Suku Hubula: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Envapid (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Envapid (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(11 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 1:
#ALIH [[Suku Dani]]
'''Suku Hubula''' adalah salah satu [[suku bangsa]] yang ada di [[Indonesia]] dan salah satu suku asli yang di [[Papua]]. Suku ini mendiami kawasan pegunungan tengah Papua, tepatnya di [[Lembah Baliem]] bersama suku-suku lainnya,<ref name=":0" /><ref name=":1">{{Cite web|url=https://indopos.co.id/read/2018/08/09/146752/papua-menjaga-kearifan-lokal-lewat-festival-lembah-baliem|title=INDOPOS|date=2018-08-09|website=indopos.co.id|language=Indonesian|access-date=2019-03-25|archive-date=2019-03-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20190325052837/https://indopos.co.id/read/2018/08/09/146752/papua-menjaga-kearifan-lokal-lewat-festival-lembah-baliem|dead-url=yes}}</ref><ref>Fahmi Firdaus, ''Melihat Lebih Dekat Festival Lembah Baliem Situs Budaya Papua'' dalam<nowiki/>https://news.okezone.com/read/2018/08/09/1/1934160/melihat-lebih-dekat-festival-lembah-baliem-situs-budaya-papua diakses 2 April 2019</ref> namun ada pula yang mengatakan kalau Suku Hubula adalah gabungan dari tiga suku yang bermukim di Lembah Baliem, yakni [[Suku Dani]], [[Suku Yali]] dan [[Suku Wamena]].
 
==Adat dan budaya==
 
Suku Hubula dikenal dekat dengan berbagai macam upacara adat dan ritual, salah satu yang paling terkenal adalah upacara Pesta Babi atau orang-orang di Suku Hubula menyebutnya sebagai ''wam mawe.''<ref name=":0">{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbpapua/wam-mawe-upacara-pesta-babi-orang-hubula-lembah-baliem-papua/|title=Suku Hubula di Lembah Baliem pegunungan tengah Papua dalam hidupnya banyak upacara yang dilksanakan berkaitan dengan upacara adat seputar lingkaran hidup seperti upacara pesta adat Babi (Wam Mawe)|last=abdulrazak|date=2019-02-28|website=Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua|language=en-US|access-date=2019-03-25}}</ref> Selain upacara ''wam mawe,'' Suku Hubula juga memiliki ritual memanah babi dengan menggunakan ''sege'' (sejenis tombak khas milik Suku Hubula). Dalam [[Festival Budaya Lembah Baliem]], tradisi atau ritual melempar ''sege'' juga dilakukan oleh tokoh pemerintah daerah atau instansi terkait sebagai penanda dibukanya festival, namun yang mnejadi sasaran ''sege'' dalam festival bukanlah babi, melainkan [[Pisang|batang pohon pisang]].
 
Suku Hubula juga memiliki hukum adat sendiri yang diatur dalam [[hukum Honai]] (merujuk pada [[Honai|rumah adat honai]] dari kebanyakan suku-suku di [[Papua]]), hukum Honai juga tidak hanya mengatur tentang masalah sosial, namun juga masalah peperangan. Dalam sebuah peperangan, Suku Hubula biasanya melengkapi diri dengan senjata khas suku mereka, seperti ''sege,'' sementara untuk membedakan prajurit biasa dengan pemimpin atau panglima perang, pemimpin Suku Hubula dilengkapi dengan tongkat aksesoris yang terbuat dari bulu [[kasuari]] yang disebut sebagai ''syuesi'' dan ''walemo'' yang terbuat dari [[Kerang|cangkang kerang]]. Tetapi sejak adanya [[modernisasi]], hukum Honai yang menyangkut peperangan sudah jarang dan bahkan sudah tidak digunakan, sebagai gantinya masyarakat Suku Hubula menjadikan perang sebagai sebuah tarian saja, itupun biasanya hanya dilakukan dalam festival-festival.<ref name=":1" />
 
== Upacara ''Wam Mawe'' ==
Dalam bahasa Hubula, ''wam mawe'' terdiri dari dua kata, yakni ''wam'' dan ''mawe. Wam'' (dalam [[Bahasa Indonesia]]) berarti [[babi]] dan ''mawe'' (dalam [[Bahasa Indonesia]]) berarti upacara, secara garis besar maka ''wam mawe'' berarti Upacara Babi. Bagi Suku Hubula ''wam mawe'' adalah upacara dan pesta adat yang sangat penting, oleh karena itu orang-orang Hubula akan melaksanakan upacara ini secara besar-besaran. Upacara ini juga tidak berlangsung tiap tahun, tetapi setiap empat atau lima tahun sekali, sehingga tidak mengherankan kalau Suku Hubula melaksanakannya secara meriah.<ref name=":0" />
 
Upacara ''wam mawe'' dilaksanakan khusus bagi kaum [[laki-laki]]. Sebelum pelaksanaan ''wam mawe'' biasanya dilakukan pula upacara ''wam wesake'' atau Pesta [[Honai Adat]], babi-babi yang dipilih untuk upacara pun bukan babi-babi sembarangan, melainkan babi yang yang paling bagus dan terbaik yang telah dipersiapkan dan dipelihara sangat lama untuk upacara tersebut.<ref name=":0" />
 
=== Tujuan pelaksanaan upacara ===
Pelaksanaan ''wam mawe'' sendiri juga tidak semata-mata sebagai bentuk perayaan, melainkan juga sebagai upacara untuk menyelesaikan masalah-masalah adat yang terjadi di dalam masyarakat. Masalah-masalah yang muncul itu seperti masalah [[maskawin]] yang belum dibayarkan atau masalah-masalah hutang piutang lainnya.<ref name=":0" />
 
Selain masalah hutang piutang, upacara ''wam mawe'' memiliki tujuan lainnya, antara lain:<ref name=":0" />
 
* Untuk memperbaiki tatanan masyarakat dan hubungan internal antar-klan dalam [[honai adat]] Suku Hubula.
* Untuk penghormatan dan penghargaan atas [[aliansi]] atau [[persekutuan]] antar-suku dalam sebuah [[Perang|peperangan.]] Hal ini juga dilaksanakan sebagai perayaan kemanganan dalam perang yang dilakukan oleh Suku Hubula dan suku yang menjadi sekutu mereka.
* Membangun hubungan [[diplomasi]] dengan honai adat dari klan atau suku lainnya.
 
Setelah pesta selesai, para pemuda kemudian melantunkan nyanyian-nyanyian sebagai tanda selesainya upacara, setelah itu mereka membagikan daging babi yang sudah dibakar sebelumnya kepada seluruh masyarakat adat yang telah ditentukan.<ref name=":0" />
 
== Referensi ==
<references responsive="" />
 
[[Kategori:Budaya Papua]]
[[Kategori:Suku di Papua]]
[[Kategori:Suku bangsa di Indonesia|Hubula]]