Purwodadi, Barat, Magetan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
k Sejarah: clean up
 
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 16:
<!--
== Sejarah ==
Pada zaman dahulu Desa Purwodadi sebenarnya adalah sebuah hutan , dan didirikanlah sebuah pemukiman penduduk hingga berdiri sebuah Kadipaten Purwodadi yang megah pada saat itu , dengan bangunan Kadipaten yang luasnya kurang lebih sekitar 4 hektar.
Berdirinya Kadipaten ini menunjukan bahwa Purwodadi pada waktu itu memiliki
peran penting terhadap Kabupaten Magetan pada masa Perang Diponegoro
berlangsung . Desa Purwodadi merupakan sebuah desa yang terletak di perbatasan
Kecamatan Barat dan Kecamatan Karangrejo , dan memiliki letak lapangan yang sangat
strategis yang dahulunya ini adalah sebuah alun - alun kota dan dijadikan pasar
pon pada saat Kadipaten Purwodadi masih aktif .
 
Semenjak kedatangan para priyayi dari Puro Mangkunegaran yang bernama ''Raden Ahmad'' , daerah hutan tersebut
dirubahnya menjadi sebuah pemukiman penduduk pada hari ''Senin Kliwon'' Bulan Mulud ( salah satu nama bulan Jawa ) . Dia
adalah seorang bangsawan dari Praja Mangkunegaran yang kalah perang dengan
kompeni Belanda . Karena pada saat itu daerah Jawa Tengah telah menjadi daerah
yang rawan serangan kompeni Belanda . Raden Ahmad mendapat saran dari Adipati
Semarang untuk pergi ke daerah Gunung Lawu sebelah timur , akhirnya Dia dan
para pengikutnya menerima masukan tersebut dan pergi ke arah Gunung Lawu ditemani
dengan ''Raden Arya Damar'' putra dari
Adipati Semarang . Setelah sampai disekitaran Gunung Lawu sebelah timur , Raden Arya
Damar memberi saran kepada Raden Ahmad untuk berhenti dan mendirikan sebuah pemukiman
di daerah tersebut (Sumarsini, 2015).
Baris 43:
modern . Itulah masa dimana untuk pertama kali sebuah pemerintahan kolonial
Eropa menghadapi pemberontakan sosial yang berkobar di sebagian besar Pulau Jawa.
Hampir seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur , serta banyak daerah lain di
sepanjang pantai utaranya , terkena dampak pergolakan itu . Dua juta orang , yang
artinya sepertiga dari penduduk Jawa , terpapar oleh kerusakan perang;
seperempat dari seluruh lahan pertanian yang ada , rusak; dan jumlah penduduk
Jawa yang tewas mencapai 200.000 orang (Carey 1976:52 catatan 1).
 
Baris 56:
yang dikenal oleh masyarakat sekitar dengan sebutan Sultan Erutjokro dan ditemani
oleh para pengikutnya . Sebagai seorang pendiri dari Kadipaten Purwodadi atas
perintah dari Pangeran Diponegoro , Dia diangkat sebagai Adipati resmi dan
mempersiapkan prajurit - prajurit perang untuk melawan penjajah Belanda .
 
R.M Dipokusumo menjabat Adipati tidak terlalu lama , ini dikarenakan tugas Dia
untuk melanjutkan amanah dari ayahnya dalam melawan penjajah Belanda di daerah
lain , kemudian Dia menunjuk ''R.Ng
Mangunnegoro'' sebagai Adipati sekaligus panglima perang di daerah ini , namun''
takdir berkata lain dimana R.Ng Mangunnegoro akhirnya gugur dalam medan
pertempuran di daerah Bagi . Akhirnya posisi panglima perang digantikan oleh
Baris 68:
sebagai Adipati di Kadipaten Purwodadi setelah “Perjanjian Sepreh” . Pada masa
kepemimpinannya penjajah Belanda berhasil menguasai Magetan dan membaginya
sistem pemerintahan di Magetan menjadi 7 daerah kekuasaan oleh Belanda , yang
diputuskan dalam pertemuan semua Bupati se-wilayah Mancanegara Wetan pada 3-4
Juli 1830 di Desa Sepreh , Kabupaten Ngawi yang &nbsp;mengharuskan Kadipaten Purwodadi untuk tunduk
kepada pemerintah Belanda bersamaan dengan 7 Kadipaten lainnya di Magetan .
 
Baris 77:
Erutjokro Sayidin'' ''Panatagama Khalifat
Rasulullah ing Tanah Jawa ''dari isteri pertamanya ''R. Ay Retno Madubrongto ''yang merupakan puteri kedua dari ''Kiai Gede Dadapan '', ulama terkemuka dari
Desa Dadapan , dekat Tempel-Sleman , daerah Yogyakarta (Carey 2014:26) . Kadipaten
tersebut diberi nama Kadipaten Purwodadi dikarenakan nama Purwodadi berasal
dari kata ''“Purwo”'' yang berarti ''“wiwitan”'' dan ''“dadi”'' yang berarti ''“dumadi”'',
Baris 143:
menjadi daerah jajahan Belanda. Pada masa itu yang menjabat Bupati Magetan
adalah R.T. Sasrawinata (wafat tahun 1837). Kabupaten Magetan dipecah menjadi 7
daerah Kadipaten , yaitu :
 
1.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Kadipaten
Baris 177:
andil dalam kepemerintahan Kabupaten Magetan. Dahulu kala di desa ini berdiri
Kadipaten yang megah yang bernama “Kadipaten Purwodadi”. Berikut adalah 5
Adipati yang menjabat di Kadipaten Purwodadi :
 
-&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
Baris 197:
 
<span lang="SV">Pada tahun 1870 Kadipaten Purwodadi dihapuskan. ''Berturut-turut yang menjabat Adipati di
Purwodadi setelah ”Perjanjian Sepreh” adalah :''</span>
 
·&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
Baris 219:
 
<span lang="ES">Sebelum perjanjian sepereh ada dua pemimpin yang menjabat
yaitu'' : Pangeran Dipokusumo/R.M
Dipoatmodjo ''dan'' Kandjeng Pangeran
Mangunnegoro ''(yang meninggal dalam pertempuran Perang Diponegoro di daerah
Baris 245:
daerah kademangan yang dipimpin oleh seorang ''“Demang”'' yang bernama ''R.
Madijosentono''. Oleh demang R. Madijosentono, Purwodadi dibaginya menjadi
2&nbsp; desa yang bernama :</span>
 
<span lang="ES">1. Temulus,
Baris 428:
{{Barat, Magetan}}
 
{{Authority control}}
{{kelurahan-stub}}
 
 
{{kelurahanKelurahan-stub}}