Labakkang, Pangkajene dan Kepulauan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib) k penggantian teks otomatis dengan menggunakan mesin AutoWikiBrowser, replaced: beliau → dia, Beliau → Dia (2) |
labba/lakba artinya hambar, labba'/la'ba' artinya lebar |
||
(12 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 15:
== Sejarah ==
=== Asal Muasal Nama ===
Kata “Labakkang” ([[Bahasa Makassar]]) secara harfiah berasal dari kata
Andi Bahoeroe Karaeng Gaoe, [[Karaeng Labakkang]] ke 22 ini mengungkapkan bahwa kata ”Labakkang” (Bahasa Makassar) berasal dari kata ”
Kenyataan ini menurut Andi Bahoeroe Karaeng Gaoe (Karaeng Loloa) karena pada waktu itu Somba Labakkang meminta bantuan orang – orang dari [[Bone]] dan [[Soppeng]] untuk membuka hutan dan lahan pertanian untuk bercocok tanam pada bagian timur Labakkang sehingga pendatang Bugis tersebut akhirnya menetap disitu secara turun temurun. Begitu pula halnya dengan kedatangan Orang – orang dari Gowa dan Galesong ke Labakkang bagian barat untuk menetap, membuka hutan dan bercocok tanam dengan persetujuan Somba Labakkang. Pada waktu itu Labakkang sangat terkenal dengan potensi hasil pertaniannya sehingga daerah ini banyak didatangi oleh orang – orang Bugis dan Makassar dari berbagai daerah. Kedua etnis ini hidup rukun dan damai. (Syamsul Alam Nyonri, Disbudpar Pangkep, 2007
Dari sejumlah kerajaan yang pernah ada di Sulawesi Selatan, hanya tiga kerajaan yang diketahui rajanya bergelar “sombaya” yang berarti raja yang disembah, yaitu hanya [[Kerajaan Gowa]], [[Kerajaan Bantaeng]] dan [[Kerajaan Labakkang]]. Sampai kira – kira Tahun 1653 Masehi, Kerajaan Labakkang bernama [[Kerajaan Lombasang]]. Perubahan nama dari Lombasang menjadi Labakkang menurut Sejarawan Daerah, (alm) Abdur Razak Daeng Patunru adalah atas perintah Sultan Hasanuddin setelah naik takhta dalam tahun 1653 sebagai Raja Gowa 16. Abdur Razak Daeng Patunru dalam tulisannya tersebut tidak menyebutkan alasan [[Sultan Hasanuddin]] sehingga mengubah nama Lombasang menjadi Labakkang. Diduga perubahan itu didasari atas kesamaan nama Lombasang dengan nama kecil Sultan Hasanuddin, I Mallombasi. (Makkulau, 2008).
Baris 32:
Dahulu [[Karaeng Labakkang]] didampingi oleh sebuat Hadat yang terdiri dari Lokmo Labakkang, Lokmo Tonasa, Lokmo Teko, lokmo Kajumate, Lokmo Lambang, Lokmo Turungeng, Lokmo Moncong bori, Lokmo Bolosino, Lokmo Patjikombaja, Lokmo Kasuwarang, lokmo Biringere, dan Gallarang Labakkang. Dari mereka itu, adalah Lokmo dan Gallarang Labakkang yang terkemuka. Dalam Upacara – upacara pelantikan Karaeng Labakkang itulah yang memegang peranan terpenting. Lokmo Labakkang adalah juga selaku pinati dari Kalompoang – kalompoang / Arajang – arajang dari Labakkang. Kalompoang kekaraengan Labakkang itu terdiri dari tiga pataka, yaitu Bolong Kampongnga atau Tamaloba, Bakkaka, dan Djinaka. Bolong Kampongnga berasal dari Karaeng Barasa (Pangkajene), [[Kalompoang]] mana diberikan selaku hadiah oleh raja Gowa kepada Karaeng Lombasang karena raja ini membantu raja Gowa pada permulaan abad XVII dalam peperangannya melawan Raja Barasa. Kedua kalompoang yang lain itu adalah masing – masing dari Karaeng Mangallekana dan Karaeng Malise. Kedua kekaraengan ini terletak dalam daerah Lombasang dan keduanyalah yang sebenarnya merupakan inti Kerajaan Lombasang. Labakkang dahulu rapat kekeluargannya dengan [[Gowa]] dan [[Bone]]. (Makkulau, 2008).
Somba Lombasang / Labakkang yang terkenal ialah La Upa, seorang bangawan tinggi yang pada dirinya menetes darah keturunan [[Gowa]] dan [[Luwu]]. Dialah yang memperanakkan I Biba Daeng Pa’ja Karaengta Campagaya yang diperisterikan oleh La Sulili Matinrowe ri Malili dari garis keturunan La Tenrisessu Cenning [[Luwu]] [[Arung Pancana]], Raja Segeri merangkap Raja Agang Nionjo’ (Tanete), [[Barru]] sekarang ini . Dari hasil perkawinan keduanya inilah melahirkan Karaeng Labakkang La Ida MatinroE ri Balang yang kawin dengan Patta Ati anak dari Arung Mampu La Makkulau. Salah seorang anaknya yang terkenal dari Karaeng Matinroe ri Balang ini adalah [[La Maruddani Karaeng Bonto – Bonto]].
Karaeng Labakkang La Ida Matinroe ri Balang ini kemudian kawin lagi dengan I Endang Daeng Tonji yang melahirkan putera – puterinya, diantaranya ialah Karaengta Malise, Karaengta Campagaya, Karaengta Sapanang La Sanapipa Daeng Niasi dan Karaengta Tana – Tana La Yummu. Anaknya yang terakhir inilah, Karaengta Tana – tana La Yummu yang bersuamikan Andi Idjo Daeng Mattawang Karaeng Lalolang (Raja Gowa yang terakhir). (Makkulau, 2008).
Regent Labakkang, Page Daeng PaliE juga melawan Belanda yang membuatnya diasingkan ke [[Bandung]], berputerakan Sondeng Daeng Pasawi, ia menikah dengan I Dellung, puteri dari [[Karaeng Galesong]] yang bernama Majengkok Daeng Sila. Dari perkawinan itu lahirlah [[Andi Tjalla Daeng Muntu
== Lihat pula ==
Baris 43:
* [[Kerajaan Lombasang]]
* [[La Maruddani Karaeng Bonto - Bonto]]
* [[Taraweang, Labakkang, Pangkajene dan Kepulauan|Desa Taraweang]]
==
* Makkulau, M. Farid W. 2007. ''Sejarah dan Kebudayaan Pangkep''. Pangkep
* Makkulau, M. Farid W. 2008. ''Sejarah Kekaraengan di Pangkep''. Makassar
== Pranala luar ==
* Kampoeng Pangkep. http://pangkep.ning.com/profiles/blogs/asal-muasal-nama-labakkang{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
{{Labakkang, Pangkajene dan Kepulauan}}
{{Kabupaten Kepulauan Pangkajene}}
{{Authority control}}
|