Kalirejo, Kokap, Kulon Progo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
k Profil Kesehatan: pembersihan kosmetika dasar, removed stub tag
 
(4 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 16:
'''Koordinat Wilayah:''' 07⁰ 49’ 44” LS 110⁰ 03’ 53” BT
 
Jarak Desa Kalirejo dengan pusat pemerintahan kecamatan Kokap 5  km, dengan pusat kota kabupaten Dati II Kulon Progo di Wates 20  km, dan jarak dengan ibu kota provinsi Dati I Daerah Istimewa Yogyakarta di Yogyakarta adalah 50  km. Desa ini terletak di lereng selatan perbukitan Menoreh dengan ketinggian tanah 600 meter di atas permukaan laut.
 
Batas wilayah:
Baris 46:
 
== Sejarah Desa ==
Berdasarkan penuturan dari beberapa tokoh masyarakat bersih desa sudah ada sejak jamanzaman pemerintahan KITA BANGSA sekitar tahun 1877 masehi atau jamanzaman Lurah Pertama Kalibuka. Dalam pelaksanaannya baru pada taraf selamatan (dalam bahasa jawa Ruwat Bumi). Dilanjutkan oleh Lurah kedua yakni R.Joyodikoro sekitar tahun 1898. Baru pada zaman pemerintahan Lurah ketiga Kalibuko yaitu R.Jayaprawira sekitar tahun 1918 dalam pelaksanaan selamatan bersih desa diadakan pentas wayang kulit.
 
Pada waktu itu Desa Kalirejo belum terbentuk, yang ada adalah Kelurahan Kalibuka, Kelurahan Plampang (Ki Diparejo) dan Kelurahan Sangon ( Ki Kartodimeja ).Tahun 1942 dari ketiga kelurahan tersebut digabung menjadi satu menjadi nama KALIREJO. Adapun lurah pertama Kalirejo adalah R. Mangkurejo/ R Mangkuredja. Masa pemerintahan Lurah pertama antara tahun 1942 sampai dengan tahun 1961. Wilayah pemerintahan meliputi 9 (sembilan) pedukuhan antara lain: Kalibuka I (Harjoprawiro), Kalibuka II ( R. Prawirodikoro ), Papak, sangon I, sangon II, Sengir, Plampang I, Plampang II, Plampang III. Dalam rangka penggabungan tiga kelurahan tersebut dan dengan melestarikan adat tradisi budaya jawa yang telah lama berjalan, maka Lurah R. Mangkurejo mengadakan musyawarah bersama dukuh dan perabot untuk tetap melestarikan adat budaya ayang ada.
Baris 59:
# '''Membersihkan Lokasi Bambu/Pring Gede.''' Pring Gede terjadi dari 8 ( delapan) buah tusuk sate/sujen sate Sunan Kalijogo yang pada waktu itu sedang melakukan buka pausa. Yang akirnya tempat tersebut menjadi tonggak sejarah terbentuknya pedukuhan Kalibuko, yang dulunya berasal dari kata WALI BUKA dan lambat laun menjadi Kalibuko. Sehingga dengan kita membersihkan tempat tersebut kita akan selalu ingat sejarah awal mula terjadinya nama pedukuhan Kalibuko. Sebenarnya masih ada 1 ( satu ) buah lagi tusuk sate / sujen sate yang akhirnya jadi Pring Larangan. Namun pring larangan ini tidak tampak oleh mata kita secara langsung. Dan bumbu masak sate akirnya menjadi pohon asem.
# '''Selamatan atau Kepungan.''' Selamatan atau kepungan ini biasanya dilaksanakan pada siang hari ditempat dimana akan digelar wayang kulit. Masyarakat berduyun-duyun datang dengan membawa tenong yang berisi makanan yang berujud nasi yang dibentuk menjadi golong dan tumpeng, lauk, buah dan dilengkapi dengan makanan ringan. Adapun yang ketempatan untuk upacara adat bersih dusun, mereka juga mempersiapkan sesaji dan beberapa wujud persembahan. Doa bersama yang dipimpin oleh kaum/Rois dilaksanakan setelah wayang kulit dimulai dengan cara menghentikan sementara pagelaran wayang tersebut. Seperti yang telah disampaikan diatas bahwa upacara adat jawa tekandung makna kias yang dalam dengan simbul-simbul namun sebenarnya banyak makna yang bisa diambil tuntunannya didalamnya. Dengan diadakan selamatan atau kepungan ini merupakan perwujudan syukur kepada Yang Maha Kuasa dan juga wujud dari kebersamaan dan kegotong-royongan masyarakat yang dalam istilah jawa saiyek saeka proyo. Mereka berkumpul bersama, berdoa bersama untuk nenek moyang yang telah meninggalkan kita, berdoa bersama untuk keselamatan semua warga masyarakat dan juga berdoa bersama untuk kemajuan segenap warga masyarakat agar di beri limpahan rahmat baik ramat sehat, selamat dunia dan akhirat dan juga rahmat dengan wujud sejahtera lahir dan batin yang akhirnya akan sejahtera di dunia dan sejahtera diakhirat.
# '''Pagelaran Wayang Kulit Sehari Semalam.''' Puncak dari acara bersih dusun atau merti dusun ini adalah dengan digelarnya wayang kulit ini. Hal ini dilaksanakan sebagai wujud rasa suka cita atas hasil bumi yang telah didapatkan juga bertujuan untuk melestarikan salah satu bentuk budaya daerah, khususnya budaya jawa. Dipilihnya wayang kulit sebagai puncak acara upacara adat ini karena wayang kulit merupakan budaya yang tidak hanya sekadar tontonan namun juga berisi tuntunan dan juga dengan tatanan. Tontonan adalah hiburan yang bisa dilihat dengan mata dan akan membuat kita merasa senang dan terhibur. Dengan melihat wayang kulit kita akan terhibur, banyak kreasi yang muncul dan banyolan yang membuat kita bisa tertawa sehingga pikiran menjadi segar. Tuntunan, dalam cerita wayang kulit banyak hikmah yang bisa kita ambil, banyak suri tauladan dari tokoh pewayangan yang dapat kita contoh, banyak wejangan yang bisa kita ambil maknanya sampai pada informasi terkinipun dapat disebarluaskan lewat wayang kulit ini. Bahkan penyebaran agamapun bisa dilakukan dengan media ini. Tatanan, pagelaran wayang kulit tidak hanya asal-asalan namun ada patokan-patokan yang mesti dilakukan, dalam istilah jawanya pakem. Baik dari dalang, waranggono, maupun pemain musiknya. Ada aturan-aturan khusus yang mereka lakukan. Inilah keunikan budaya jawa. Sehingga kenapa generasi muda banyak yang tidak suka dengan budayanya sendiri karena mereka berfikirberpikir ini sangat sulit, pelik, rumit, ribet dan kuno. Namun tanpa kita mau melestarikan maka budaya akan hilang dan kita akan kehilangan jati diri.
 
