Perang Barito: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Shahibul Anwar (bicara | kontrib)
→‎Peran Suku Dayak terhadap Perang Banjar: Penambahan teks agar lebih mudah di pahami
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(38 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{refimprove}}
'''Perang Barito''' adalah [[perang]] yang berlangsung di daerah [[Barito]] yang merupakan rangkaian [[Perang Banjar]] yang dipimpin Pangeran [[Antasari]] dan [[Pangeran Hidayatullah]].
 
Hasil pertemuan bulan [[September]] [[1859]] antara Pangeran HidayatHidayatullah, Pangeran Antasari, Kiai [[Demang Lehman]] dan tokoh perjuangan lainnya di daerah [[Kandangan]] menetapkan bahwa [[Pangeran Antasari]] memperkuat pertahanan di daerah [[Tanah Dusun|Dusun Atas]], sedangkan [[Tumenggung Jalil]] memperkuat pertahanan di [[Banua Lima]], bersama [[Pangeran HidayatHidayatullah]]. Di daerah Martapura dibawah pimpinan [[Demang Lehman]] dan tokoh-tokoh pimpinan masyarakat lainnya. Dalam perkembangannya medan pertempuran [[Perang Banjar]] berlangsung dari wilayah [[sungai Kapuas]], [[Tanah Dayak]] (Kalteng) di sebelah barat sampai [[Tanah Bumbu]] (Kalsel) di sebelah timur, dari [[Tanah Laut]] (Kalsel) di sebelah selatan sampai [[Tanah Dusun]] (Kalteng) di sebelah utara. Perlawanan panjang di Kalimatan Selatan dan Kalimantan Tengah yang dipimpin oleh keturunan [[Pangeran Antasari]] dan [[Tumenggung Surapati]] berlangsung sampai tahun 1906 dengan meninggalnya [[Gusti Berakit]] bin [[Sultan Muhammad Seman]] pada 06 Agustus 1906. ( dalam Koentowijoyo, 2008:151).<ref>http://amlira49.wordpress.com/2012/09/16/resensi-buku-pegustian-dan-tumenggung/</ref>
 
== 26 Desember 1859 ==
Pangeran Antasari bermukim di daerah suku [[Dayak SiungSiang]] di Dusun Atas mendampingi Pimpinan suku Dayak SiungSiang [[Tumenggung Surapati]]. Komandan kapal “Onrust”''Onrust'', Van del Velde mengantarkan Surapati melihat-lihat meriam, begitu pula anak buah Surapati diajak melihat-lihat kapal perang itu. Menurut kesaksian Haji [[Muhammad Talib]] yang selamat dengan melarikan diri bersembunyi menceritakan bahwa kejadian terjadi pada siang hari [[26 Desember]] [[1859]]. Serdadu Belanda tidak merasa curiga dan mereka tidak mempunyai senjata, kecuali [[Van del Velde]] yang memiliki pedang tetap dipinggangnyadi pinggangnya. [[Letnan Bangert]] juga tidak bersenjata. Anak buah Surapati sudah tidak sabar lagi dan ketika [[Gusti Lias]] dengan perahu berada di sisi kapal, [[Ibon]] putera Tumenggung Surapati menghunus [[mandau]]nya sambil berteriak teriakan perang dan ini berarti perang ''amok''amuk dimulai. Mandau Ibon mengenai Letnan Bangert dan jatuh tersungkur. Surapati menghunus mandaunya terhadap Van der Velde dan pertarungan pun terjadi dan berakhir dengan menjadi mayat Van der Velde. Selanjutnya kesaksian Haji Muhammad Thalib mengatakan bahwa teriakan perang itu menyebabkan anak buah Surapati berdatangan dengan perahunya mendekati [[kapal Onrust]]. Dalam waktu sekejab sekitar 400-500 orang anak buah Tumenggung Surapati telah berada di atas kapal dan pergumulan perkelahian terjadi. Dalam hal ini meriam dan senapan tidak berbunyi karena perkelahian terjadi dalam jarak dekat. Para pemimpin perang lainnya seperti [[Tumenggung Aripati]], [[Tumenggung Mas Anom]], [[Tumenggung Kertapati]] ikut mengamokmengamuk di atas [[kapal Onrust]] tersebut. Perkelahian itu berlangsung hampir satu jam. Semua opsir dan serdadu Belanda yang berjumlah 90 orang berhasil ditewaskan dan kapal perang [[''Onrust]]'' berhasil ditenggelamkan. Yang kemudianKemudian diketahui selamat adalah penghubung perundingan Haji Muhammad Thalib yang kemudian menceritakan apa yang terjadi atas kapal ''Onrust'' dan baru [[31 Desember]] [[1859]] sampai [[Kota Banjarmasin|Banjarmasin]]. Semua isi kapal perang itu sebelum ditenggelamkan diangkut, senapan, [[lila]], meriam dan [[mesiu]] yang kemudian digunakan [[Tumenggung Surapati]] dan [[Pangeran Antasari]] untuk menembaki kapal-kapal Belanda yang lewat. Menurut catatan perang Belanda, bahwa kerugian yang paling besar diderita Belanda adalah dalam Perang Banjar, karena kapal perang berisi senjata beserta serdadunya terkubur bersama-sama ke dasar [[sungai Barito]]. Tenggelamnya kapal perang “Onrust” sangat mengejutkan dan menggemparkan pihak Belanda, sebaliknya menimbulkan semangat juang yang tinggi.
 
