Hinatsu Eitaroo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Menambahkan tag <references /> yang hilang |
|||
(3 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Orphan|date=Februari 2023}}
'''Hinatsu
Hinatsu banyak menulis naskah drama untuk pementasan berbagai kelompok sandiwara di [[Indonesia]], khususnya di [[Pulau Jawa]], yang tujuannya adalah pementasan itu sebagai alat [[propaganda]] yang mendukung kebijakan militer [[Kekaisaran Jepang]]. Karya yang paling populer dari Hinatsu adalah [[''Fadjar Telah Menjingsing'']] yang dipentaskan di [[Jakarta]] dan [[Surabaya]] untuk menyambur janji Perdana Menteri [[Koiso]] - yang baru saja menggantikan Perdana Menteri [[Tojo]] - untuk memberikan kemerdekaan bagi [[Indonesia]].<ref name=":0" />
Hinatsu juga membuat film berjudul [[''Calling Australia'']] (dalam [[Bahasa Jepang]], ''Goshu no Yobigoe'') pada 1944. Film ini bertujuan sebagai alat [[propaganda]] [[Kekaisaran Jepang]] yang memeperlihatkan para tawanan perang [[Sekutu]] yang terutama dari [[Australia]], bahwa mereka hidup baik dan tenang di kamp-kamp konsentrasi [[Kekaisaran Jepang]], namun pada akhirnya film tersebut menjadi barang bukti yang justru memeberatkan para pemimpin tentara [[Kekaisaran Jepang]] saat mereka digiring ke Pengadilan Kejahatan Perang [[Tokyo]].<ref>Nino Oktorino, ''Ensiklopedi Pendudukan Jepang di Indonesia'', (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2013) hal. 27</ref>▼
▲Hinatsu juga membuat film berjudul [[''Calling Australia'']] (dalam [[Bahasa Jepang]], ''Goshu no Yobigoe'') pada 1944. Film ini bertujuan sebagai alat [[propaganda]] [[Kekaisaran Jepang]] yang memeperlihatkan para tawanan perang [[Sekutu]] yang terutama dari [[Australia]], bahwa mereka hidup baik dan tenang di kamp-kamp konsentrasi [[Kekaisaran Jepang]],
Nasib Hinatsu sendiri setelah [[Perang Dunia II]] berakhir, dia memutuskan untuk tidak pulang ke [[Korea]], yang mana saaat itu [[Korea]] sudah terbagi atas dua daerah pendudukan, [[Korea Utara]] oleh [[Uni Soviet]] dan [[Korea Selatan]] oleh [[Amerika Serikat]], bila ia pulang ke [[Korea]] manapun ia pasti akan ditangkap dan diadili di [[Tokyo]] seperti kolaborator yang lainnya. Oleh akrena itu, kemudian Hinatsu mengganti namanya menjadi "Huyung" dan menetap di [[Indonesia]] yang lebih ramah terhadap orang-orang seperti dirinya.<ref>Nino Oktorino, ''Ensiklopedi Pendudukan Jepang di Indonesia'', (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2013) hal. 27</ref>▼
▲Nasib Hinatsu sendiri setelah [[Perang Dunia II]] berakhir, dia memutuskan untuk tidak pulang ke [[Korea]], yang mana saaat itu [[Korea]] sudah terbagi atas dua daerah pendudukan, [[Korea Utara]] oleh [[Uni Soviet]] dan [[Korea Selatan]] oleh [[Amerika Serikat]], bila ia pulang ke [[Korea]] manapun ia pasti akan ditangkap dan diadili di [[Tokyo]] seperti kolaborator yang lainnya. Oleh akrena itu, kemudian Hinatsu mengganti namanya menjadi "Huyung" dan menetap di [[Indonesia]] yang lebih ramah terhadap orang-orang seperti dirinya.<ref
== Referensi ==
Baris 12 ⟶ 14:
[[Kategori:Sejarah]]
[[Kategori:Tokoh yang perlu dikategorikan lebih spesifik]]
[[Kategori:Perang Dunia II]]
|