Sjamsul Arifin Achmad: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Wikifisasi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(13 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Orphan|date=Januari 2023}}
'''Prof. Sjamsul Arifin Achmad''' lahir di Padang, 11 April 1934, merupakan guru besar kimia organik pada Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam [[Institut Teknologi Bandung]]. Beliau merupakah seorang ahli kimia organik yang telah banyak berjasa dalam menemukan puluhan senyawa kimia baru pada berbagai jenis tanaman di Indonesia.
 
'''Prof. Sjamsul Arifin Achmad, D.Sc (Hon)''' lahir di Padang, 11 April 1934, merupakan guru besar kimia organik pada Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam [[Institut Teknologi Bandung]]. BeliauIa merupakah seorang ahli kimia organik yang telah banyak berjasa dalam menemukan puluhan senyawa kimia baru pada berbagai jenis tanaman di Indonesia.<ref name=":0">{{Cite web|url=http://www.kimianet.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1104282302|title=Sjamsul Arifin Achmad, Menggagas Penemuan Senyawa Kimia|website=www.kimianet.lipi.go.id|access-date=2019-09-14}}</ref>
Sebagai negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia memiliki banyak sekali jenis tanaman. Diketahui sedikitnya Indonesia memiliki 40.000 jenis tanaman, sehingga masih banyak potensi yang dapat digali dari tanaman-tanaman di Indonesia. Prof. Sjamsul berkeyakinan bahwa tanaman Indonesia menghasilkan senyawa-senyawa yang memiliki banyak khasiat. Karena itu, bersama dengan Dr Euis Holisotan Hakim, Dr Yana Maolana Syah, Dr Lia Dewi Juliawaty, Didin Mujahidin MSi, dan Drs Lukman Makmur dari Departemen Kimia FMIPA ITB, sejak tahun 1985, Prof Sjamsul dan tim nya memulai penelitian terhadap tanaman hutan Indonesia. Hasilnya, mereka telah menemukan puluhan senyawa baru yang ternyata memiliki banyak khasiat. Senyawa-senyawa yang telah ditemukan, diberi nama dengan nama Indonesia, misalnya senyawa yang ditemukan dalam tanaman Meranti ''(Vatica)'' yang banyak tumbuh di Kalimantan dinamakan dengan Diptoindonesianin A, Diptoindonesianin B, Diptoindonesianin C, dan seterusnya. Senyawa-senyawa ini memiliki sifat antibakteri. Demikian pula senyawa yang terkandung pada tanaman Nangka ''(Artocarpus champeden)'' yang banyak tunbuh di Sumaera Barat, diberi nama Artoindonesianin A, Artoindonesianin B, dan seterusnya yang ternyata memiliki sifat antikanker.
 
Setelah menamatkan SMA di [[Kota Bandung|Bandung]] tahun 1954, Sjamsul melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia hingga akhir tahun 1955, sebelum berangkat ke Australia pada tahun yang sama untuk melanjutkan pendidikan dalam bidang ilmu Kimia di [[Universitas New South Wales]], Sydney, dengan beasiswa [[Colombo Plan]]. Pada tahun 1960, Sjamsul menyelesaikan pendidikan sarjana sebagai lulusan terbaik dan memperoleh gelar [[Bachelor of Science]] dengan predikat First Class Honours (B.Sc. Hon I).
Prof Sjamsul telah menekuni dunia kimia organik selama 40 tahun. Selama itu pula beliau telah menorehkan berbagai prestasi dalam mengungkap khasiat dari kekayaan tanaman di Indonesia. Atas kontribusinya pada bidang kimia organik tersebut, beliau telah banyak mendapat penghargaan dari berbagai lembaga, organisasi, dan perguruan tinggi baik dari dalam maupun luar negeri.
 
