Kumandang Sastra: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Igho (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
k clean up, removed stub tag
 
(7 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Kumandang Sastra.jpg|thumbjmpl|300 px|Kumandang Sastra di RRI Semarang]]
'''Kumandang Sastra''' adalah siaran ''on air'' di [[Radio Republik Indonesia|Radio Republik Indonesia (RRI)]] Stasiun [[Semarang]] yang berisikan telaah sastra dan pembacaan karya-karya sastra berupa [[puisi]] dan [[cerita pendek]] oleh para sastrawan. Program ini mulai disiarkan sejak [[29 Maret]] [[1967]], kali pertama digagas oleh Victor Roesdianto atau Kak Roes yang sekaligus menjadi penyiarnya.<ref>Jateng TribunNews: [http://www.jateng.tribunnews.com/2015/06/08/pagelaran-flash-back-teater-menelisik-sastra-radio-menggairahkan Jateng Tribun News]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, diakses 12 Juni 2015</ref><ref>Berita Jateng: [http://www.beritajateng.net/berita-jateng-terbaru-hari-ini/apresiasi-victor-roedianto-kumandang-sastra-gelar-pertunjukan/25181 Aprisiasi Vivtor, Kumsas Gelar Pertunjukan] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150614103415/http://beritajateng.net/berita-jateng-terbaru-hari-ini/apresiasi-victor-roedianto-kumandang-sastra-gelar-pertunjukan/25181 |date=2015-06-14 }}, diakses 12 Juni 2015</ref><ref>JenteraNews: [http://jenteranews.blogspot.co.id/2013/06/kumandang-sastra-semarang-komunitas.html Kumandang Sastra Semarang; Komunitas Pecinta Sastra], diakses 12 Juni 2015</ref><ref>Metro Semarang: [http://metrosemarang.com/topeng-monyet-pendidikan-media-pembangunan-budaya ‘Topeng Monyet Pendidikan’ Media Pembangunan Budaya] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170421190817/http://metrosemarang.com/topeng-monyet-pendidikan-media-pembangunan-budaya |date=2017-04-21 }}, diakses 12 Juni 2015</ref><ref>Konfrontasi: [http://www.konfrontasi.com/content/budaya/puisi-kesunyian-anggota-kumandang-sastra-kusas-semarang Puisi Kesunyian : Anggota Kumandang Sastra]{{Pranala mati|date=Desember 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, diakses 12 Juni 2015</ref><ref>Pengantar Sejarah Sastra Indonesia, Yudiono KS, Gramedia Pustaka UtamaGrasindo, 2007</ref>
 
