Kepuhunan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
k clean up, replaced: {{Yatim → {{orphan, added underlinked tag
 
(14 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Underlinked|date=Januari 2023}}
'''Kepuhunan''' ({{lang-bjn|Kapuhunan}}) adalah [[mitos]] di [[Kalimantan Selatan]] khususnya di masyarakat [[suku banjar|Banjar]], istilah ini digunakan ketika seseorang ingin pergi di tawari makan dan minum tetapi mengindahkan dan akhirnya kena [[musibah]].<ref>{{cite web
{{orphan|Oktober 2022}}
'''Kepuhunan''' ({{lang-bjn|Kapuhunan}}) adalah sebuah [[mitos]]<ref name="mitos"/><ref>{{cite web
| last = id.quora.com
| first =
| authorlink =
| coauthors =
| title = Apa yang dimaksud dengan “Kepuhunan” dalam bahasa Kalimantan Selatan?
| work =
| publisher =
| date =
| url =https://id.quora.com/Apa-yang-dimaksud-dengan-Kepuhunan-dalam-bahasa-Kalimantan
| format =
| doi =
| accessdate = 7 Agustus, 2020 }}</ref><ref>{{cite web
| last =DUNIA KERIS
| first =
| authorlink =
| coauthors =
| title =Mitos Kepuhunan di Kalimantan
| work =
| publisher =
| date =
| url =https://duniakeris.com/mitos-kepuhunan-di-kalimantan/
| format =
| doi =
'''Kepuhunan''' ({{lang-bjn |Kapuhunan}}) adalahaccessdate [[mitos]]= di7 [[KalimantanAgustus, Selatan]]2020 khususnya di}}</ref> masyarakat [[sukulokal banjar|Banjar]]di Kalimantan, istilah ini digunakan ketika seseorang ingin pergi di tawariditawari makan dan minum tetapi tidak mengindahkan dan akhirnya kenatertimpa [[musibah]].<ref name="mitos">{{cite web
| last = Banjarmasin Tribunnews
| first =
Baris 11 ⟶ 37:
| format =
| doi =
| accessdate = 6 Agustus, 20202021 }}</ref>
 
== Etimologi ==
'''Kapuhunan''', akar katanya dari kata "''Puhunpuhun''" berawalan ke- berakhiran -an ({{lang-id|Kepohonan}}). Karena dalam bahasa Banjar tak mengenal huruf vokal "''Oo''", maka pada kata "pohon" diganti dengan huruf vokal "''Uu''".
Menurut Prof. Abdul Djebar Hapip kosakata ''Kapuhunan'' diartikan sebagai ''dapat celaka; dapat bencana.''<ref>{{cite web
| last = Kartika Eka H
Baris 28 ⟶ 55:
| accessdate = 6 Agustus, 2020 }}</ref> Karena mengindahkan tawaran orang lain.
 
== Pandangan IslamReferensi ==
{{Reflist}}
Karena istilah Kepuhunan ini adalah anggapan sial karena tidak sempat memakan atau meminum sesuatu maka kena Musibah misalnya jatuh dari motor atau tejuramba. Dan ini
termasuk [[Thiyaroh]] yang bergantung kepada sesuatu yang tidak ada hakekatnya dan merupakan sesuatu yang termasuk takhayyul dan keragu-raguan.
 
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
{{Cquote|Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: “Itu adalah karena (usaha) kami”. Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.|author=QS. Al A’raf: 131}}
 
[[Kategori:Budaya Banjar]]
Begitu pula orang-orang musyrik pernah menganggap datangnya nasib malang, itu karena Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala berfirman,
 
{{Cquote|Dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”|author=QS. An Nisa’: 78}}
 
{{MitosBudaya-stub}}
Kaum Musyrik menganggap kebaikan datang dari Allah sedangkan Musibah datangnya dari makhluk ini sama halnya dengan istilah "''Kepuhunan''" karena menganggap jika mengindahkan tawaran makan dan minum dari orang lain maka akan kena musibah atau sial, istilah ini sama sekali tidak ada hakikatnya,
Rasullullah shalallahu alaihi wassalam bersabda,
{{Cquote|Beranggapan sial adalah kesyirikan, beranggapan sial adalah kesyirikan”. Beliau menyebutnya sampai tiga kali. Kemudian Ibnu Mas’ud berkata, “Tidak ada yang bisa menghilangkan sangkaan jelek dalam hatinya. Namun Allah-lah yang menghilangkan anggapan sial tersebut dengan tawakkal.|author=HR. Abu Daud no. 3910 dan Ibnu Majah no. 3538. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih}}
 
Hadits ini dengan sangat jelas menunjukkan bahwa thiyaroh atau beranggapan sial termasuk bentuk syirik. Kesyirikan dalam masalah thiyaroh ini bisa dirinci menjadi dua:
#Jika menganggap bahwa yang mendatangkan manfaat dan mudhorot adalah makhluk, ini syirik akbar.
#Jika menganggap bahwa yang memberi manfaat atau mudhorot hanyalah Allah, namun makhluk hanyalah sebagai sebab, ini termasuk syirik ashgor.
 
==Referensi ==
{{Reflist}}
[[Kategori:Banjar]]
[[Kategori:Mitos]]
{{Mitos-stub}}