== Peranan Tumenggung Surapati ==
Tumenggung Surapati adalah seorang putera suku Dayak Siang dilahirkan dilembah Sungai Kahayan, sekarang termasuk wilayah Kalimantan Tengah. Sebagai seorang kepala suku, dia terkenal dengan gelar Kiai Tumenggung Pati Jaya Raja. Tumenggung Surapati berjuang bersama-sama Pangeran Antasari dan dibantu oleh tokoh-tokoh pejuang lainnya seperti [[Tumenggung Singapati]], [[Tumenggung Kartapati]], [[Tumenggung Mangkusari]] dalam perang Barito untuk menghancurkan kekuasaan kolonialisme Belanda di daerah itu. Merekalah tokoh-tokoh pejuang yang menggerakkan rakyat Barito melawan Belanda dalam Perang Barito (1865-1905).
 
[[Tumenggung Surapati]] dengan anak buahnya suku Dayak Siang telah memeluk agama Islam. Kedua tokoh pimpinan perjuangan ini diikat dalam hubungan kekeluargaan dengan mengawinkan putera [[Tumenggung Surapati]] yang bernama [[Tumenggung Jidan]] dengan cucu [[Pangeran Antasari]]. [[Tumenggung Surapati]] dengan anak buahnya bersama [[Pangeran Antasari]] telah mengangkat sumpah bersama-sama berjuang menghalau penjajah Belanda. Mereka akan berjuang tanpa pamrih dan tanpa kompromi dengan tekad : '''Haram Manyarah Waja Sampai Kaputing''' (pantang menyerah seperti baja sampai ke ujung/akhir). Belanda berusaha dengan segala taktik liciknya untuk memikat hati [[Tumenggung Surapati]] agar Tumenggung ini tidak melakukan perlawanan terhadap Belanda dan bersedia membantu Belanda untuk menangkap [[Pangeran Antasari]]. [[Tumenggung Surapati]] sebagaimana suku Dayak lainnya sangat setia pada sumpah yang telah diucapkannya dan apapun yang akan terjadi mereka tidak akan menghianatimengkhianati sumpah tersebut. Siasat licik [[Belanda]] akan dibalas dengan siasat licik pula, dimikian tekad [[Tumenggung Surapati]] dengan anak buahnya. [[Belanda]] mempunyai keyakinan bahwa siasatnya berhasil apalagi [[Tumenggung Surapati]] telah bersahabat dengan Belanda sebelumnya. Tumenggung Surapati pernah menjamu dengan segala kebesaran dan penuh keramahan terhadap rombongan [[Civiel Gezaghebber]] dan Komandan Serdadu Marabahan [[Letnan I. Bangert]] dan stuurman kapal Cipanas J[[JJ.J Meyer]] pada tahun [[1857]] dua tahun sebelum terjadinya [[Perang Banjar]]. Persahabatan dengan Belanda ini menimbulkan kebencian yang mendalam di hati Tumenggung Surapati setelah serdadu Belanda membakar rumah dan kebun rakyat yang tidak berdosa setelah terjadi Perang Banjar. Kebaikan hati Belanda hanya tipu muslihat untuk memikat rakyat agar berpihak pada penjajah. Perang Barito terjadi di sepanjang Sungai Barito dan sekitarnya. Perang ini merupakan bukti kebencian seluruh rakyat dalam wilayah Kerajaan Banjar terhadap penjajah Belanda.
 