== Potensi Desa ==
Desa Kalirejo masih asri dan alami, sehingga kaya akan potensi wisata alam dan industri pertanian, antara lain:
* Gula semut di Desa Kalirejo telah mendapatkan banyak perhatian, salah satunya oleh program Persiapan Keberangkatan (PK) ke-47 para beaswan LPDP melalui pelatihan dan pembukaan "Kampung Gula Semut" di Dukuh Plampang 1 [http://menyapa-indonesia.com/gerakan/gerakan-di-dukuh-plampang-1/] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170315000629/http://menyapa-indonesia.com/gerakan/gerakan-di-dukuh-plampang-1/ |date=2017-03-15 }}.
* Potensi alam yang disediakan Desa Kalirejo antara lain bambu, kayu, batu dan juga dari sektor barang tambang seperti emas, barit dan lain lain maupun dari sektor perkebunan seperti buah-buahan seperti durian, langsep, manggis, alpokat.
* Gunung Agung di Dukuh Plampang 1, Kalirejo, Kokap, juga merupakan salah satu potensi wisata alam yang tidak diboleh dilewatkan saat berkunjung ke Kokap. Sebagai salah satu area pegunungan tertinggi di wilayah Kulon Progo, pemandangan alam yang disediakannya sangat indah ditambah udaranya yang sejuk dan segar. Dengan keadaan alam yang masih alami ini perlu sentuhan-sentuhan lagi agar lebih menarik dan bisa sebagai potensi wisata alam alternatif di wilayah Kabupaten Kulon Progo.
Baris 72:
Desa Kalirejo merupakan salah satu desa endemis malaria dengan tingkat ikejadian infeksi malaria yang relatif tinggi dibandingkan desa-desa di sekitarnya. Meskipun demikian, insidensi malaria telah turun drastis sejak tahun 2012. Hal ini juga dibantu melalui insiasi program PROMOTE Project ("''Kulon Progo Reduce Malaria through One Health Initiative''") pada tahun 2016 berlokasi di Dukuh Plampang 1 yang bertujuan untuk memperkuat kewaspadaan masyarakat dalam menanggulangi malaria. Strategi yang telah terbukti efektif secara global pun diperkenalkan, antara lain: penggunaan kelambu berinsektisida, ''indoor spraying residue (IRS)'', penggunaan lotion dan semprotan anti-nyamuk, deteksi dini dan pengobatan tuntas, serta upaya-upaya pencegahan lainnya (penggunaan lengan panjang, menghindari keluar malam hari, dan menjaga kelancaran saluran air limbah).{{Kokap, Kulon Progo}}
 
{{Authority control}}
 
{{kelurahan-stub}}