Perang dagang Jepang–Korea Selatan 2019: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hanafi455 (bicara | kontrib)
Kronologi: update
k clean up
 
(10 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{current|date=Agustus 2019}}
{{refimprove}}
{{Infobox Military Conflict
|conflict=Perang Dagangdagang Jepang–Korea Selatan
|partof=
|image=Japan South Korea Locator.PNG
|image_size=140px
|date=[[1 Juli]] [[2019]] – sekarang <br>({{Age in years, months, weeks and days|month1=07|day1=01|year1=2019}})
|place=[[Jepang]] dan [[Korea Selatan]]
|casus=Perselisihan antara Korea Selatan dan Jepang mengenai persoalan ganti rugi korban Perang Dunia II<br>Keputusan Pemerintah Jepang yang memperketat ekspor berteknologi tinggi ke Korea Selatan
Baris 15 ⟶ 14:
*[[Berkas:Emblem of South Korea.svg|13px]] [[Pemerintahan Korea Selatan]]
|commander1=[[Shinzō Abe]]
|commander2=[[Moon Jae-Inin]]
|commander1=
|commander2=
|commander3=
|strength1=
Baris 26 ⟶ 23:
|casualties3=
|notes=
}}
{{Infobox East Asian
|title=Perang dagang Jepang–Korea,<br />Perang ekonomi Jepang–Korea Selatan (di Korea Selatan),<br /> Pembalasan ekonomi Jepang (di Korea Selatan)
|tablewidth=320
|sort=japanese1
|kanji=日韓貿易紛争 or 日韓対立
|hiragana=にっかんぼうえきふんそう or <br />にっかんたいりつ
|romaji=Nikkan bōeki funsō or Nikkan keizai sensō
|hangul=한일무역분쟁<br />한일경제전쟁<br />일본경제보복<small> </small>
|hanja={{linktext|lang=ko-Hant|韓|日|貿易|紛爭}}<br />{{lang|ko-Hant|韓日}}{{linktext|lang=ko-Hant|經濟|戰爭}}<br />{{linktext|lang=ko-Hant|日本}}{{lang|ko-Hant|經濟}}{{linktext|lang=ko-Hant|報復}}
|rr=Hanil Muyeog Bunjaeng,<br /> Hanil Gyeongje jeonjaeng,<br /> Ilbon Gyeongje bobog
}}
'''Perang dagang Jepang–Korea Selatan 2019''' ({{lang-ko|2019년 한일 무역분쟁}}, [[Bahasa Jepang|Jepang]] 日韓経済戦争 ''Perang Ekonomi Jepang–Korea Selatan'' {{NoteTag|Istilah ini kendati juga digunakan di beberapa media massa Jepang,<ref>{{cite news |url=https://www.j-cast.com/kaisha/2019/08/11364805.html|title=【日韓経済戦争】耐えるしかない日本企業の無念 ユニクロ、サッポロ、ホンダ、トヨタ、無印良品...... |work=JCast|date=8 Agustus 2019|language=ja}}</ref><ref>{{cite news |url=https://news.livedoor.com/article/detail/16954965/|title=「四世紀ぶりの孤立」を招いた文在寅、日本と北朝鮮から挟み撃ち|work=Vedoor|date=20 Agustus 2019|language=ja}}</ref> istilah seperti ini lebih banyak digunakan di Mayoritas media massa asal Korea Selatan dan juga [[CNN]], media massa Amerika Serikat.}}, {{lang-en|Japan–South Korea trade dispute of 2019}}) adalah [[Perang dagang|konflik perdagangan]] antara [[Jepang]] dan [[Korea Selatan]] yang disebabkan oleh keputusan [[Pemerintah Jepang]] untuk membatasi beberapa ekspor bahan kimia ke Korea Selatan pada 1 Juli 2019. Hal ini dipicu oleh keputusan [[Mahkamah Agung Korea Selatan|Mahkamah Agung]] yang memerintahkan beberapa perusahaan Jepang untuk membayar ganti rugi terhadap korban tenaga kerja paksa Jepang pada [[Perang Dunia II]].<ref>{{Cite news|url=https://international.sindonews.com/read/1350433/40/ma-korsel-perintahkan-perusahaan-jepang-bayar-budak-era-pd-ii-1540887490|title=MA Korsel Perintahkan Perusahaan Jepang Bayar Budak Era PD II|date=30 Oktober 2018|work=SindoNews.com|access-date=31 Oktober 2018}}</ref>
 
== Latar Belakang ==
[[Berkas:Shinzō Abe Official20120501.jpg|jmpl|Perdana Menteri Jepang, [[Shinzō Abe]]]]
[[Berkas:Moon Jae-in May 2017.jpg|jmpl|Presiden Korea Selatan [[Moon Jae-in]]]]
 
Jepang dan Korea Selatan adalah dua ekonomi besar dunia, masing-masing peringkat ke-3 dan ke-11, dalam hal [[Produk domestik bruto|PDB]]. Korea Selatan, produsen chip memori terbesar di dunia, dan Jepang, pemasok terbesar material penting dalam produksi chip, sejauh ini merupakan negara terpenting dalam melahirkan beberapa produk teknologi seperti [[Ponsel cerdas|smartphone]], [[Televisi]] dan [[Komputer pribadi]]. Keduanya merupakan negara tetangga dan negara sekutu utama [[Amerika Serikat]] di Asia Timur.
 
