Perang Saudara Pahang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
+ |
k →top: clean up |
||
(8 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan) | |||
Baris 3:
|image=CO 1069-505-01 (7893293906).jpg
|image_size=300px
|caption=[[Ahmad Mua'zzam Shah dari Pahang|Sultan Ahmad al-Muadzam Shah]] dan para ajudan pribadinya. Sekitar tahun 1897.
|date=1857—1863
|place=[[Kerajaan Pahang]]
|result=Kemenangan Wan Ahmad dan pembentukan kesultanan Pahang modern
|territory=Pahang kehilangan cekungan [[Sungai Endau]] selatan, dan
|combatant1={{flagicon|Pahang|1853}} Para loyalis [[Sultan Ahmad al-Muadzam Shah|Wan Ahmad]]<br>{{flagicon|Terengganu|1912}} [[Terengganu|Kesultanan Terengganu]]<br>{{flagicon|Thailand|1855}} [[Kerajaan Rattanakosin]]
|combatant2={{flagicon|Pahang|1853}} Para loyalis [[Tun Mutahir dari Pahang|Tun Mutahir]]<br>{{flagicon|Johor|1855}} [[Johor]]<br>{{flag|Britania Raya}}
* {{flag|Negeri-Negeri Selat}}
|commander1=[[Sultan Ahmad al-Muadzam Shah|Wan Ahmad]]<br>[[Omar Riayat Shah dari Terengganu|Baginda Omar]]<br>[[Raja Mongkut]]
|commander2=[[Tun Mutahir dari Pahang|Tun Mutahir]]<br>[[Temenggong Daeng Ibrahim|Temenggong Tun Daeng Ibrahim]]<br>[[Abu Bakar dari Johor|Abu Bakar]]<br>[[William Orfeur Cavenagh]]
|strength1=
Baris 18:
|casualties2=
}}
'''Perang Saudara Pahang''' ([[abjad Jawi|Jawi]]: ڤرڠ ساودارا ڤهڠ), juga dikenal sebagai '''Perang Bendahara''' adalah sebuah [[perang saudara]] yang berlangsung dari tahun 1857 hingga 1863, antara pasukan yang setia kepada [[Raja Bendahara]] yang berkuasa, [[Tun Mutahir dari Pahang|Tun Mutahir]], dan pasukan yang setia kepada saudaranya [[Sultan Ahmad al-Muadzam Shah|Wan Ahmad]], atas [[Urutan suksesi|
Ketika [[Kesultanan Johor|Kerajaan Johor]] runtuh pada awal abad kesembilan belas, Bendahara ke-22 kerajaan, [[Tun Ali dari Pahang|Tun Ali]] menyatakan otonominya dan telah merebut kekuasaan di Pahang, seperti halnya yang telah dilakukan [[Temenggong]] di negeri [[Johor]].<ref
Tun Mutahir
Pada tahap awal perang, [[Mayor Jenderal]] [[William Orfeur Cavenagh]], [[Daftar Gubernur Britania Negeri-Negeri Selat|Gubernur Britania Negeri-Negeri Selat]], menawarkan diri untuk menjadi penengah tetapi ditolak oleh kedua belah pihak. Wan Ahmad merasa bahwa Cavenagh bias mendukung abangnya karena pengaruh Temenggung dan para saudagar Singapura. Tun Mutahir menolak mediasi karena dia sedang memenangkan perang.<ref name="Baker 2010 120"/>
Pada tahun 1862, Wan Ahmad melancarkan serangan skala penuh dari Terengganu, ketika dia melintasi perbatasan dari [[Kemaman]] ke Ulu Tembeling. Dengan dukungan dari lebih banyak penghulu Pahang yang beralih pihak, dia berhasil menduduki posisi Bendahara di [[Temerloh]], Batu Gajah, dan [[Chenor]]. Dia kemudian menyerbu ibu kota, [[Distrik Pekan|Pekan]], dan menang dengan mudah. Tun Mutahir mundur ke Temai dan pada Mei 1863, dia melarikan diri ke [[Kuala Sedili]], tempat dia meninggal bersama putranya, Wan Koris.<ref>{{harvnb|Linehan|1973|pp=83–89}}</ref>
Perang saudara enam tahun telah menghancurkan sebagian besar dari secuil kemakmuran yang dinikmati Pahang pada masa kejayaan pemerintahan Bendahara Tun Ali. Sebagaimana dicatat oleh Sir [[Hugh Clifford]], pada masa-masa sebelumnya, sebelum perang, Pahang jauh lebih padat penduduknya daripada di zaman modern ini, tetapi pertempuran suksesi yang menyiksa negeri tersebut menyebabkan ribuan [[orang Melayu Pahang]] meninggalkan negeri mereka. Lembah sungai Lebir di Kelantan dan bagian atas dari beberapa sungai di dekat perbatasan Perak dan Selangor dihuni oleh orang Melayu Pahang, keturunan para pelarian ini.<ref>{{harvnb|Linehan|1973|p=89}}</ref> Perang ini juga mengakibatkan kehilangan wilayah permanen bagi Pahang, daerah selatan [[Sungai Endau]] dan pulau-pulau selatan di lepas pantai Endau termasuk [[Pulau Aur|Aur]] dan [[Pulau Tinggi|Tinggi]], yang diserahkan oleh Tun Mutahir kepada Johor sebagai imbalan atas bantuan militernya.<ref>{{harvnb|Linehan|1973|pp=90–91}}</ref>
== Catatan ==
|