Ma'badong: Perbedaan antara revisi

'''Ma'badong''' satu tarian upacara asal dari [[Tana Toraja]], [[Sulawesi Selatan]]. Tarian Ma'badong ini diadakan pada upacara kematian yang dilakukan secara berkelompok. Para penari (pa'badong) membentuk lingkaran dan saling berpegangan tangan dan umumnya mereka berpakaian hitam-hitam. Ma'badong bukan hanya sekadar tarian, melainkan sebuah kegiatan melagukan ''badong'' dengan gerak khas.<ref name="Theodorus Kobong">Theodorus Kobong. 2008. ''Injil dan Tongkonan''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 52.</ref> Syair yang dilagukan disebut ''kadong-badong'' (the chant for the deceased).<ref name="Theodorus Kobong"/> Isi dari syair tersebut tidak lain adalah pengagungan terhadap ''si'' mati.<ref name="Theodorus Kobong"/> Di dalamnya diceritakan asal-usul dari langit, masa kanak-kanaknya, amal dan kebaikannya, serta semua hal menyangkut dirinya yang dianggap terpuji.<ref name="Theodorus Kobong"/> Selain itu, di dalamnya juga mengandung harapan bahwa orang mati tersebut dengan segala kebaikannya akan memberkati orang-orang yang masih hidup.<ref name="Theodorus Kobong"/>▼

Penari melingkar dan saling mengaitkan jari-jari kelingking. Penari terdiri dari pria dan wanita setengah baya atau tua. Pa'badong melantunkan syair (Kadong Badong) riwayat hidup, sejak lahir sampai wafat dari orang yang meninggal dunia. Tarian Ma'badong ini kadang menelan waktu berjam-jam, malah berlangsung sampai tiga hari tiga malam sambung-menyambung di pelataran tempat upacara berduka.▼

{{budaya-stub}}▼