Arswendo Atmowiloto: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rescuing 0 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.9.3 |
|||
(3 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 71:
| footnotes =
}}
{{#if:Aswendo.jpg||
{{#if:Aswendo.jpg||[[Kategori:Artikel artis Indonesia yang perlu diberi gambar|{{PAGENAME}}]]}}▼
}}
'''Arswendo Atmowiloto''' ({{lahirmati|[[Surakarta]], [[Jawa Tengah]]|26|11|1948|[[Jakarta]]|19|7|2019}})<ref>{{
== Kehidupan awal ==
Arswendo lahir dengan nama '''Sarwendo''' di [[Surakarta]], [[Jawa Tengah]], pada tanggal 26 November 1948.<ref name=":0">{{Cite
Ia pernah memimpin [[Bengkel Sastra]] Pusat Kesenian [[Jawa Tengah]] di Solo (1972), wartawan ''Kompas'' dan pemimpin redaksi ''Hai'', ''Monitor'', dan ''Senang''. Kakaknya, [[Satmowi Atmowiloto]], adalah seorang [[kartunis]].<ref name=":0" />
== Karier ==
Setelah berhenti kuliah, Arswendo bekerja serabutan, sempat bekerja di pabrik bihun dan pabrik susu. Ia juga pernah menjadi penjaga sepeda dan menjadi [[pemungut bola]]. Tahun 1971, ia menerbitkan cerita pendek pertamanya yang berjudul ''Sleko'' di majalah ''Bahari''. Sejak 1972, ia menjadi pemimpin bengkel sastra Pusat Kesenian Jawa Tengah di Solo. Tahun 1974, ia menjadi konsultan rumah penerbit Subentra Citra Media.<ref name="badanbahasa"/> Pada tahun 1970-an, Arswendo menulis ''Keluarga Cemara'', cerita populer tentang keluarga kecil yang hidup jauh dari ibu kota. Cerita ini kelak diadaptasi menjadi sinetron dan film.<ref name="badanbahasa"/><ref>{{
Pada tahun 1980-an, Arswendo menulis novel yang diadaptasi dari film ''[[Serangan Fajar]]'' dan ''[[Pengkhianatan G30S/PKI]]''.<ref name="yh"/> Tahun 1986, Arswendo menjadi pemimpin redaksi majalah ''Monitor''. Tahun 1988, ia bergabung dengan dewan redaksi majalah ''Senang''.<ref name="badanbahasa"/> ''Monitor'' awalnya merupakan surat kabar, kemudian diubah oleh Arswendo menjadi [[tabloid]] yang mengulas film, televisi, dan hiburan.<ref name="tirto">{{
=== Kontroversi ===
Baris 93 ⟶ 94:
Arswendo secara resmi ditahan polisi pada tanggal 26 Oktober 1990. Namun, ia mengatakan dalam satu wawancara bahwa ia masih bebas sebelum vonis hakim dan "dijebloskan ke sel cuma sehari saat wartawan mau wawancara".<ref name="pantau"/> Pada April 1991, Arswendo dituduh melakukan [[subversi]] dan dihukum lima tahun penjara.<ref name="censorship"/> Pengadilan menyatakan Arswendo seharusnya menyunting hasil kuis untuk mencegah provokasi terhadap pembaca yang masih muda.{{sfn|Shiraishi|1997|pp=153–154}} Persidangan Arswendo menjadi salah satu persidangan yang paling ketat pengamanannya dalam sejarah Indonesia. ''Tempo'' menulis sekitar 1.000 personel dikerahkan untuk mengamankan jalannya sidang.<ref name="pantau"/>
Di penjara, Arswendo menulis sejumlah karya sastra, cerita bernada absurd, dan anekdot humor.<ref name="badanbahasa"/> Salah satu tulisan yang dibuatnya di penjara, ''Menghitung Hari'', bercerita tentang kehidupan di penjara dan diterbitkan tahun 1993. Pada tahun 1995, ''Menghitung Hari'' diangkat menjadi [[sinetron]] di [[SCTV (Indonesia)|SCTV]] yang kelak memenangi penghargaan film terbaik di Festival Sinetron Indonesia 1995. Atas keberhasilan sinetron ini, kegiatan syukuran diadakan di dalam penjara.<ref name="tirto"/> Arswendo menulis kurang lebih 20 buku di tahanan, rata-rata memakai [[nama samaran]].<ref>{{
=== Pasca-penjara ===
Baris 99 ⟶ 100:
=== Kematian ===
Pada bulan Juni 2019, keluarga mengungkapkan bahwa Arswendo telah mengidap [[kanker prostat]] sejak dua bulan yang lalu.<ref>{{
== Kehidupan pribadi ==
Arswendo awalnya beragama Islam, namun kemudian berpindah menganut [[Katolik Roma|Katolik]] dengan nama baptis Paulus.<ref name=":0" /><ref>{{cite news |title=Slamet Rahardjo: Arswendo adalah Pemberi Semangat |url=https://www.republika.co.id/berita/senggang/blitz/19/07/19/puwdou384-slamet-rahardjo-arswendo-adalah-pemberi-semangat |accessdate=20 July 2019 |work=Republika |date=19 July 2019 |language=id}}</ref> Ia menikahi Agnes Sri Hartini tahun 1971 dan memiliki tiga anak.<ref name="badanbahasa"/>
== Karya-karya ==
Dalam penulisan, tidak jarang dia menggunakan nama samaran. Untuk cerita bersambungnya, ''Sudesi'' (''Sukses dengan Satu Istri''), di harian ''Kompas'', ia menggunakan nama Sukmo Sasmito. Untuk ''Auk'' yang dimuat di ''Suara Pembaruan'' ia memakai nama Lani Biki, kependekan dari Laki Bini Bini Laki, nama iseng yang ia pungut sekenanya. Nama-nama lain pernah dipakainya adalah Said Saat dan B.M.D. Harahap.<ref>{{Cite
{{col|2}}
* ''Bayiku yang Pertama'' (Sandiwara Komedi dalam 3 Babak) (1974)
* ''[[Sang Pangeran]]'' (1975)
Baris 156 ⟶ 158:
* ''[[Kiki]]''
* ''[[Mengarang itu Gampang]]''
{{EndDiv}}
== Filmografi ==
Baris 281 ⟶ 284:
{{DEFAULTSORT:Atmowiloto, Arswendo}}
[[Kategori:Wartawan Indonesia]]
[[Kategori:Sastrawan Indonesia]]
|