Jepang dan Korea Selatan mulai menjalin hubungan diplomatik mereka pada bulan Desember 1965 setelah penandatanganan perjanjian normalisasi yang terjadi pada bulan Juni dipada tahun yang sama. Kendati mereka memiliki hubungan yang begitu dekat, hubungan antar kedua negara tersebut sempat memburuk karena banyak perselisihan yang melibatkan mereka, seperti [[Sengketa Karang Liancourt]] (sengketa mengenai masalah kepemilikan ''Dokdo'', yang dikenal sebagai ''Takeshima'' dalam bahasa Jepang), Penolakan pemerintah Jepang untuk meminta maaf kepada Korea atau membayar ganti rugi Perang Dunia II terhadap korban para [[Ianfu|wanita penghibur Korea]], serta banyak sengketa lainnya yang melibatkan kedua negara.
 
Perlu diketahui Korea Selatan adalah negara dimana [[Samsung Electronics]], [[LG Electronics]] dan [[SK Hynix]] berasal, perusahaan yang berperan dalam memproduksi dua pertiga dari produksi chip dunia. Di Jepang, ada 3 perusahaan (JSR Corporation, Showa Denko, dan Shin-Etsu Chemical) yang memproduksi 90% dari ''Fluorinated polyamide'' dan ''resist'' (atau ''Photoresist'') di seluruh dunia, bahan yang pertama digunakan untuk pembuatan layar LCD dan OLED untuk memproduksi televisi, dan yang kedua merupakan bahan baku chip, yang ujung-ujungnya digunakan untuk pembuatan ''Handphone'', dan 70% dari Hidrogen berfluorida, yang digunakan untuk membersihkan chip dalam memproduksi perangkat ponsel sejenis smartphone. Dengan kata lain, Korea Selatan dan Jepang memiliki peran yang cukup penting dalam memproduksi semikonduktor dan layar tampilan untuk kepentingan pembuatan Ponsel, Televisi, dan barang elektronik lainnya.<ref>{{Cite news|url=https://selular.id/2019/07/samsung-dalam-pusaran-konflik-korea-jepang-bagian-1/|title=Samsung Dalam Pusaran Konflik Korea Jepang (Bagian 1)|date=15 Juli 2019|work=Selular.id|access-date=16 Juli 2019}}</ref>
 
Korea Selatan sangat memerlukan bahan baku asal Jepang untuk memenuhi kebutuhan produksi semikonduktor dan bahan elektroniknya. Menurut data dari Asosiasi Perdagangan Internasional Korea (KITA, Korea International Trade Association), Korea Selatan mengimpor 94% ''Fluorinated Polyamide'', 91,9% ''Photoresist'', dan 43,9% ''Hidrogen berfluorida'' dari Jepang, produsen terbesar ketiga bahan kimia ini pada 5 bulan pertama dipada tahun 2019.<ref>{{cite news |title= 일본이 보복하는 반도체 소재의 대일수입 의존도는 얼마나 되나
리지스트.에칭가스.플루오린폴리이미드 각각 91.9%, 43.9%, 93.7%|url=https://www.kita.net/cmmrcInfo/cmmrcNews/cmmrcNews/cmmrcNewsDetail.do?pageIndex=1&nIndex=53701&sSiteid=1|date=4 Juli 2019|publisher=Asosiasi Perdagangan Internasional Korea (KITA)|access-date=1 September 2019|language=ko}}</ref>{{NoteTag|Menurut data KITA dari Januari sampai Mei 2019, Korea Selatan mengimpor 93,7% Fluorinated Polymide, 91,9% Photoresist, dan 43,7% Hidrogen Berfluorida dari Jepang. Presentasi Impor dari Jepang untuk ketiga bahan ini menurun dari tahun 2010 dimana Korsel mengimpor ketiga bahan yang sama dengan presentase 97,7%, 95,5% dan 72,2%. Khusus untuk kedua bahan seperti ''Photoresist'' dan ''Fluorinated Polymide'' ketergantungan terhadap Jepang masih sangat tinggi}} Di sisi lain Jepang memiliki ketergantungan ekspor ketiga bahan tersebut terhadap Korea Selatan pada angka di kisaran 22,5%, 11,6%, and 85,9%.<ref>{{cite news |url=https://grici.or.jp/320|title=Japan strengthening export controls against South Korea, may leave China as sole winner in 5G competition|website=Grici.or.jp|access-date=1 September 2019}}</ref>
 
