Yaichiro Shibata: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi ''''Yaichiro Shibata''' adalah seorang Panglima ''Kaigun'' (Angkatan Laut) Jepang yang membawahi Nusantara, kecuali Sumatra dan Jawa. Shibata sebenarnya bermarkas di Ujung Pandang. Karena kota itu menjadi sasaran pengeboman pesawat Sekutu, untuk sementara dia bermarkas di Singaraja.<ref>https://historia.id/politik/articles/sukarno-mengunjungi-bali-P0pGK/page/1</ref> Semasa Perang Dunia II, Laksamana Shibata menunjukkan dukungannya terh...'
 
k clean up, added orphan tag
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Orphan|date=Desember 2022}}
 
'''Yaichiro Shibata''' adalah seorang Panglima ''[[Kaigun]]'' (Angkatan Laut) [[Jepang]] yang membawahi Nusantara, kecuali [[Sumatra]] dan [[Jawa]]. Shibata sebenarnya bermarkas di [[Ujung Pandang]]. Karena kota itu menjadi sasaran pengeboman pesawat Sekutu, untuk sementara dia bermarkas di [[Singaraja]].<ref>https://historia.id/politik/articles/sukarno-mengunjungi-bali-P0pGK/page/1</ref>
 
Semasa [[Perang Dunia II]], Laksamana Shibata menunjukkan dukungannya terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia sebagaimana bawahannya, [[Tadashi Maeda]]. Pada Oktober 1935, dia termasuk di antara sekelompok orang Jepang terkemuka yang menyambut pemimpin [[Filipina]] Sakdalista, [[Benigno Ramos]], ke [[Tokyo]].
 
Ketika posisi Jepang sudah diambang kekalahan dalam Perang Dunia II, Shibata menyatakan dukungan terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia lewat pertemuan dengan Sukarno di [[Bali]] pada Juli 1945. Pertemuan tersebut juga diikuti [[Mohammad Hatta]] dan [[AhmadAchmad Soebardjo]]. [[Surabaya]], tempatnya menetap setelah di Bali, dukungan Shibata dibuktikan lewat penyelesaian konflik antara pemuda pejuang dengan [[Kenpeitai]] ketika sekira 700 pemuda pejuang di bawah pimpinan [[Soengkono]] menyerbu kantor Kenpeitai untuk meminta persenjataan mereka. Mereka mengingingkan senjata hanya untuk menghadapi [[Belanda]].
 
Pada 3 Oktober 1945, Shibata secara resmi menyerahkan persenjataan Kaigun kepada Kapten [[Huijer]], perwakilan South East Asia Command/Sekutu. Penyerahan itu secara simbolik dilakukannya dengan menyerahkan pedangnya kepada Huijer. Keputusan itu diambil Shibata karena Huijer menuntut penyerahan senjata Jepang agar tidak jatuh ke tangan para “ekstremis”. Senjata-senjata itu kemudian, dengan persetujuan Huijer, akan dijaga para anggota Komite Nasional Indonesia, yang dalam penilaiannya cukup moderat, hingga pasukan Sekutu tiba.
Baris 13 ⟶ 15:
== Referensi ==
{{reflist}}
 
{{Jepang-bio-stub}}
 
[[Kategori:Jepang-Indonesia]]
 
 
{{Jepang-bio-stub}}