== Penyerbuan Gudang Garam Belanda 24 Agustus 1859 ==
[[Berkas:55. Lontontoeor.jpg|jmpl|300px| Desa Lalutong Tuwur, Barito Utara, Kalimantan Tengah]]
Perang ini adalah [[Perang Banjar]] yang terjadi di sepanjang [[sungai Barito]], dan diawali dengan penyerbuan [[gudang]] [[garam]] Belanda di Pulau Petak, sebelah hulu dari [[Kuala Kapuas]]. Gudang Pulau Petak terletak di tepi sungai sedikit lebih tinggi dari kampung di sekitarnya. Gudang garam ini dijaga oleh Letnan Bichon dengan 60 orang serdadu Belanda. Kapal perang ''Monterado'' ikut berjaga-jaga di sungai. Pada malam tanggal 23 ke 24 Agustus [[1859]] Pulau Petak diserbu oleh [[Tumenggung Surapati]] dan Pembakal Sulil. Letnan Bichon tewas kena tobak dalam penyerangan ini. Belanda berusaha membujuk Tumenggung Surapati agar membantu Belanda menangkap Pangeran Antasari. Setelah usaha pertama gagal, pada bulan [[Desember]] [[1859]] kembali [[kapal Onrust]] menuju [[Muara Teweh]]. Kapal Onrust berhenti di [[Lalutong Tuwur]] sekitar 3 km sebelum sampai Muara Teweh, dan dari sini Belanda mengirim utusan agar Tumenggung Surapati berkenan datang di kapal Onrust.
[[Berkas:De Onrust bij Lontontoeor.jpg|jmpl|300px|Litografi [[Kapal Onrust]] ketika berada di sungai Barito, Desa Lalutong Tuwur]]
Perang ini adalah [[Perang Banjar]] yang terjadi di sepanjang [[sungai Barito]], dan diawali dengan penyerbuan [[gudang]] [[garam]] Belanda di Pulau Petak, sebelah hulu dari [[Kuala Kapuas]]. Gudang Pulau Petak terletak di tepi sungai sedikit lebih tinggi dari kampung di sekitarnya. Gudang garam ini dijaga oleh Letnan Bichon dengan 60 orang serdadu Belanda. Kapal perang ''Monterado'' ikut berjaga-jaga di sungai. Pada malam tanggal 23 ke 24 Agustus [[1859]] Pulau Petak diserbu oleh [[Tumenggung Surapati]] dan Pembakal Sulil. Letnan Bichon tewas kena tobak dalam penyerangan ini. Belanda berusaha membujuk Tumenggung Surapati agar membantu Belanda menangkap Pangeran Antasari. Setelah usaha pertama gagal, pada bulan [[Desember]] [[1859]] kembali [[kapal Onrust]] menuju [[Muara Teweh]]. Kapal Onrust berhenti di [[Lalutong Tuwur]] sekitar 3 km sebelum sampai Muara Teweh, dan dari sini Belanda mengirim utusan agar Tumenggung Surapati berkenan datang di [[kapal Onrust]].
 