== Latar belakang ==
Waktu itu [[Radio Republik Indonesia|RRI]] [[Semarang]] sangat membutuhkan acara siaran sastra, karena acara sebelumnya, Panorama Puisi dihentikan karena pengasuhnya terlibat Gerakan 30/S PKI. Oleh karena itu, Kepala Siaran Kata, Rieta, meminta Victor Roesdianto membuat acara baru yang kemudian disetujui bertajuk Kumandang sastra, dengan waktu siaran sepekan sekali, pada hari Jum'at pukul 17:30 - 18:00 WIB. Siaran pertama itu diisi dengan perkenalan, di samping uraian tujuan siaran. Selain pembacaaan karya-karya sastra, acara itu juga diisi dengan memberikan pelatihan membaca sajak/deklamasi bagi para peminat deklamasi. Para deklamatris yang tampil pada siaran pertama {{BASEPAGENAME}}Kumandang Sastra adalah Cathrien Rinawati, Go Hoei Hwan, Evelyn Tan Lian Hing, Ludwina Winarti, dan Jeanette Pauline Mumek. Mereka adalah siswi-siswi SMP dan SMA Kebon Dalem yang kebetulan juga merupakan murid-murid kelas drama Kak Roes di sekolahan tersebut.
Siaran percobaan pada [[29 Maret]] [[1967]] tersebut ternyata cukup mengundang minat pada siaran berikutnya. Pada bulan April 1967, peminatnya meningkat cukup menggembirakan sehingga dengan terpaksa masing-masing peserta diberi latihan membaca satu dua baris puisi dan bergantian dengan peserta lainnya. Akhirnya RRI Semarang mengeluarkan kebijakan, pelatihan deklamasi secara lebih intensif diberikan waktu khusus, yakni hari Minggu mulai pukul 10:00 WIB.
=== 1968 - 1971 ===
Tahun [[1968]], karena peminat Kumandang Sastra terus bertambah, jam siaran ditambah menjadi dua kali dalam sebulan. Mulai 1969, di samping siaran sastra, {{BASEPAGENAME}}Kumandang Sastra juga memberikan kesempatan untuk acara Sandiwara Radio berbahasa Indonesia. Sejak itu, sebulan sekali pada hari Selasa malam, {{BASEPAGENAME}}Kumandang Sastra tampil dengan sandiwara radio, dengan naskah tulisan Victor Roesdianto. Tahun [[1970]] {{BASEPAGENAME}}Kumandang Sastra keluar dari RRI Semarang (tidak lagi menggunakan studio RRI Semarang sebagai tempat latihan) dan juga tidak lagi menggunakan ''embel-embel'' RRI Semarang - KuSas RRI Semarang - seperti sebelumnya, melainkan Kumandang Sastra Semarang. Memperingati hari ulang tahun ke-3, dengan mengadakan Lomba Deklamasi, sekaligus memperingati wafat [[Chairil Anwar]], 25-26 April 1970.
Bertindak selaku Dewan Juri saat itu adalah [[Darmanto Jatman]], [[Sapardi Djoko Damono]], [[S. Palupi]], [[M. Sugito]], [[M. Yantho]], [[S. Hartati Sutrisno]], [[Hamid S. Darminto]]. Peserta lomba meliputi siswa-siswi SLP/SLA dan umum/mahasiswa. Pada saat itu juga Kumandang Sastra tampil dengan pementasan drama ''Pinangan'', karya [[Anton Chekov]].
 
Mulai tahun [[1970]], {{BASEPAGENAME}}Kumandang Sastra menyiarkan deklamasi gaya {{BASEPAGENAME}}Kumandang Sastra, yaitu deklamasi hendaklah relax, tidak tegang, boleh duduk, boleh tiduran, atau boleh jalan-jalan. Ucapkan kata-kata sajak dengan relax mengalir. Berdeklamasi boleh juga dengan membaca puisinya. Tahun [[1971]] memperingati HUT ke-4, {{BASEPAGENAME}}Kumandang Sastra kembali mengadakan lomba deklamasi dengan nama baru Lomba Penghayatan Puisi untuk siswa-siswi SLP, SLA dan mahasiswa/umum. Bertindak sebagai dewan juri adalah [[Umbu Landu Paranggi]], [[Hamid S. Darminto]], [[B. Sutiman]], [[S, Palupi]], [[S. Tatik Sutrisno]], [[M. Sugito]], dan [[M. Yantho]]. Mulai saat itu para deklamator boleh membawa teks sajak.
=== 1974 - 1984 ===
Memperingati HUT ke-7, Kumandang Sastra bermaksud mangadakan Lomba Pantomomik. Edaran sudah disebarkan ke sekolah-sekolah di [[Semarang]], tetapi Iman Prakosa, Kepala Seksi Kebudayaan saat itu, tiba-tiba melarang tanpa alasan yang jelas, sehingga lomba terpaksa dibatalkan. Padahal puisi-puisi kiriman dari para pendengar semakin membanjir, datang dari beberapa kota di [[Jawa Tengah]]. Beberapa penyair yang puisinya tergolong menonjol, tercatat antara lain Heru Emka, Erka, Widodo Tri Susilo, Buyung Sindhu, Wulung Asmoro, Rachmat Prayogo, (semuanya dari Semarang), Budi Y (Blora), Heru Mugiarso, Ant.Sugiarto, Agus Sungkono, Adi Santosa (Purwodadi), Amar Makruf, (Jepara), Kholid Anwar (Kebumen), Ida Ayu Maharani (Jepara), Sunardi (Karanganyar), Gumilar Rumansya (Magelang), dan beberapa lagi pengirim dari [[Jawa Timur]], [[Jawa Barat]] dan luar Jawa. Peristiwa kegagalan perhelatan tersebut akhirnya melahirkan gagasan pembentukan Kusas Stuty Club (KSC) dan beberapa kali berkumpul untuk menyelenggarakan diskusi sastra. Tahun 1975 memperingati HUT ke-8 dengan menyelenggarakan Lomba Penghayatan Puisi yang dinilai oleh Umbu Landu Paranggi, [[Linus Suryadi AG]], [[Emha Ainun Najib]], Darmanto Jatman, Sapardi Djoko Damono, Hamid S, Darminto, dan M. Yantho. Tahun itu juga, Budiman S. Hartotyo dari Solo diundang oleh Fakultas Sastra [[Universitas Diponegoro]] dalam seminar untuk membantah deklamasi gaya {{BASEPAGENAME}}Kumandang Sastra. Budiman (yang tidak tahu sejatinya maksud deklamasi gaya {{BASEPAGENAME}}Kumandang Sastra), menuduh Victor Roesdianto mengajarkan pembantaian terhadap puisi yang dibawakan dengan deklamasi gaya {{BASEPAGENAME}}Kumandang Sastra. Namun tuduhan itu kemudian dibantah bahwa deklamasi gaya {{BASEPAGENAME}}Kumandang Sastra tidak punya maksud pembantaian puisi, namun justru mengangkat nilai puisi agar lebih dikenal masyarakat. Tahun [[1977]] {{BASEPAGENAME}}Kumandang Sastra menyelenggarakan Lomba Menyanyi untuk anak-anak TK/SD. Kemudian [[1979]] mementaskan naskah ''Yerma'', karya Frederico Garcia Lorca. Tahun [[1984]], Linus Suryadi AG diundang oleh {{BASEPAGENAME}}Kumandang Sastra untuk berbicara dalam sebuah diskusi yang diselenggarakan oleh KSC.
 