Pada 28 Desember 2015, Jepang dan Korea Selatan sepakat untuk menandatangani perjanjian tentang penyelesaian masalah "wanita penghibur" atau yang biasa disebut ''[[Jugun Ianfu]]'' selama Perang Dunia II, yang bersifat final dan tidak dapat dibatalkan jika Jepang memenuhi tanggung jawabnya, dimana Pemerintah Jepang sepakat untuk meminta maaf dan memberikan ganti rugi kepada korban wanita penghibur asal Korsel yang dipaksa bekerja di rumah-rumah bordil tentara Jepang saat masa perang sebesar 1 miliar yen ($8.3 juta Dolar atau sekitar Rp. 113 miliar (kurs 1 Dolar per Desember 2015 Rp. 13.800)).<ref>{{Cite news|url=http://koran-sindo.com/page/news/2015-12-29/0/19|title=Korsel-Jepang Akhiri Isu Wanita Penghibur|date=28 Desember 2015|work=Koran Sindo|access-date=26 Agustus 2019|archive-date=2019-08-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20190825225220/http://koran-sindo.com/page/news/2015-12-29/0/19|dead-url=yes}}</ref> Namun kesepakatan ini tidak disambut baik oleh para aktivis dan pegiat Jugun Ianfu karena dianggap belum menjanjikan keadilan bagi ratusan ribu korban lainnya di seluruh Asia.<ref>{{Cite news|url=https://www.merdeka.com/dunia/ganti-rugi-jepang-pada-korban-ianfu-korsel-tak-disambut-baik-pegiat.html|title=Ganti rugi Jepang pada korban Ianfu Korsel tak disambut baik pegiat|date=28 Desember 2015|last1=Radityo|first1=Muhammad|work=Merdeka.com|access-date=26 Agustus 2019}}</ref> Kemudian Pemerintah Korsel dibawah Presiden [[Moon Jae-in]], pada 21 November 2018, membatalkan perjanjian tersebut secara sepihak dan menutup yayasan yang didanai Jepang yang dibentuk pada Juli 2016 untuk membiayai penyelesaian perjanjian kontroversial tersebut.<ref>{{cite news |url=https://www.nytimes.com/2018/11/21/world/asia/south-korea-japan-sex-slaves.html|title=South Korea Signals End to ‘Final’ Deal With Japan Over Wartime Sex Slaves|work=New York Times|date=21 November 2018|access-date=22 November 2018|language=en}}</ref>
 
Hubungan diplomatik kedua negara kemudian semakin memburuk pada akhir 2018 setelah Mahkamah Agung Korea Selatan mengeluarkan putusan memerintahkan beberapa perusahaan Jepang, termasuk [[Mitsubishi Heavy Industries]] dan [[Nippon Steel & Sumitomo Metal]], untuk memberikan kompensasi ganti rugi kepada keluarga korban asal Korea Selatan yang diperlakukan tidak adil dan dipaksa secara ilegal untuk memasok tenaga kerja untuk kepentingan perang Jepang dalam menghadapi sekutu dalam Perang Dunia II, seperti membangun kapal dan pesawat terbang di sebuah pabrik mesin Mitsubishi di [[Nagoya]] pada tahun 1944.
Hal ini kemudian berbuntut pada tanggal 30 November 2018 dimana Pengadilan Tinggi Gwangju memerintahkan Mitsubishi Heavy Industries untuk membayar kompensasi kerja paksa Jepang kepada 28 korban asal Korea Selatan sebesar 100 juta hingga 150 juta won (US$89.000 sampai US$134.000 Dolar).<ref>{{cite news |url=https://www.bbc.com/news/business-46381207|title=Mitsubishi Heavy ordered to compensate forced S Korean war workers|work=BBC News|date=29 November 2018}}</ref> Keputusan tersebut didahului pada 30 Oktober 2018, dimana Perusahaan Jepang bernama Nippon Steel & Sumitomo Metal diperintahkan oleh Mahkamah Agung untuk membayar ganti rugi sebesar 100 juta won ($88.000 Dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp 1,3 miliar) (kurs Dolar per Oktober 2018 Rp. 15.000, kurs 1 Won Korsel per Oktober 2018 Rp.13.37).<ref>{{cite news |url=https://www.liputan6.com/global/read/3680218/korsel-tuntut-perusahaan-jepang-beri-ganti-rugi-ke-eks-budak-perang-dunia-ii|title=Korsel Tuntut Perusahaan Jepang Beri Ganti Rugi ke Eks Budak Perang Dunia II|work=Liputan6.com|date=31 Oktober 2018}}</ref> Keputusan ini membuat Pemerintah Jepang meradang, karena mereka mengklaim bahwa masalah itu sudah diselesaikan di bawah perjanjian normalisasi hubungan antara kedua negara pada tahun 1965.<ref>{{cite news |url=https://www.washingtonpost.com/world/s-korea-court-orders-japans-mitsubishi-to-pay-compensation-for-wartime-forced-labor/2018/11/28/4f0a6616-f37e-11e8-9240-e8028a62c722_story.html?utm_term=.4310db665a91|title=S. Korea court orders Japan's Mitsubishi to pay compensation for wartima labor|work=Washington Post|date=29 November 2018|access-date=30 November 2018|language=en}}</ref> Para pengamat mengatakan Keputusan tersebut memiliki dampak yang sangat luas terhadap hubungan diplomatik kedua negara, baik secara politik maupun secara ekonomi karena perusahaan Jepang yang terlibat dalam tuntutan yang sama dapat menghadapi masalah serupa.
 