== 26 Desember 1859 ==
Pada tanggal [[26 Desember]] [[1859]] dengan sebuah perahu besar dan diiringi dengan beberapa perahu kecil, perahu-perahu tersebut tidak beratap. Tumenggung Surapati dengan 15 orang pengiring yang terdiri dari keluarga dan panakawan. Perahu-perahu lainnya berlabuh di sebelah hulu dari kapal ''Onrust''. Tumenggung Surapati disambut oleh '''Letnan Bangert''' yang sudah lama kenal karena pernah menjadi tamu Tumenggung Surapati pada tahun [[1857]]. Tumenggung Surapati masuk ke dalam kamar untuk berunding disertai 4 orang anak dan menantunya. Sepuluh panakawan lainnya beramah tamah bersama para opsir di atas dek kapal. Dalam perundingan itu Belanda menjanjikan hadiah-hadiah antara lain memperlihatkan surat pengangkatan sebagai [[Pangeran]]. Keramah-tamahan yang diperlihatkan dan sikap yang meyakinkan menyebabkan Letnan Bangert merasa puas akan keberhasilan misinya. Dalam perundingan itu Letnan Bangert didampingi oleh '''Haji Muhammad Thalib''' sebagai juru runding dan perantara yang menghubungkan pihak Belanda dengan Tumenggung Surapati. Haji Muhammad Thalib sebelumnya sudah curiga dengan perahu-perahu yang ditumpangi Tumenggung Surapati dengan pengikutnya. Perahu-perahu tersebut tidak memakai atap, sedangkan kebiasaannya perahu mempunyai atap. Tetapi pihak Belanda tidak mengerti dengan kebiasaan orang-orang [[Dayak]] dengan perahu tanpa atap tersebut, karena Tumenggung Surapati dengan pengikutnya memperlihatkan keramah tamahannya. Perahu tanpa atap suatu pertanda sikap permusuhan dan sangat menggembirakan bagi seluruh rakyat yang berjuang melawan Belanda.
 
== Pertempuran di Leogong 11 Ferbruari 1860 ==
Akibat kekalahan yang sangat memalukan ini pihak Belanda mengirim serdadu sebagai [[ekspedisi]] dengan perintah bunuh semua Orang [[Dayak]] dan [[Melayu]] (Banjar) yang membantu menenggelamkan [[kapal perang]] ''Onrust''. Untuk keperluan ini, '''G.M.[[Gustave Verspyck'''Verspijck]] memberangkatkan kapal perang ''Suriname'', ''Boni'' dan beberapa kapal pembantu pada tanggal [[27 Januari]] [[1860]]. Kapal ini membawa 300 serdadu bersenjata lengkap, diantaranya 10 serdadu [[Eropa]], beberapa pucuk [[meriam]] dan [[mortir]]. Pimpinan ekspedisi '''Letnan Laut deDe Haes''' melaksanakan perintah dengan membabi buta, membakar semua kampung yang dilewati dan membunuh rakyat yang ditemukan. Ketika sampai di Lalutong Tuwur ternyata kampung itu telah dikosongkan penduduk. Kapal terus berlayar ke arah hulu sambil menembaki tempat-tempat yang dicurigai. Kapal ''Suriname'' dan ''Boni'' melewati kampung Leogong yang letaknya agak rendah. Dengan tidak diduga Belanda, meriam yang beratnya 30 pond menembak ke arah lambung kapal ''Suriname''. Korbanpun berjatuhan. Kapal itupun miring karena tembakan itu mengenai kedua ketel (boiler) sehingga mesin kapalpun mati. Baru menjelang tengah malam barulah kapal itu dihanyutkan dan ekspedisi itu pulang tanpa membawa hasil apa-apa. Pertempuran di Leogong ini terjadi pada [[11 Februari]] [[1860]].
 