Kemudian Sjamsul melanjutkan pendidikan dengan mengikuti program S3 di School of Chemistry, Faculty of Science, University of New South Wales, Sydney. Sjamsul melakukan penelitian dibawah bimbingan Prof. GWK Cavill, seorang pakar Kimia Organik yang bekerjasama dengan dua orang [[Penghargaan Nobel|Nobel]] Laureates Prof. [[Robert Robinson (ilmuwan)|Sir Robert Robinson]] dari [[Universitas Oxford]] dan Prof. [[Robert Burns Woodward|Robert Woodward]] dari [[Universitas Harvard]]. Sjamsul memperoleh Ph.D pada tahun 1964 setelah melakukan penelitian berjudul: "Transformation Products of Pulegone". Setelah menyelesaikan program Doktor, Prof Cavill menawarkan Sjamsul untuk mengikuti program Post Doctoral di UCLA, USA, di bawah bimbingan Prof. Geissmann, namun Sjamsul memilih untuk pulang ke Indonesia dan langsung berkarya di Institut Teknologi Bandung sejak tahun 1964. Pada tahun 1977, Sjamsul diangkat menjadi Guru Besar Kimia Organik Bahan Alam.
 
Di antara tahun 1975 - 1977, Sjamsul menjadi Associate Professor (on [[secondment]]) di Department of Chemistry, National University of Malaysia, Kuala Lumpur.
 
Di tahun 2004, Prof. Sjamsul menerima Honorary Doctor of Science (D.Sc) dari Univerisiti Kebangsaan Malaysia.
 
Di tahun 2004, Prof. Sjamsul menerima menghargaan "Sarwono Prawirohardjo Award" dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
 
Di tahun 2004, Prof. Sjamsul diangkat menjadi Professor Emeritus di Institut Teknologi Bandung
 
Di tahun 2005, Prof. Sjamsul menerima Habibie Award dalam bidang Ilmu Kedokteran dan Bioteknologi
 
== Penelitian ==
Sebagai negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia memiliki banyak sekali jenis tanaman. Diketahui sedikitnya Indonesia memiliki 40.000 jenis tanaman, sehingga masih banyak potensi yang dapat digali dari tanaman-tanaman di Indonesia. Prof. Sjamsul berkeyakinan bahwa tanaman Indonesia menghasilkan senyawa-senyawa yang memiliki banyak khasiat. Karena itu, bersama dengan Dr Euis Holisotan Hakim, Dr Yana Maolana Syah, Dr Lia Dewi Juliawaty, Didin Mujahidin MSi, dan Drs Lukman Makmur dari Departemen Kimia FMIPA ITB, sejak tahun 1985, Prof Sjamsul dan tim nya memulai penelitian terhadap tanaman hutan Indonesia. Hasilnya, mereka telah menemukan puluhan senyawa baru yang ternyata memiliki banyak khasiat. Senyawa-senyawa yang telah ditemukan, diberi nama dengan nama Indonesia, misalnya senyawa yang ditemukan dalam tanaman Meranti ''(Vatica)'' yang banyak tumbuh di Kalimantan dinamakan dengan Diptoindonesianin A, Diptoindonesianin B, Diptoindonesianin C, dan seterusnya. Senyawa-senyawa ini memiliki sifat antibakteri. Demikian pula senyawa yang terkandung pada tanaman Nangka ''([[Artocarpus champeden]])'' yang banyak tunbuh di Sumaera Barat, diberi nama Artoindonesianin A, Artoindonesianin B, dan seterusnya yang ternyata memiliki sifat antikanker.<ref name=":0" />
 
Sampai tahun 2010, Prof Sjamsul dengan tim nya telah menghasilkan lebih dari 450 publikasi ilmiah (scientific publications) dan presentation di ratusan konferensi-konferensi ilmiah di dunia.
 
== Karier ==
Prof Sjamsul telah menekuni dunia kimia organik selama 40 tahun. Selama itu pula beliauia telah menorehkan berbagai prestasi dalam mengungkap khasiat dari kekayaan tanaman di Indonesia. Atas kontribusinya pada bidang kimia organik tersebut, beliau telah banyak mendapat penghargaan dari berbagai lembaga, organisasi, dan perguruan tinggi baik dari dalam maupun luar negeri.<ref name=":0" />
 
== Referensi ==
<references />
 
{{Authority control}}
 
[[Kategori:Ahli Kimia Organik]]
[[Kategori:Ilmuwan Indonesia]]