Pada 9 Januari 2019 Pengadilan Daegu menyetujui permintaan penggugat yang memerintahkan penyitaan beberapa aset Perusahaan Jepang yang bernama Nippon Steel & Sumitomo Metal yang dimana mereka memiliki 81.075 saham di POSCO-Nippon Steel RHF Joint Venture (PNR), sebuah perusahan patungan dengan [[POSCO]] yang merupakan bagian dari 2,34 juta saham Nippon Steel & Sumitomo Metal sebesar 11 miliar won ($9,78 juta atau setara dengan Rp.138 miliar) karena perusahaan tersebut menolak untuk membayar ganti rugi kepada para korban kerja paksa yang dilakukannya pada masa perang.<ref>{{cite news |title=Korsel Aset Perusahaan Jepang Terkait Kerja Paksa Masa Perang|url=https://www.voaindonesia.com/a/korsel-aset-perusahaan-jepang-terkait-kerja-paksa-masa-perang/4735324.html|work=VOA Indonesia|date=9 Januari 2019}}</ref> Keputusan Pengadilan Korsel ini kemudian diikuti oleh Keputusan yang sama terhadap Mitsubishi Heavy Industries pada 25 Maret 2019 melalui penyitaan hak paten serta ''trademark'' dari perusahaan ini oleh Pengadilan Daejeon.<ref>{{cite news |title=Court approves seizure of Mitsubishi assets|url=http://koreajoongangdaily.joins.com/news/article/article.aspx?aid=3061020|work=Korea Joongang Daily|date=25 Maret 2019}}</ref> Keputusan itu diprotes oleh Jepang karena mereka menyesalkan keputusan pengadilan negara itu dan mempertimbangkan membawa masalah ini ke [[Mahkamah Internasional]].
Baris 52 ⟶ 60:
[[Berkas:"Boycott Japan" banner at entrance of tunnel on Tongil-daero.jpg|jmpl|Spanduk yang berisi logo "NO, BOYCOTT JAPAN" (Bahasa Indonesia: TIDAK, BOIKOT JEPANG), yang terpampang di kota [[Mokpo]]. Spanduk ini menandakan kekecewaan warga Korea Selatan terhadap kebijakan Pemerintah Jepang]]
[[Berkas:"Boycott Japan" sticker on shop in Mokpo.jpg|jmpl|Stiker yang menyerukan boikot produk Jepang]]
Pada tanggal 1 Juli 2019, Pemerintah Jepang mengumumkan akan memperketat ekspor bahan kimia yang sangat penting bagi industri semikonduktor Korea Selatan, yang berlaku pada 4 Juli 2019. Pengetatan ini memberikan batasan termasuk proses perizinan yang bisa memaksa para eksportir dari Korea Selatan untuk meminta persetujuan otoritas terkait untuk setiap pengiriman bahan baku termasuk bahan-bahan kimia yang sensitif yang membutuhkan waktu hingga 90 hari. Wakil Sekretaris Kabinet Yasutoshi Nishimura telah mengklarifikasi bahwa pembatasan tersebut karena alasan keamanan nasional. Tetapi Korea Selatan menolak dengan tegas pembatasan ini dan mengatakan bahwa pemerintah Jepang melakukan "pembalasan ekonomi" terhadap masalah yang diputuskan oleh Mahkamah Agung Korea Selatan.<ref>{{Cite web|url=https://mainichi.jp/english/articles/20190701/p2g/00m/0na/051000c|title=Japan to restrict semiconductor-related exports to S. Korea|website=The Mainichi|access-date=5 August 2019|archive-date=2019-07-29|archive-url=https://web.archive.org/web/20190729213526/https://mainichi.jp/english/articles/20190701/p2g/00m/0na/051000c|dead-url=yes}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://www.scmp.com/news/asia/east-asia/article/3016756/japan-hits-back-south-korea-forced-labour-row-tightening-rules|title=Japan moves to curb exports to South Korean tech firms, in escalation of forced labour row|date=1 July 2019|website=South China Morning Post|access-date=30 July 2019|language=en}}</ref>
 
Dalam Konferensi pers mengenai pengetatan ekspor, Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang (METI) memberi alasan kurang dipercayanya sistem kontrol ekspor Korea Selatan, sebagai pembenaran atas tindakan tersebut. Meskipun Kementerian tersebut belum memberikan contoh spesifik,<ref>{{cite news |date=12 July 2019 |title=The Latest: Japan blames S.Korea export control 'weaknesses' |url=https://www.apnews.com/78b9df6946bf457ea860c04b42f56385 |newspaper=[[Associated Press]] |accessdate=2019-07-30}}</ref> beberapa laporan media, terutama dari media massa Jepang mengklaim bahwa Korea Selatan mungkin telah menyelundupkan bahan kimia dengan jumlah yang terbatas ke Uni Emirat Arab, Iran, atau Korea Utara yang pada hakikatnya bahan-bahan tersebut digunakan untuk pembuatan [[Senjata nuklir]] dan senjata pemusnah massal lainnya. Korea Selatan dengan tegas membantah laporan tersebut.<ref>{{Cite web|url=https://www.japantimes.co.jp/news/2019/07/10/business/japan-surprised-south-korean-response-export-control-accuses-seoul-trying-make-issue-free-trade/#.XT8TqPHnho4|title=Japan,'surprised' by South Korean response to export control, accuses Seoul of trying to make the issue about free trade|publisher=[[The Japan Times]]|date=10 July 2019}}</ref> <ref>{{cite web|url=https://www.meti.go.jp/english/press/2019/0701_001.html|title=Update of METI's licensing policies and procedures on exports of controlled items to the Republic of Korea |date=1 Juli 2019|work=[[Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang]]|access-date=30 Juli 2019|language=en}}</ref>
 
