Pakaian kulit kayu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k →Bahan Baku dan Alat Pembuatan: clean up |
||
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan) | |||
Baris 7:
Pada 1996, terjalin kerjasama antara Dunken Silly, Kepala The Nature Conservancy, dengan Antonius Taula dalam menggali ragam hias kulit kayu Sulawesi Tengah. Ragam hias kulit kayu yang menjadi koleksi di museum-museum Eropa — ragam hias misi Penginjilan dari Belanda — dipelajari kembali. Perekonomian para pengrajin kulit kayu sempat meningkat pada periode 1996 - 1998 dengan banyaknya kulit kayu mereka dijual di Inggris. Namun, kerusuhan di Poso membuat Dunken Silly harus kembali ke negara asalnya.<ref>''Op. Cit.'' hlm 136</ref>
Kulit kayu mempunyai arti penting dan harus dilestarikan. Oleh karena itu, Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkannya sebagai Warisan Budaya Takbenda Nasional pada 2014 dengan nomor registrasi 201400172 dalam domain Keterampilan<ref>{{Cite web|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=172|title=Pakaian Kulit Kayu|last=|first=|date=2018|website=warisanbudaya.kemdikbud.go.id|publisher=Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI|access-date=19 Februari 2019}}</ref> dan Kemahiran Kerajinan Tradisional dan mengapresiasi Antonius Taula sebagai penerima penghargaan Anugerah Kebudayaan dan Maestro Seni Tradisi 2018 dalam kategori Pelestari.<ref>{{Cite
== Bahan Baku dan Alat Pembuatan ==
Baris 18:
Perkakas yang digunakan dalam proses pengolahan sangat beragam. Dalam proses pengambilan kulit kayu, parang atau pisau digunakan untuk memisahkan kulit kayu dari pohon. Tahap selanjutnya untuk mengkondisikan kulit kayu agar menjadi selembar bahan. Terdapat dua perkakas yang berfungsi sebagai landasan ialah ''paulu dan'' ''tatua.'' Sedangkan, untuk menghaluskan kulit kayu ada tiga perkakas yaitu ''pola,'' batu ''ike, parondo'', ''pongko.'' Ada dua perkakas lagi untuk merendam dan menjaga kelembaban kulit kayu yang dinamakan ''kura tanah'' dan ''banga ngekewalu''. Untuk proses pewarnaan, perkakas yang digunakan adalah batang rotan yang diruncingkan, lidi daun kelapa, batang korek api dan kuas.
''Paulu'' adalah pengalas landasan yang terbuat dari dua bilah papan atau daun pisang. Ia biasanya berukuran 40
Masuk kepada alat pemukul. Pada tahap awal, pemukul yang digunakan adalah ''pola''. ''Pola'' berbentuk seperti alu dan berbahan dasar kayu. Biasanya terbuat dari pangkal batang pohon enau. Selanjutnya adalah batu ''ike''. Alat ini adalah alat pukul yang kepalanya menggunakan batu. Diketahui ada enam jenis batu ''ike'' dengan fungsi yang berbeda dan pengamat dapat membedakannya dari melihat kepala batunya. Pertama, ''ike tinahi'' berfungsi memanjangkan bahan kulit kayu dan mempuyai ukuran paling besar di antara batu ''ike'' lainnya. Dimensi batunya sendiri panjangnya 8
Alat pukul selanjutnya adalah ''parondo''. ''Parondo'' terbuat dari kayu ''awa'' atau ''lebanu'' yang sifatnya keras dan tidak mudah pecah. Ia berfungsi untuk meratakan kain kulit kayu yang tidak dapat dilakukan oleh batu ''ike'' agar bahan lebih siap untuk diolah. ''Pongko'' berfungsi sebagai penjaga posisi kulit kayu agar tetap berada di ''tatua'' (landasan)''.''
Kelompok perkakas selanjutnya adalah ''kura tanah'' dan ''banga ngkewalu'' yang berfungsi untuk menjaga kelembapan dan kelicinan kulit kayu. ''Kura tanah'' adalah nama daerah setempat dari belanga tanah. Ia biasanya berukuran tinggi 60
== Referensi ==
|