulan yang dibuat untuk artikel ini.
 
 
 
'''CATATAN'''
 
 
'''DAFTAR REFERENSI'''
 
 
Kuntowijoyo. (2013). ''Pengantar Ilmu Sejarah''. Yogyakarta: Tiara Wacana.
 
Madjid, M. D., & Wahyudhi, J. (2014). ''Ilmu Sejarah: Sebuah Pengantar''. Jakarta: Kencana.
 
Poelinggomang, E. L. (2016). ''Makassar Abad XIX: Studi tentang Kebijakan Perdagangan Maritim'' (C. M. Udiani, ed.). Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
 
Scheepberigten. (1829). ''Javasche Courant''.
 
Scheepsberigten. (1825). ''Bataviasche Courant''. Retrieved from <nowiki>https://www.delpher.nl/nl/kranten/results?coll=dddtitel&query=&cql%5B0%5D=%28date+_gte_+%2201-01-1825%22%29&cql%5B1%5D=%28date+_lte_+%2231-12-1825%22%29&cql%5B2%5D=ppn+any+%28843144181%29&redirect=true</nowiki>
 
Scheepsberigten. (1826). ''Bataviasche Courant''. Retrieved from <nowiki>https://www.delpher.nl/nl/kranten/results?coll=dddtitel&query=&cql%5B0%5D=%28date+_gte_+%2201-01-1826%22%29&cql%5B1%5D=%28date+_lte_+%2231-12-1826%22%29&cql%5B2%5D=ppn+any+%28843144181%29&redirect=true</nowiki>
 
Scheepsberigten. (1827). ''Bataviasche Courant''. Retrieved from <nowiki>https://www.delpher.nl/nl/kranten/results?coll=dddtitel&query=&cql%5B0%5D=%28date+_gte_+%2201-01-1827%22%29&cql%5B1%5D=%28date+_lte_+%2231-12-1827%22%29&cql%5B2%5D=ppn+any+%28843144181%29&redirect=true</nowiki>
 
Wasino, & Hartatik, E. S. (2020). ''Metode Penelitian Sejarah: Dari Riset hingga Penulisan'' (P. Sudarmo, ed.). Magnum Pustaka Utama.