Pada tanggal 10 Juli, beredar laporan dari stasiun televisi Jepang, [[Fuji TV]] dan salah satu surat kabar [[Sankei Shimbun]] bahwa Korea Selatan telah menemukan 156 bahan strategis yang berpotensi memiliki senjata yang secara diam-diam diekspor dalam kurun waktu 4 tahun dari 2015 hingga 2019 untuk membuat bahan-bahan seperti racun VX, yang digunakan untuk membunuh Kim Jong-nam, saudara laki-laki Pemimpin Korut [[Kim Jong-un]]. serta bahan-bahan strategis lainnya yang diselundupkan secara ilegal ke negara lain.<ref>{{Cite web|url=https://www.fnn.jp/posts/00047178HDK/201907101700_WatanabeYasuhiro_HDK|title=韓国から戦略物資ダダ洩れ?優遇措置撤廃で怒る韓国の「不正輸出」リスト入手|work=Fuji News Network|date=10 Juli 2019|language=ja}}</ref> Seorang anggota parlemen dari Partai Bareunmirae Ha tae-kyung membantah tuduhan dari media Jepang dan dia menyatakan bahwa Jepang mengungkap dugaan penyelundupan barang-barang strategis oleh perusahaan-perusahaan Jepang ke Korea Utara, mengutip data dari Pusat Informasi Pengendalian Keamanan Perdagangan (CISTEC), sebuah organisasi non-pemerintah yang melacak data mengenai kontrol ekspor dan impor.<ref>{{Cite web|url=https://en.yna.co.kr/view/AEN20190711004100315|title=Data shows Japanese firms illegally shipped strategic items to N. Korea: lawmaker|work=Yonhap|date=11 Juli 2019|language=en}}</ref>
Baris 60 ⟶ 68:
Kemudian Korea Selatan melalui Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Perdagangan, berencana melapor ke [[Organisasi Perdagangan Dunia|WTO]] untuk meminta pembatalan kebijakan ekspor Jepang pada saat pertemuan dewan Organisasi yang mengurusi soal urusan perdagangan dunia tersebut pada tanggal 8−9 Juli 2019.<ref>{{Cite web|url=http://english.hani.co.kr/arti/english_edition/e_international/901273.html|title=S. Korea requests withdrawal of Japan’s export controls to WTO|work=Hankyoreh|date=10 Juli 2019|language=en}}</ref>
 
Jepang dan Korea Selatan membawa kasus seputar pembatasan ekspor yang dilakukan Jepang ke Markas WTO di [[Jenewa]] pada 24 Juli dimana Jepang mengirim direktur-Jenderal urusan Ekonomi Kementerian Luar Negeri Shingo Yamagami dan Korea Selatan mengirim satu perwakilannya yaitu wakil Menteri Perdagangan Kim Seung-ho.<ref>{{Cite web|url=https://mainichi.jp/english/articles/20190725/p2g/00m/0na/004000c|title=Japan, S. Korea trade barbs over export curbs at WTO|work=Mainichi Shimbun|date=25 Juli 2019|access-date=2019-08-25|archive-date=2019-07-29|archive-url=https://web.archive.org/web/20190729200200/https://mainichi.jp/english/articles/20190725/p2g/00m/0na/004000c|dead-url=yes}}</ref>
 
Pada tanggal 2 Agustus, Jepang membuat keputusan untuk menghapus Korea Selatan dari apa yang disebut sebagai "daftar putih", sebuah daftar yang mencakup negara-negara yang mendapat perlakuan khusus dalam perdagangan.<ref>{{Cite web|url=https://www.voaindonesia.com/a/jepang-bantah-perubahan-status-dagang-untuk-rusak-hubungan-dengan-korsel/5032348.html|title=Jepang bantah perubahan status dagang rusak hubungan dengan Korea Selatan|publisher=VOA News|date=2 Agustus 2019}}</ref> Keputusan ini kemudian dituangkan secara resmi di situs publikasi pemerintah Jepang, ''KAMPO'' pada 7 Agustus.<ref>{{Cite web|url=https://www.gatra.com/detail/news/434588/international/jepang-hapus-korsel-dari-daftar-tujuan-ekspor-terpercaya|title=Jepang Hapus Korsel dari Daftar Tujuan Ekspor Terpercaya|publisher=Gatra|date=2 Agustus 2019}}</ref> Jepang membantah hal tersebut merusak hubungan diplomatik dengan Korea Selatan, tetapi bisa dilihat oleh Korsel memiliki implikasi yang sangat besar bagi ekonominya yang sedang berjuang. Keputusan ini berlaku pada tanggal 28 Agustus 2019, 21 hari setelah dipublikasikan secara resmi di situs publikasi resmi Jepang.<ref>{{Cite web|url=https://internasional.republika.co.id/berita/pwxjnk366/jepang-mulai-turunkan-status-perdagangan-korsel|title=Jepang Mulai Turunkan Status Perdagangan Korsel|publisher=Republika|last=Satria|first=Lintar|date=28 Agustus 2019}}</ref> Akibatnya, Pemerintah Korea Selatan, melalui Menteri Luar Negeri Korea Selatan Cho Se-young memanggil Duta Besar Jepang Yasumasa Nagamine untuk memprotes keputusan itu. <ref>{{Cite web|url=https://www.antaranews.com/berita/1033680/korsel-panggil-dubes-jepang-terkait-pembatasan-perdagangan|title=Korsel panggil dubes Jepang terkait pembatasan perdagangan|work=Antara|date=28 Agustus 2019}}</ref> <ref>{{Cite web|url=https://internasional.kontan.co.id/news/korea-selatan-resmi-memprotes-jepang-terkait-pembatabasan-ekspor|title=Korea Selatan resmi memprotes Jepang terkait pembatasan ekspor|work=Kontan|date=28 Agustus 2019}}</ref>
 
