Bastem: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Stephensuleeman (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Riwala (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(12 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Basse SantempeSangtempe'''' ("atau '''Bastem")''' adalah sebutan satu kawasan pada lokasi di lereng sebelah timur dari [[Gunung Latimojong]], kabupaten[[Kabupaten Luwu]], provinsi [[Sulawesi Selatan]], [[Indonesia]]. Kawasan ini dihuni oleh suku bangsaToraja Luwuyang diikut bawahdibawah Torajapemerintahan Kedatuan Luwu. Kawasan BesseBasse SantempeSangtempe' ini subur untuk tanaman [[kopi]] Arabika dan tanahnya mengandung biji [[emas]]. Kawasan Basse SantempeSangtempe ini terdiri dari duatiga kecamatan adalah kecamatan Bestem[[Bassesangtempe, danLuwu|Bassesangtempe]], kecamatan [[Latimojong, Luwu|Latimojong]] dan Basse Sangtempe Utara.
 
Kondisi geografi dan topografi wilayah Bastem yang berupa gunung dan lembah, sehingga sampai saat ini kondisi prasarana transportasi darat yang masih tertinggal, jika dibandingkan dengan wilayah kecamatan lain di Tana Luwu. Jika dibandingkan dengan kondisi di beberapa kecamatan di wilayah Tana Luwu, masih sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan kecamatan Seko dan Rampi di Luwu Utara. Seharusnya untuk perbaikan prasarana jalan di daerah seperti ini, perlu dikembangkan tekhnolgi konstruksi yang lebih sesuai, agar tepat dan sesuai dengan bobot beban alam dan lingkungannya. Misalnya pembangunan jalan seharusnya bersamaan dengan drainase jalan, pada saat yang sama dibutuhkan penanaman rumput atau pohon yang memproteksi area terbuka sekitar jalan dari erosi akibat air hujan. Lebar jalan diminimalkan guna menekan beban buatan dan efisiensi sumber daya pembangunannya, tetapi secara periodek jarak tertentu perlu titik untuk mengatur pertemuan kendaraan yang besar. Demikian pula mengenai pengembangan tekhnologi budi daya komoditas yang menjadi andalan mata pencaharian masyarakat, yang dikembangkan adalah pola intensifikasi budidaya, pengembangan komoditas bernilai ekonomi tinggi dan pengembangan teknologi pascapanen dalam skala rumah tangga dan kelompok. Bahkan untuk pemenuhan kebutuhan energi, yang diperlukan adalah tekhnologi pemenfaatan potensi sumber daya lokal seperti PLTMH untuk listrik, kincir angin dan solar sel.Konsepsi seperti inilah yang tepat dikembangkan diwilayah dengan sifat topografi dan geografi pegunungan.
{{indo-geo-stub}}
 
[[Kategori:Kabupaten Luwu]]