Herman Lantang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Cosmetic changes |
k →Pranala luar: clean up, removed stub tag |
||
(28 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:Herman Lantang 1965.jpg|jmpl|289x289px|Herman Lantang 1965]]
'''Herman Lantang''' adalah mantan mahasiswa jurusan
Sampai sebelum film biografi "'''GIE'''" muncul di layar perak, tak banyak orang yang menggubris kehadiran tokoh yang satu ini, kecuali, lagi - lagi, komunitas pencinta alam, yang sangat mengagungkan sikapnya yang tetap rendah hati.
Sebenarnya, pria tua yang kini lebih banyak menghabiskan sisa hidupnya di rumah, dilahirkan di sudut kota kecil '''Tomohon''', sebuah kota administrasi di provinsi '''Sulawesi Utara''', 67 tahun silam. Dalam buku baptisnya ia diberi nama: '''''Herman Onesimus Lantang'''''. Kegemarannya terhadap alam pun mulai timbul ketika ayahnya yang saat itu berprofesi sebagai tentara sering mengajaknya keluar - masuk hutan di kawasan Tomohon untuk berburu. Dari situ, lambat laut, kecintaannya terhadap hutan yang sarat aroma sarasah dan petualangan timbul.
Lalu, setelah tamat dari ''Europrrshe Lagere School SR GMIM4'' ( setaraf SD ), Herman kecil melanjutkan ke ''SMPK Tomohon''. Herman mulai hijrah ke ibu kota bersama orangtuanya yang saat itu di pindahtugaskan ke daerah baru. Kemudian di Jakarta inilah ia melanjutkan kembali
pendidikan formalnya, ketika di terima di SMA 1 ( '''Budi Utomo''' ) pada tahun 1957.
Tak puas sampai disitu, Herman mulai melirik perguruan tinggi yang menurutnya akan memberikan sistem pendidikan terbaik. Saat itu, pada tahun 1960, melalui segudang test yang cukup rumit, ia pun berhasil di terima di '''Fak. Sastra Universitas Indonesia''', Jurusan'''Anthropologi''' yang banyak berkutat dengan kebudayaan dan perilaku manusia sejak mulanya. Melalui jurusan ini pula ia sempat melakukan penelitian mendalam terhadap perilaku suku terasing '''Dhani''' di Papua pada tahun 1972, yang mengantarkannya mencapai gelar sarjana penuh.
Selama menjadi mahasiswa, pribadi yang tangguh dengan idiologi sosialisnya mulai terbentuk. Melihat banyak rekan - rekan seangkatannya yang lebih memilih jalur politik praktis untuk mencapai kemapanan. Ia dan rekan lainnya malah memilih alam sebagai media pengembangan diri. Menurutnya, hanya di alam kita bisa mengenal karakter masing - masing yang sebenarnya. Tak ada yang tersembunyi. Di '''alam''' pula kita bisa memupuk rasa solidaritas dan kecintaan terhadap ciptaan Tuhan yang bisa dinikmati.
"'''Politik tai kucing'''", Begitu tutur '''Herman Lantang''', sahabat '''Soe Hok Gie''' ketika senat mahasiswa tidak menjadi sesuatu seperti harapan Soe serta kawan - kawannya yang lebih memilih menikmati film dan naik gunung bukan serta - merta mengidentifikasi dirinya dalam organisasi mahasiswa tertentu di dalam kampus. Dalam jurnal harian Soe yang kemudian dibukukan dan dicetak oleh ''LP3ES'' "'''Catatan Seorang Demonstran'''", Gie juga menulis bahwa politik itu kotor.
Kemudian, ketika tak lagi berkegiatan di dalam kampus, jiwa petualangan pula yang membuat Herman bisa di terima di beberapa perusahaan pengeboran minyak ternama, seperti: '''Oil Field all part of Indonesia, East Malaysia Egypt''' dan '''Australia East Texas USA'''. Di perusahaan tersebut ia lebih terkenal sebagai Mud Doctor, yang menangani masalah lumpur - lumpur dalam pengeboran minyak bumi. Sebuah pekerjaan yang memang sangat jauh dari disiplin ilmu yang dulunya hanya Fakultas Sastra. Namun untuk profesi barunya itu, ia tidak main - main. Herman bahkan sempat mengecam pendidikan singkat di Houston Texas pada tahun 1974 mengambil studi tentang "'''Mud School'''".
Kini, '''Herman O Lantang''', sahabat tokoh pergerakan mahasiswa 1960 - an '''Soe Hoek Gie''', sudah pensiun bekerja dari perusahaan minyak. Pria uzur yang ternyata sangat suka wisata kuliner ini memendam bakat dalam memasak. Sehingga jangan heran, ketika berkegiatan di alam bebas, hasil masakan bang Herman, pasti langsung habis dilahap.
Kecintaannya terhadap dunia boga ini pula yang membuatnya banting stir menjadi pengusaha toko kue sejak dua tahun silam. Dengan modal ala kadarnya, rumahnya di bilangan Jagakarsa, Jakarta Selatan pun disulap menjadi toko kue "'''''Kelapa Tiga Taart Tempo Doeloe'''''", yang menjual aneka panganan kue - kue klasik yang menurutnya agak susah ditemukan di Jakarta.
Si pemilik nomor anggota '''Mapala UI''' ( Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia ) M 016 UI, yang juga mantan ketua Mapala UI ( 1972-1974 ), ini lebih banyak berkutat dengan ide - ide pembuatan kue istimewa, selain menjadi pembicara di seminar - seminar yang berhubungan dengan ''kegiatan alam bebas''.
Didampingi oleh satu dari dua anaknya, ia memasak sendiri kue - kue itu. Herman mengaku memiliki banyak buku resep kue klasik Belanda, sebut saja oentbijkoek dan klappertaart. Selain itu, ia juga punya tante yang jago masak kue Belanda. Biasanya di suatu kesempatan sang tante akan menularkan kemampuannya memasak kepada keluarga yang lain.
Bersama sahabatnya, [[Soe Hok Gie]], dia juga menjadi inspirator gerakan demo ''long march'' mahasiswa UI untuk menggulingkan pemerintahan [[Soekarno]] pasca G 30 S dan semasa [[Tritura]].
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.kompas.com/gayahidup/news/0507/18/152014.htm Herman Lantang: Habis Pensiun, Jual Kue]
* {{id}} [http://www.belantaraindonesia.org/2011/04/herman-lantang.html Herman Lantang] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20141217152931/http://www.belantaraindonesia.org/2011/04/herman-lantang.html |date=2014-12-17 }}
{{DEFAULTSORT:Lantang, Herman}}
[[Kategori:Aktivis Indonesia]]
[[Kategori:Alumni Universitas Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Minahasa]]
[[Kategori:Marga Lantang]]
[[Kategori:Herman lantang camp]]
[[Kategori:Herman lantang]]
[[Kategori:Pecinta alam]]
[[Kategori:Pecinta alam indonesia]]
[[Kategori:Pendaki gunung]]
[[Kategori:Pendaki gunung indonesia]]
|