Pada 12 Agustus, Korea Selatan mengumumkan mengeluarkan Jepang dari daftar mitra negara terfavorit yang memiliki pelakuan khusus dalam hal perdagangan. Korea Selatan beralasan bahwa tindakan ini dianggap sebagai balasan atas tindakan Pemerintah Jepang dalam hal serupa.<ref>{{Cite web|url=https://money.kompas.com/read/2019/08/12/210216326/korsel-hapus-jepang-dari-daftar-mitra-dagang-utama|title=Korsel Hapus Jepang dari Daftar Mitra Dagang Utama|publisher=Kompas|date=12 Agustus 2019}}</ref> Menteri Perindustrian Korsel Sung Yun-mo mengatakan Jepang akan masuk dalam daftar yang baru dibuat untuk negara-negara yang belum menjalankan sistem kontrol ekspor. Artinya, Jepang perlu menerapkan prinsip-prinsip dagang internasional. Keputusan pemerintah Korsel ini berlaku pada 18 September 2019<ref>{{Cite web|url=http://www.koreaherald.com/view.php?ud=20190917000835|title=Japan officially removed from South Korea‘s whitelist|last=Ji-hye|first=Shin|website=The Korea Herald|date=17 September 2019}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://www.straitstimes.com/asia/east-asia/south-korea-drops-japan-from-white-list-in-trade-row|title=South Korea drops Japan from 'white list' in trade row|website=The Straits Times|date=17 September 2019}}</ref> setelah pemerintah selesai mengumpulkan berbagai opini dari masyarakat melalui situs web pemerintah dan email dari 14 Agustus hingga 3 September yang 91% pendapatnya mendukung revisi soal pengendalian ekspor.<ref>{{Cite web|url=https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190812145514-92-420558/giliran-korsel-tendang-jepang-dari-mitra-ekspor-favorit|title=Giliran Korsel 'Tendang' Jepang dari Mitra Ekspor Favorit|publisher=CNN Indonesia|date=12 Agustus 2019}}</ref> Pejabat Kementerian Perdagangan Korsel Lee Ho-hyeon, menegaskan bahwa langkah ini akan mempengaruhi 100 perusahaan yang mengekspor bahan baku penting ke Jepang seperti alat komunikasi dan bahan baku semikonduktor.<ref>{{Cite web|url=https://www.apnews.com/508f4d319bca472b97b64038bfc628a7|title=South Korea downgrades Japan trade status as dispute deepens|publisher=Associated Press|date=18 September 2019}}</ref>
 
Kementerian Perdagangan Korea Selatan melaporkan keluhan atas kontrol ekspor Jepang yang lebih ketat kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada 11 September. Korsel menuduh langkah Jepang "bermotivasi politik."<ref>{{Cite web|url=https://internasional.kontan.co.id/news/korsel-akan-adukan-jepang-ke-wto-tuding-ada-motif-politik|title=Korsel akan adukan Jepang ke WTO, tuding ada motif politik|publisher=Kontan|date=11 September 2019}}</ref> Menteri Perdagangan Jepang yang baru Ishuu Sugawara menyetujui pembicaraan dengan Korsel dalam Konferensi Pers tanggal 20 September.<ref>{{Cite web|url=https://www.fxstreet.web.id/news/sugawara-jepang-akan-mengadakan-pembicaraan-bilateral-dengan-korea-selatan-won-menyentuh-tertinggi-2-hari-201909200431|title=Sugawara, Jepang: Akan Mengadakan Pembicaraan Bilateral Dengan Korea Selatan, Won Menyentuh Tertinggi 2 Hari|publisher=FXStreet|date=20 September 2019|access-date=2019-10-15|archive-date=2019-10-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20191015104557/https://www.fxstreet.web.id/news/sugawara-jepang-akan-mengadakan-pembicaraan-bilateral-dengan-korea-selatan-won-menyentuh-tertinggi-2-hari-201909200431|dead-url=yes}}</ref>
 
