Ki Ageng Suryomentaraman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ganyong (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
BundaBilal (bicara | kontrib)
k Penggunaan huruf kapital yang tepat.
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Newcomer task: copyedit
 
(11 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{rapikan|artikel ini terjemahan dari Wikipedia bahasa Jawa dengan penerjemahan yang kurang tepat}}
'''Ki Ageng Suryomentaraman''' ([[O Jawa]]: '''Ki Ageng Suryamentaraman''') adalah putra ke-55 dari Sri Sultan [[Hamengkubuwono VII]] yang lahir dari ratuRatu permaisuriPermaisuri BRAB.R.A. [[Retnomandoyo]]. Kakek pihak ibunya adalah Patih [[Danurejo VI]]. Ia lahir dengan nama BRMB.R.M. Kudiarmadji dan berganti nama menjadi BPH. Suryomataram ([[O Jawa]]: BPHB.P.H. Suryamataram) pada masa dewasa.
Setelah diangkat menjadi pangeran, Surgomataram menjadi tak hidup tentram dan meminta ijin kepada ayahnya untuk hidup seperti rakyat biasa di luar keraton namun tidak dilayani. Setelah meminta nasehat kepada Sultan [[Hamengkubuwono VII]], permintaan tersebut dikabulkan.<ref name=":0">{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/805831663|title=Puncak makrifat Jawa : pengembaraan batin Ki Ageng Suryomentaram|last=1971-|first=Fikriono, Muhaji,|date=2012|publisher=Noura Books|isbn=9786029498608|edition=Cet. 1|location=Jagakarsa, Jakarta|oclc=805831663}}</ref>
 
Setelah diangkat menjadi pangeran, SurgomataramSuryamataram menjaditidak takbisa hidupmerasakan tentramketentraman dan meminta ijin kepada ayahnyaberkeinginan untuk hidup seperti rakyat biasa di luar keraton namun tidak dilayanidiizinkan oleh kesultanan. Setelah memintamengajukan nasehatpermohonan kepada Sultan [[Hamengkubuwono VII]], permintaan tersebut dikabulkan.<ref name=":0">{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/805831663|title=Puncak makrifat Jawa : pengembaraan batin Ki Ageng Suryomentaram|last=1971-|first=Fikriono, Muhaji,|date=2012|publisher=Noura Books|isbn=9786029498608|edition=Cet. 1|location=Jagakarsa, Jakarta|oclc=805831663}}</ref>
Setelah melepas status bangsawan, ia kemudian pindah ke Desa Kroya, Bringin, Salatiga dan dikenal dengan nama Ki Gedhe Bringin. Saat bertemu dengan [[Ki Hajar Dewantoro]], ia berganti nama menjadi Ki Ageng Suryomentaraman.<ref name=":0" />
 
Setelah melepas status bangsawan, ia kemudian pindah ke DesaDukuh Kroya, Bringin, Salatiga dan dikenal dengan nama Ki Gedhe Bringin. Saat bertemu dengan [[Ki Hajar Dewantoro]], ia berganti nama menjadi Ki Ageng Suryomentaraman.<ref name=":0" />
Ki Ageng Suryomentaraman meninggal pada Minggu Pon, 18 Maret 1962<ref name=":0" /> dan dikebumikan di dekat [[Masjid Taqorrub Kanggotan]].<ref>{{Cite web|url=http://navigasi-budaya.jogjaprov.go.id/ngayogyakarta-hadiningrat/mataram-islam/354|title=Masjid Taqorrub Kanggotan {{!}} Jogja Budaya|last=Yogyakarta|first=Situs Budaya|website=Situs Budaya Yogyakarta|language=en|access-date=2018-04-02}}</ref>
 
Ki Ageng Suryomentaraman meninggal pada Minggu Pon, 18 Maret 1962<ref name=":0" /> dan dikebumikan di dekat [[Masjid Taqorrub Kanggotan]].<ref>{{Cite web|url=http://navigasi-budaya.jogjaprov.go.id/ngayogyakarta-hadiningrat/mataram-islam/354|title=Masjid Taqorrub Kanggotan {{!}} Jogja Budaya|last=Yogyakarta|first=Situs Budaya|website=Situs Budaya Yogyakarta|language=en|access-date=2018-04-02|archive-date=2018-04-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20180403173418/http://navigasi-budaya.jogjaprov.go.id/ngayogyakarta-hadiningrat/mataram-islam/354|dead-url=yes}}</ref>
 
== Referensi ==