Kemurang Wetan, Tanjung, Brebes: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →top: ejaan, replaced: sekedar → sekadar |
k →top: pembersihan kosmetika dasar, removed stub tag |
||
(4 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 7:
|kecamatan =Tanjung
|kode pos =52254
|nama pemimpin = Wahyu
tokoh pemuda =
|luas =... km²
|penduduk =... jiwa
|kepadatan =... jiwa/km²
}}
'''Kemurang Wetan''' adalah [[desa]] di [[kecamatan]] [[Tanjung, Brebes|Tanjung]], [[Kabupaten Brebes|Brebes]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]. Terletak di jalur alternatif ke arah Purwokerto atau Yogyakarta yang sekaligus sebagai akses menuju gerbaang tol Pejagan - kanci, sehingga terbilang ramai arus kendaraannya.kemurang wetan juga memiliki sejarah awal mula nya terbentuk desa berkisar antara tahun 1664 m sejarah ini ada beberapa versi menurut versi bapak kaswad (kawag)bahwa sebelum adanya perkampungan yang ramai saat ini dulu desa itu terdiri hanya dua rumah satu milik mbah jenggot (mbah jayim)dan istri serta yang satu rumahnya mbah paku aji (prajurit mataram yang bersembunyi dari pelariannya atau dari kesatuan tentaranya yang gagal berperang melawan VOC di batavia menurut cerita turun temurun yang terakhir pada saatpagelaran sedekah bumi di sebuah makam keramat di desa kemurang wetan 2010 seorang pujangga bpk DASTA desa dukuh cilik letaknya sebelah timur makam keramat konon raden paku aji dengan keletihannya meminta air untuk berkumur (kemuh)sekadar membatalkan puasa sang prajurit harus membayar peralatan perangnya untuk mendapatkan air minum kepada mbah jenggot akhirnya raden paku aji mengucap "niki desa kanggo kemuh bae larang (KEMUH RANG ) "ucapan kemuhrang sering di ucapkan raden paku aji untuk menyindir mbah jenggot (jayim)dengan maksud mbah jayim mengembalikan peralatan perang karena belum juga dikembalikan akhirnya dukuh cilik itu dinamakan kemuhrang sehingga sampai saat itu dukuh cilik terus ditinggal penduduknya dikarenakan susah dalam mencari air bersih meski di apit oleh dua sungai babakan dan bentiris sampai sekarang didesa kemurang wetan tepat nya di dukuh cilik sangat susah mencari air bersih untuk di minum menurut cerita atau dongeng orang tua raden paku aji sering juga di panggil mbah kemurahan sedang kan mbah jenggot biasa di panggil mbah kemurang awal nya kedua orang tersebut hidup rukun dan bersama bercocok tanam karena raden paku aji lebih pintar dalam bercocok tanam raden paku aji(mbah kemurahan) memiliki banyak pengikut sebab itulah mbah jayim mbah jenggot iri hingga terjadilah cekcok perang mulut di sebuah dermaga (gubug sawah) akhirnya seluruh warga yang berjumlah empat kepala keluarga menyingkir dari dukuh cilik menuju ke pinggiran kali kebuyutan yang sekarang menjadi saluran air sekunder pertanian dan menetap lah mbah kemurahan (paku aji) di alas KRAPYAK alas/hutan ini berisikan pohon berduri seperti pohon kepuh lamaran dan penjalin setelah menetap di pinggiran kali kebuyutan raden paku aji/prajurit mataram ini mengenal saudagar dari kulon yang memesan penjalin dalam jumlah banyak utuk dikirim ke keraton kacirebonan mulailah orang orang nya mbah kemurahan semakin banyak di karenakan
{{Tanjung, Brebes}}
{{Authority control}}
|