Pada 11 Oktober, perwakilan dari kedua negara mengadakan pertemuan bilateral tahap pertama sebagai tahapan dalam penyelesaian perselisihan dagang antar-negara dalam aturan WTO yang berpusat di Jenewa, Swiss.<ref>{{Cite web|url=https://en.yna.co.kr/view/AEN20191012000252325|title=S. Korea, Japan end 1st round of talks on trade row, agree to meet again|date=11 Oktober 2019|first1=Kim|last1=Sohee|work=Yonhap|access-date=15 Oktober 2019}}</ref>
 
Pada 19 November, putaran kedua perundingan bilateral antar kedua negara berlangsung. dimana negosiasi kedua negara berlangsung selama 6 jam.<ref>{{Cite web |url=https://www.meti.go.jp/press/2019/11/20191120004/20191120004.html|title=大韓民国向け輸出管理の運用の見直しについてWTO協定に基づく二国間協議を実施しました|trans-title=Jepang Mengadakan Konsultasi dengan Pemerintah Republik Korea di bawah Perjanjian WTO Mengenai Pembaruan Kebijakan Lisensi Jepang dan Prosedur Ekspor ke ROK|publisher=Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (Jepang)
|date=19 November 2019|language=ja|access-date=22 November 2019}}</ref> Namun pembicaraan ini gagal menyelesaikan sengketa perdagangan antara kedua negara.<ref>{{Cite web|url=http://imnews.imbc.com/replay/2019/nwtoday/article/5606933_24616.html|title=한일, 2차 협의 '평행선'…WTO 법적공방 가능성 커져|last1=Sang-ho|first1=Nam|date=20 November 2019|work=MBC News|access-date=22 November 2019}}</ref><ref>{{Cite web |url=https://www3.nhk.or.jp/nhkworld/en/news/20191120_07/ |title=Japan, S.Korea still divided after 2nd WTO talks|publisher=NHK World|date=19 November 2019|access-date=22 November 2019|archive-date=2019-11-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20191120122006/https://www3.nhk.or.jp/nhkworld/en/news/20191120_07/|dead-url=yes}}</ref>
 
== Reaksi ==
 
[[Berkas:Peace statue comfort woman statue 위안부 소녀상 평화의 소녀상 (3) (22609310033).jpg|jmpl|Patung budak kerja paksa di depan Kedubes Jepang di Seoul. Isu ini menjadi isu utama yang melatarbelakangi adanya Perang dagang kedua negara]]
=== Pemerintah ===
Sebagai akibat dari Keputusan Pemerintah Jepang yang membatasi ekspor ke Korea Selatan, Pemerintah Korea Selatan memanggil dubes Jepang untuk Seoul sebagai penolakan atas pemberlakuan kebijakan ekspor Jepang. Kementerian Luar Negeri juga menanggap tindakan tersebut sebagai hal yang tidak bisa diterima.<ref>{{Cite web|url=https://internasional.republika.co.id/berita/pu7je7366/internasional/asia/19/07/02/pu0q0q382-jepang-perketat-ekspor-bahan-teknologi-tinggi-ke-korsel|title=Jepang Perketat Ekspor Bahan Teknologi Tinggi ke Korsel|publisher=Republika|date=1 Juli 2019}}</ref>
Baris 89 ⟶ 97:
Kemudian rakyat Korsel mengadakan aksi menyalakan lilin sebagai bentuk protes atas keputusan Pemerintah Jepang pada bulan Juli dan Agustus, terutama pada tangga 15 Agustus, pada peringatan 74 tahun merdekanya Korea dari jajahan Jepang, dimana hampir 30.000 orang terlibat unjuk rasa yang berpusat di tiga tempat itu, yaitu di Lapangan [[Gwanghwamun]], Kedubes Jepang, dan Kantor Pusat ''[[The Chosun Ilbo]]''.
 
Pada 19 Juli dan 2 Agustus terjadi aksi bakar diri yang dilakukan oleh dua pria Korsel yang terjadi di depan bekas Kedubes Jepang, yang pertama dilakukan oleh seseorang yang berusia 78 tahun dan tewas ditempat kejadian,<ref>{{Cite news|title=Kakek Korea Selatan Bakar Diri di Depan Kedubes Jepang |url=https://dunia.tempo.co/read/1226362/kakek-korea-selatan-bakar-diri-di-depan-kedubes-jepang/full&view=ok|publisher=Tempo.co|date=19 Juli 2019}}{{Pranala mati|date=Desember 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref><ref>{{Cite web|url=https://www.inews.id/news/internasional/pria-korsel-bakar-diri-hingga-tewas-di-depan-kedubes-jepang|title=Pria Korsel Bakar Diri hingga Tewas di Depan Kedubes Jepang |publisher=INews.id|date=19 Juli 2019}}</ref> dan yang kedua dilakukan oleh kakek yang berusia 72 tahun yang saat itu tengah dalam kondisi kritis.<ref>{{Cite web|url=https://news.okezone.com/read/2019/08/02/18/2086763/pria-72-tahun-asal-korea-selatan-bakar-diri-karena-marah-dengan-jepang|title=Pria 72 Tahun Asal Korea Selatan Bakar Diri karena Marah dengan Jepang|publisher=Okezone.com|date=2 Agustus 2019}}</ref>
Polisi yang berada di lokasi kejadian menemukan sebuah tas yang kemungkinan milik pria tersebut. Usai diperiksa, isi tas itu ada memo dan selebaran yang mengkritik Jepang atas keputusannya untuk memperketat kendali atas ekspor teknologi tinggi ke Korea Selatan. Pada selebaran itu juga ada sumpah untuk melawan Tokyo sampai Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe meminta maaf. Selain itu, polisi juga menemukan sebuah buku almarhum Kim Bok-dong, yang merupakan salah satu korban perbudakan seksual militer Jepang selama Perang Dunia II.<ref>{{Cite web|url=https://www.wartaekonomi.co.id/read239092/kesal-dengan-ketegangan-antara-korea-jepang-warga-korea-selatan-bakar-diri.html|title=Kesal dengan Ketegangan Antara Korea-Jepang, Warga Korea Selatan Bakar Diri|publisher=Warta Ekonomi|date=2 Agustus 2019}}</ref>
 
