Peristiwa Memali: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hanamanteo (bicara | kontrib)
+
k →‎Peristiwa: pembersihan kosmetika dasar
 
(7 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{akan dikerjakan|Hanamanteo}}
{{Infobox military conflict
|conflict=Peristiwa Memali
|partof=[[Sejarah Malaysia]]
| image =Peristiwa_Memali.jpg
| caption =Keadaan di Kampung Memali ketika peristiwa tersebut.
|map_type=Malaysia#Malaysia Barat
Baris 25 ⟶ 24:
|casualties3=
}}
 
[[Berkas:Peristiwa Memali 2.jpg|ka|jmpl|250px|Pengawalan polisi semasa peristiwa terjadi.]]
'''Peristiwa Memali''' atau '''Operasi Angkara''' dan '''Operasi Hapus''' adalah peristiwa besar yang terjadi di Memali, [[Siong, Baling|Siong]], [[Baling]], [[Kedah]], pada 19 November 1985.
 
Baris 54 ⟶ 53:
Karena pengaruh Ibrahim yang kuat sehingga diikuti beberapa tokoh PAS, kepolisian mencoba membendung pengaruhnya lewat menangkap sejumlah tokoh berdasarkan [[Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri 1960]] pada 10 Juli 1984, yaitu Anggota daerah pemilihan [[Dewan Undangan Negeri Terengganu]] Jeram Abu Bakar @ Zaid bin Chik, Sekretaris Dewan Pemuda PAS Pusat [[Mohamad Sabu]], dan Anggota Komite Dewan Pemuda PAS Pusat Buniyamin bin Yaacob.{{sfn|Pemerintah Malaysia|1986|p=8}}
 
Pada 2 September 1984, polisi yang sudah siap menahan Ibrahim berdasarkan Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri 1960 mengepung rumahnya di Memali, tetapi dihalangi oleh sekitar 100 pengikut Ibrahim yang keluar secara tiba-tiba dari setiap penjuru rumah dengan bersenjatakan [[bambu runcing]] dan meneriakkan [[takbir]]. Pada saat yang sama, Ibrahim yang berada di rumahnya enggan keluar ketika diminta polisi menyerahkan diri. Mempertimbangkan keamanan masyarakat dan mencegah kekacauan serta kemungkinan pertumpahan darah, kepolisian memutuskan menangguhkan penahanan Ibrahim bagi sementara waktu. Penangguhan penahanan itu justru disalahartikan dan dianggap sebagai kelemahan oleh Ibrahim dan para pengikutnya. Anggota kepolisian yang bertugas di sana seringkalisering kali dihina, direndahkan, dan ditantang oleh pengikut-pengikut Ibrahim. Ibrahim kemudian melarikan diri dan bersembunyi di Lanai, Baling dan Kerawi, Tupai, [[Sik]] selama kurang lebih satu setengah bulan.{{sfn|Pemerintah Malaysia|1986|p=8}}
 