== Kembalinya {{BASEPAGENAME}}Kumandang Sastra ==
Tahun [[2006]], Kumandang Sastra diminta kembali oleh LPP RRI Semarang untuk mengisi acara apresiasi sastra berkenaan dengan didirikannya Programa 4 yang menyiarkan acara budaya. Kak Roes kembali mengundang para anggota yang masih tersisa untuk merespon ajakan tersebut. Maka berkumpullah Antonius Sugiarto, Heru Mugiarso, Heru Emka, dan Didiek Soepardi MS di rumah Kak Roes. Pada awal mengudara kembali, Kak Roes juga mengajak anak-anak didiknya, para anggota ''lector'' Gereja Katolik Paroki Gedangan dan murid-muridnya di SMK 1 jurusan penyiaran. Kemudian acara Apresiasi Sastra oleh Kumandang Sastra dipindahkan ke Pro 1 FM. Satu tahun kemudian, 22 Nopember 2007, Mbak Niek, istri Kak Roes, tutup usia. Tahun 2008, Kak Roes menyerahkan pengelolaan acara kepada Didiek Soepardi MS. Selama kurun waktu [[2006]] sampai [[2015]], beberapa tamu khusus ikut mewarnai Kumandang Sastra antara lain [[Parni Hadi]] (mantan direktur LPP – RRILPP–RRI Pusat dan Kepala Kantor Berita Nasional ANTARA), [[Bambang Sadono]] (Anggota DPD RI), [[Gunoto Saparie]], Imam Subagyo, Widiyartono Radian, Thomas Haryanto Soekiran (pengurus Dewan Kesenian JATENG), RD Kedum, Syarifuddin Arifin (Palembang), Enji Gelvis, Idayani Mawar Jingga Rindukan Damai (Jakarta), Zubaidah Djohar (Banda Aceh), [[Arsyad Indradi]] (Banjarmasin), Wing Irawan, Bambang Eka Prasetya, Rm. Sudi Yatmana, Wina Bojonegoro (novelis [[Surabaya]]), komunitas mahasiswa dari [[Universitas Diponegoro]], Universitas PGRI, [[Unnes]], dan Universitas Islam Negeri, dan masih banyak lagi.
 
== Lihat pula ==
Baris 24:
== Referensi ==
{{reflist}}
 
{{radio-stub}}
{{Authority control}}
 
[[Kategori:Sastra]]