== 22 Februari 1860 ==
[[Berkas:1. ZM Stoomschip Celebes in gevecht met een Kota Mara 6 aug 1859 Poeloe Kananat opgenomen.jpg|jmpl|[[Kapal uap]] ''Celebes'' berperang melawan benteng rakit apung yang disebut ''Kotamara'' dikemudikan [[suku Dayak|orang Dayak]] pada tanggal [[6 Agustus]] [[1859]] di pulau Kanamit, [[sungai Barito]].]]
Pada 22 Februari 1860, kembali kapal perang Celebes dan Monterado dikirim menyerang benteng Leogong. Benteng ini dikepung dengan dua buah kapal perang di hulu dan disebelah hilir serta 200 serdadu didaratkan. Pertempuran sengit pun terjadi sepanjang sungai Barito. Menyadari terhadap pengepungan ini Pangeran Antasari dan Tumenggung Surapati melakukan siasat mundur untuk menghindarkan banyaknya jatuh korban. Perang ini berakhir tanpa hasil yang memuaskan bagi Belanda. Untuk mengantisipasi kapal-kapal perang Belanda, Tumenggung Surapati dan Pangeran Antasari mengerahkan beratus-ratus perahu dengan sebuah perahu komando yang besar. Pada perahu besar ini dipancangkan bendera kuning. Armada perahu ini disertai pula dengan beberapa buah lanting kotta-mara (katamaran) semacam panser terapung. Bentuk kotta-mara ini sangat unik karena dibuat dari susunan bambu yang membentuk sebuah benteng terapung. Kotta-mara dilengkapi dengan beberapa pucuk meriam dan lila. Selain kapal perang “Onrust” yang berhasil ditenggelamkan pada [[26 Desember]] [[1859]], sebelumnya yaitu pada bulan [[Juli]] [[1859]] juga ditenggelamkan kapal perang Cipanas dalam pertempuran di sepanjang Barito di sekitar pulau Kanamit.
 
Pada 22 Februari 1860, kembali kapal perang Celebes dan Monterado dikirim menyerang benteng Leogong. Benteng ini dikepung dengan dua buah kapal perang di hulu dan disebelah hilir serta 200 serdadu didaratkan. Pertempuran sengit pun terjadi sepanjang sungai Barito. Menyadari terhadap pengepungan ini Pangeran Antasari dan Tumenggung Surapati melakukan siasat mundur untuk menghindarkan banyaknya jatuh korban. Perang ini berakhir tanpa hasil yang memuaskan bagi Belanda. Untuk mengantisipasi kapal-kapal perang Belanda, Tumenggung Surapati dan Pangeran Antasari mengerahkan beratus-ratus perahu dengan sebuah perahu komando yang besar. Pada perahu besar ini dipancangkan bendera kuning. Armada perahu ini disertai pula dengan beberapa buah lanting kotta-mara (katamaran) semacam panser terapung. Bentuk kotta-mara ini sangat unik karena dibuat dari susunan bambu yang membentuk sebuah benteng terapung. Kotta-mara dilengkapi dengan beberapa pucuk meriam dan lila. Selain kapal perang “Onrust”''Onrust'' yang berhasil ditenggelamkan pada [[26 Desember]] [[1859]], sebelumnya yaitu pada bulan [[Juli]] [[1859]] juga ditenggelamkan kapal perang Cipanas dalam pertempuran di sepanjang Barito di sekitar pulau Kanamit.
== bantuan Suku Dayak terhadap Perang banjar ==
 