Dalam persembunyiannya, pengikut-pengikutnya berusaha untuk membawanya kembali ke Memali dan untuk memastikan Ibrahim tidak ditangkap, sebuah sistem pengawalan di rumahnya telah dirancang.{{sfn|Pemerintah Malaysia|1986|p=8}} Selain daripada itu, Mohd. Wazi bin Che Ngah, Yusof dan seorang lagi yang sudah diidentifikasi kepolisian merancang untuk membawa keluar seorang anggota PAS yang ditahan di Tempat Tahanan Perlindungan [[Kamunting]], [[Taiping]], Perak dan juga membawa dua anggota PAS yang ditahan berdasarkan Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri 1960 ke rumah Ibrahim. Setelah dibawa ke rumah Ibrahim, sebuah acara ceramah akan diadakan di rumah Ibrahim dengan tujuan menjebak polisi supaya mengambil tindakan kepada mereka. Mereka yakin dengan adanya tindakan dari polisi itu, maka satu pertempuran dapat diletuskan di antara kepolisian dengan anggota-anggota PAS. Agar tujuan mereka tercapai, Ibrahim dan pengikut-pengikutnya telah berusaha meminta dukungan dan bantuan dari pemimpin-pemimpin PAS tertentu supaya kekacauan diletuskan juga di tempat-tempat lain seandainya perlawanan terhadap kepolisian terjadi di Memali. Wazi, Yusof, dan seorang lagi yang sudah diidentifikasi kepolisian ditugaskan pergi ke [[Perak]], [[Negeri Sembilan]], [[Melaka]], [[Pahang]], Terengganu, dan Kelantan untuk mendapatkan dukungan. Mereka berhasil mendapat dukungan dari beberapa tokoh PAS, termasuk jaminan mereka dan orang-orang mereka akan melakukan hal yang sama jika suatu kejadian terjadi di Baling.{{sfn|Pemerintah Malaysia|1986|p=9}} Ketika Ibrahim kembali dari persembunyiannya, ia terus mengobarkan apa yang disebutnya sebagai jihad dan syahid.{{sfn|Pemerintah Malaysia|1986|p=9−10}}
 
Pendukung-pendukung Ibrahim mulai mengatur pengawalan di sekeliling rumahnya, yang dikendalikan oleh suatu kumpulan beranggotakan 20 orang bersenjata yang mereka sebut Kumpulan Mujahidin atau Kumpulan Jihad. Kumpulan ini didirikan pada Maret 1985 dan diketuai oleh Yusof.{{sfn|Pemerintah Malaysia|1986|p=10}} Walau begitu, kepolisian tetap berusaha menangkap Ibrahim, termasuk meminta Ibrahim menyerahkan diri. Pada 8 September 1984, kepolisian telah menghubungi kawan akrab Ibrahim di Pondok Lanai, Baling untuk memintanya membujuk Ibrahim menyerahkan diri, tetapi nasihatnya tidak digubris Ibrahim. Kepolisian telah meminta kerja sama dengan Ismail pada 23 September 1984, Mahmood bin Hanafi pada 2 Oktober 1984, seorang tokoh terpenting PAS Kedah pada 8 Juni 1985, tetapi semua upaya tersebut gagal. Upaya tersebut diulangi lagi pada 10 November 1985 lewat kenalan lama Ibrahim, tetapi ia dihalang-halangi memasuki rumah Ibrahim oleh oleh pengawal rumah itu.{{sfn|Pemerintah Malaysia|1986|p=10−11}} Ayah Ibrahim, Mahmud bin Hanafi, juga telah menasihati anaknya untuk menyerahkan diri.{{sfn|Pemerintah Malaysia|1986|p=11}}
Baris 66 ⟶ 65:
Pengikut-pengikut Ibrahim sempat mendengar kabar yang menyebutkan kepolisian akan menangkap Ibrahim pada 5 November 1985, ketika pada malam itu banyak pendukung menghadiri ceramah di Kuala Katil, Kedah. Mereka memperkirakan kepolisian akan memanfaatkan kesempatan itu untuk menangkap Ibrahim. Sekitar 100 orang menjaga ceramah itu dengan ketat. Beberapa pertemuan telah diadakan untuk membahas tindakan yang perlu diambil seandainya kepolisian menangkap Ibrahim. Tindakan tersebut terdiri dari dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, jika serangan polisi dapat dipatahkan, maka direncanakan adanya serangan kepolisian menyentuh hingga Baling sehingga mengepung kantor polisi berikut polisi di sana, menangkap wakil rakyat dan orang-orang penting Pekembar sebagai tebusan dan ditempatkan di Balai Polisi Baling, menuntut perdana menteri menyerahkan kekuasaan kepada angkatan tentara dan semua tahanan PAS dibebaskan dari kamp tahanan, serta meneruskan serangan hingga Wisma Negeri di Alor Setar dan menawan menteri besar berikut anggota Exco Kedah lain serta mendirikan pemerintahan Islam. Kemungkinan kedua, jika serbuan polisi tidak dapat dipatahkan, maka direncanakan akan melarikan diri dan bersembunyi di Gunung Bayu, Baling untuk bertapa mencari kekuatan batin supaya serangan balas dapat diambil, latihan serangan balas akan diadakan seandainya banyak orang melarikan diri ke Gunung Bayu, sebagian orang yang melarikan diri diminta menghubungi orang-orang tertentu untuk menyusun strategi baru menjatuhkan pemerintahan, menyerang anggota Pekembar setempat berikut pemimpin-pemimpin Pekembar terutama anggota Komite Keamanan dan Kemajuan Kampung, serta menyerang balai polisi dan Unit Kawalan Kawasan Tanjung Puri atau Balai Polisi Baling untuk mendapatkan senjata-senjata bila memiliki kemampuan.{{sfn|Pemerintah Malaysia|1986|p=17−18}}
 