Baris 96 ⟶ 104:
== Dampak ==
=== Terhadap Korea Selatan ===
Keputusan Jepang yang memberlakukan pengetatan ekspor ke negaranya secara langsung memiliki dampak negatif terhadap perekonomian Korea Selatan, dimana negaranya sangat bergantung pada ekspor. Bahkan ekspor Korea Selatan pada bulan Juli 2019 anjlok 11% secara tahunan. <ref>{{Cite web|url=https://www.cnbcindonesia.com/news/20190801105915-8-89057/ekspor-korea-selatan-merosot-8-bulan-beruntun|title=Ekspor Korea Selatan Merosot 8 Bulan Beruntun|publisher=CNBC Indonesia|date=1 Agustus 2019}}</ref>
 
Bank Sentral Korea Selatan, [[Bank of Korea]] kemudian secara tidak terduga melakukan pemangkasan suku bunga acuannya dari 1,75% menjadi 1,5% pada 18 Juli 2019.<ref>{{Cite web|title=Bank Sentral Korea Pangkas Suku Bunga Acuan|url=https://kabar24.bisnis.com/read/20190718/19/1125838/bank-sentral-korea-pangkas-suku-bunga-acuan|publisher=Bisnis Indonesia|date=18 Juli 2019}}</ref> Bank of Korea juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonominya menjadi 2,2% dari sebelumnya 2,5%.<ref>{{Cite web|url=http://www.hani.co.kr/arti/english_edition/e_business/902549.html|title=Bank of Korea to lower benchmark interest rate|last=Nam-ku|first=Jeong|date=19 Juli 2019|work=Hankyoreh}}</ref>
 
Masakapai yang berasal dari Korea Selatan, melihat dari adanya penurunan jumlah penumpang akibat aksi boikot produk Jepang, memutuskan untuk mengurangi dan bahkan menangguhkan penerbangan dari Korea Selatan ke beberapa kota di Jepang. Sebagai contoh, maskapai terbesar di negaranya [[Korean Air]] memutuskan untuk menghentikan penerbangan dari [[Busan]] ke [[Sapporo]] mulai 3 September 2019. Maskapai berbiaya murah, T'way Air akan menghentikan penerbangan regulernya dari Korea Selatan ke 3 bandara di Pulau Kyushu.<ref>{{Cite web|url=https://dunia.tempo.co/read/1229910/permusuhan-semakin-dalam-korean-air-hentikan-terbang-ke-jepang/full&view=ok|title=Permusuhan Semakin Dalam, Korean Air Hentikan Terbang ke Jepang|last=|first=|date=24 Agustus 2019|work=Tempo.co}}{{Pranala mati|date=Desember 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Anak Perusahaan dari Korean Air, [[Jin Air]], juga mengurangi penerbangan ke Jepang sebanyak 40 persen mulai 26 Oktober. Dengan demikian, maskapai ini hanya mengoperasikan rute ke Jepang sebanyak 78 kali penerbangan dari sebelumnya 131 kali penerbangan.<ref>{{Cite web|url=http://world.kbs.co.kr/service/news_view.htm?lang=i&Seq_Code=55604|title=Maskapai Jin Air Kurangi Penerbangan ke Jepang Sebanyak 40%|last=|first=|date=24 Agustus 2019|work=KBS World Indonesia}}</ref>
 
Sebagai akibat dari konflik perdagangan dengan Jepang, Indeks sentimen konsumen Korea Selatan jatuh ke level terendah dalam lebih dari 2 setengah tahun sejak Januari 2017, sebulan setelah Presiden pada saat itu [[Park Geun-hye]] dimakzulkan oleh parlemen. Menurut [[Bank of Korea]] pada 27 Agustus, indeks sentimen konsumen bulanan turun menjadi 92,5 pada Agustus dari 95,9 bulan sebelumnya. Angka di bawah 100 berarti ada lebih banyak tanggapan yang pesimistis ketimbang optimistis.<ref>{{Cite web|url=https://ekonomi.bisnis.com/read/20190827/9/1141418/sentimen-konsumen-korea-selatan-terjun-ke-kondisi-paling-suram|title=Sentimen Konsumen Korea Selatan Terjun ke Kondisi Paling Suram|last=Andriani|first=Renat Sofie|date=27 Agustus 2019|work=Bisnis Indonesia|access-date=31 Agustus 2019}}</ref>