Perang Banjar yang terjadi di barito, memberikan posisi penting terhadap keperpihakan Dayak. Seperti juga masyarakat Banjar maka masyarakat Dayak juga terbelah, sebagian memihak Belanda karena mereka diangkat oleh Belanda sebagai bagian dari pemerintahan Sultan Tamjidullah II yang didukung Belanda. Gubernur Banua Lima, Adipati Danu Raja berada di pihak Sultan dan Belanda, demikian kepala-kepala pemerintahan di Tanah Bumbu dan sultan Kutai yang berada di bawah tekanan Belanda. Sutaono yang berasal dari desa tewang (tamiang layang) seorang kepala suku dayak maanyan dan temanggung nikodemus jaya negara seorang kepala suku dayak ngaju. Pangeran Antasari dan pengikutnya serta keturunannya menghadapi tekanan yang berat dari saudara sebangsa baik dari suku Banjar, Dayak, Bugis, Kutai yang sudah berada dalam gengaman kolonialisme Belanda. Sultan Kutai membantu Belanda menangkap Pangeran Perbatasari (Sultan Muda) yang akhirnya diasingkan ke Kampung Jawa Tondano. Keturunana Panglima Batur yang tertangkap diasingkan ke Bengkulu.
== bantuanPeran Suku Dayak terhadap Perang banjarBanjar ==
[[Berkas:De-aanval-op-Tongka.jpg|jmpl|300px|Penyerangan benteng Gunung Tongka oleh Belanda (gambar oleh G. Kepper)]]
[[Perang Banjar]] yang terjadi di barito[[Barito]], memberikan posisi penting terhadap keperpihakankeberpihakan [[Dayak]]. Seperti juga masyarakat [[Banjar]] maka masyarakat [[Dayak]] juga terbelah, sebagian memihak [[Belanda]] karena mereka diangkat oleh [[Belanda]] sebagai bagian dari pemerintahan Sultan [[Tamjidullah II]] yang didukung [[Belanda]]. Gubernur[[Adipatie BanuaDanoe Lima,Radja|Kiai Raden Adipati Danu Raja]] sebagai gubernur [[Banua Lima]] berada di pihak Sultan Tamjidullah II dan Belanda, demikian kepala-kepala pemerintahan di negeri [[Tanah Bumbu]] dan sultanSultan Kutai yang berada di bawah tekanan Belanda. SutaonoBegitu pula[[Suta Ono]] yang berasal dari desa tewangTelang (tamiang[[Paju layangEpat]]) seorang kepala suku dayak[[Dayak maanyanMaanyan]] dan temanggung[[Toemenggoeng nikodemusNicodemus jayaDjaija negaraNegara|Temanggung Nikodemus Jaya Negara]] seorang kepala [[suku dayakDayak ngajuNgaju]].<ref>[http://books.google.co.id/books?id=jT0sAAAAYAAJ&dq=demang%20lehman&pg=PR11#v=onepage&q=demang%20lehman&f=false {{nl}} Michael Theophile Hubert Perelaer, Ethnographische beschrijving der Dajaks, J. Noman, 1870]</ref> [[Pangeran Antasari]] dan pengikutnya serta keturunannya menghadapi tekanan yang berat dari saudara sebangsa baik dari suku Banjar, Dayak, Bugis, Kutai yang sudah berada dalam gengamangenggaman [[kolonialisme Belanda]]. [[Aji Muhammad Sulaiman|Sultan Kutai]] membantu Belanda menangkap [[Pangeran Perbatasari]] (Sultan Muda) yang akhirnya diasingkan ke Kampung [[Jawa Tondano]]. KeturunanaKeturunan Panglima[[Tumenggung BaturSurapati]] yang tertangkap diasingkan ke [[Bengkulu]].
 
Untuk menghadapi perang ini sebanyak 142 militer Belanda diterjunkan ditambah pasukan Dayak yang disiapkan Belanda berjumlah 426 terdiri:<ref>{{nl}} J. M. C. E. Le Rutte, Episode uit den Banjermasingschen oorlog, A.W. Sythoff, 1863</ref>
* Orang [[Maanyan Sihong]] dibawah pimpinan [[Suta Ono]] berjumlah: 224
* Orang Maanyan Patai dibawah pimpinan [[Toemenggoeng Djaja Kartie|Tumenggung Jaya Karti]] (Jelan): 176
* Orang [[Dayak Katingan]] sebanyak: 26
 
== Rujukan ==
* M. Gazali Usman, [[Kerajaan Banjar]]: [[Sejarah]] Perkembangan [[Politik]], [[Ekonomi]], [[Perdagangan]] dan [[Agama]] [[Islam]], [[Banjarmasin]]: Lambung Mangkurat Press, [[1994]].
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==
* http://amlira49.wordpress.com/2012/09/16/resensi-buku-pegustian-dan-tumenggung/
* https://groups.yahoo.com/neo/groups/ppiindia/conversations/messages/21933
 
[[Kategori:Dayak]]