Pada malam 18 November 1985, Yusof memanggil pengikut Ibrahim yang sedang mengawal untuk mengarahkan mereka mengikuti ketua masing-masing. Sekitar 200 pengikut Ibrahim yang mengawal di beberapa tempat seperti yang sudah diputuskan. Yusof sendiri menguasai sebuah unit kawalan yang terdiri dari 27 anggota bersenjatakan bom molotov, bom ikan, pedang, jamung, senjata tajam lain, dll. Pengawalan padal malam itu berlangsung hingga jam 07.00 keesokan harinya, dengan hanya 50 orang di antaranya yang berjaga-jaga. Setengah jam setelah itu, tiba-tiba banyak orang memberi tahu kedatangan polisi. Bersamaan dengan itu, beduk di Madrasah Islahiah Diniah dipukul dan lonceng di rumah Ibrahim dibunyikan. Kepolisian yang sudah melakukan penyelidikan kemudian melancarkan tindakan pada 08.30 untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dari kerumunan orang yang berkumpul dan biasanya mengawal rumah Ibrahim. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk menangkap Ibrahim dan dua orang lain berdasarkan Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri, tiga orang telah dikeluarkan surat perintah penangkapan terhadap mereka, serta 32 pengikutnya yang dicurigai terlibat dalam berbagai kejahatan yang sedang berlindung di rumah Ibrahim; saat itu sekitar 250 orang berlindung di rumah itu setelah mendengar bunyi-bunyian dari beduk dan lonceng. 576 polisi yang tergabung dalam tiga kelompok telah dilibatkan dalam tindakan ini. Kumpulan pertama beranggotakan 348 polisi ditugaskan mengepung dari luar sementara dua kumpulan terakhir beranggotakan 228 polisi bergerak dari arah Pekan Baling dan dari arah Kampung Tanjung Pari untuk menghampiri rumah Ibrahim. Pasukan pertama dihalangi oleh wanita dan anak-anak bersenjatakan bambu runcing dan pedang. Pada saat yang sama polisi-polisi yang bergerak dari arak Kampung Tanjung Pari turun dari kendaraan mereka sampai 100 meter dari rumah Ibrahim. Mereka bergerak ke rumah Ibrahim dengan gas air mata untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan ketika penangkapan. Ketika polisi bergerak kira-kira 50 meter dari rumah Ibrahim, mereka diserang oleh pengikut Ibrahim dengan katapel, pedang, parang, dan bambu runcing, yang dibalas dengan semprotan gas air mata dari polisi untuk mencegah serangan lebih lanjut. Pada saat yang sama, sejumlah polisi ditembak dari sebelah kiri jalan hingga tewas. Polisi yang tewas di antaranya seorang inspektur dan sersan yang tewas saat itu juga serta seorang konstabel yang tewas tak lama kemudian.{{sfn|Pemerintah Malaysia|1986|p=18−20}}
 
== Dampak ==